Selasa, 26 Maret 2013

RUMAH SEJATI ITU BERNAMA MASJID

Oleh : Drs. H. Muchlis, SK, M.PdI 
(Pengawas Dinas Pendidikan Kota Crebon) 

“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, dan tidak takut(kepada siapa pun) selain kepada Allah maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS: At-Taubah: 18) 

“Home sweet home” begitu kata orang bule kala rindu kampung halaman. “Baiti jannatii,” begitu pula kata orang Arab kala bertemu handai taulan. “Home” atau “bait” atau “rumah” adalah kata yang sangat ajaib bagi manusia. Rumah adalah tempat kembali, tempat bernaung, tempat berlindung, dan terutama tempat untuk tumbuh dan melakukan segala aktivitas. 

Rumah adalah suatu tempat di mana kita dapat melakukan dan merasakan berbagai hal dengan sepenuh jiwa. Hanya saja orang sering lupa betapa tempat yang paling layak mendapatkan predikat rumah sejati bukanlah suatu bangunan persegi dengan komposisi kamar tidur, kamar mandi, dapur, garasi, dan ruang tamu di mana kita meninggalinya selama bertahun-tahun, melainkan bangunan (sederhana) bernama masjid. 

Masjid amatlah layak dikatakan rumah sejati karena masjidlah satu-satunya tempat yang selama ini setia menyertai perjalanan panjang kaum Muslimin dalam mengarungi hidup. Bahkan sejarah telah berulang kali mencatat betapa orang-orang hebat yang menjadi tokoh perubahan dunia mengawali “karier”-nya dari masjid ke masjid! 

MENGOPTIMALKAN FUNGSI MASJID 

1. Masjid Sebagai Sarana Pembinaan Iman 

Dalam surah yang sama (At Taubat) di ayat yang ke 108, Firman Allah: “… Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” [At-Taubah: 108] 

Pada ayat yang pertama Allah menjanjikan akan memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang2 yang memakmurkan masjid yang istiqamah dalam ketha’atannya kepada Allah. Dan kita telah tahu, “… man yahdillahu fa laa mudhilalah…” (barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah niscaya tidak akan ada yang bisa menyesatkannya. Sedang di ayat berikutnya, meskipun yang dimaksud adalah masjid Quba namun (insya Allah) kita dapat mengimplementasikan pada masjid-masjid sekarang ini: mendirikan masjid haruslah atas dasar taqwa, sehingga akan dijumpai di dalamnya orang2 yang betul2 berazzam untuk membersihkan diri. 

Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Darda ra., ia mendengar bahwa Salman Alfarisi ra., membeli budak untuk pelayan, maka Abu Darda ra menulis surat kepada Salman yang isinya: “Hai saudaraku pergunakan masa hidupmu untuk kepentingan ibadat sebelum tiba bala yang menyebabkan tidak dapat beribadat, dan pergunakan kesempatanmu untuk mendapat berkah doa dari orang yang menderita bala, dan kasih sayanglah kamu pada anak yatim, usaplah kepalanya dan berikan makanan padanya, supaya lunak hatimu dan tercapai hajatmu. Hai saudaraku saya pernah menyaksikan ketika Rasulullah SAW didatangi seorang yang mengeluh karena merasa keras hatinya, maka sabda Nabi SAW: “Kasihanilah anak yatim, dan usaplah kepalanya, dan berikan makanan kepadanya, niscaya akan lunak hatimu dan tercapai hajatmu”. Saudaraku, jadikan masjid bagaikan rumahmu sebab saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Masjid itu sebagai rumah orang yang bertaqwa, Dan Allah telah menjamin bagi orang-orang yang masjid itu adalah rumahnya, dengan kelapangan hati, dan kesenangan, kepuasan serta kemudahan menyeberangi shirat, dan selamat dari api neraka dan segera menuju pada keridhaan Allah SWT.” 

Alhakim bin Umar ra., berkata, “Jadilah kamu didunia ini bagaikan tamu dan jadikan masjid bagaikan rumahmu dan ajarkan hatimu lunak, kasih sayang, banyak-banyaklah bertafakkur dan menangis dan jangan sampai kamu dikacau oleh hawa nafsu.” 

Masjid adalah rumah orang yang bertaqwa, lebih tegas lagi Qatadah menyatakan, “Tidak layak seorang muslim kecuali di tiga tempat: masjid yang dimakmurkan, rumah yang menutupinya, atau hajat yang dibutuhkannya.” 

Dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, dari Abu Hurairah ra Nabi saw., menyebutkan ada 7 golongan yang akan dinaungi Allah di hari di mana tiada naungan lagi kecuali naungan-Nya, salah satunya (bahkan yang disebutkan pertama) adalah orang yang hatinya senantiasa tergantung di dalam masjid tentunya untuk beribadah. (diriwayatkan oleh imam bukhari, ahmad, muslim, tirmidzi, dan nasaa’i) 

Alhasan bin Ali ra berkata, “Tiga macam orang yang dibawah lindungan Allah: Seorang yang masuk masjid tidak masuk kecuali untuk Allah. Maka ia sebagai tamu Allah sehingga kelua kembali ke rumahnya.Dan seorang yang ziarah kepada saudaranya sesama muslim tiada berziarah kecuali karena Allah, maka ia termasuk ziyarah kepada Allah sehingga kembali. Dan seorang yang berhaji atau umrah tiada bepergian kecuali karena Allah, maka ia sebagai utusan Allah sehingga kembali pulang ke rumahnya. "

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda: “Barangsiapa membersihkan diri di rumahnya, kemudian berjalan ke sebuah rumah diantara rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan satu fardhu, maka langkahnya yang sebelah menurunkan dosa sedang yang lain menaikkan derajat.” (diriwayatkan oleh Imam Muslim) 

Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi saw bersabda: “Barangsiapa dalam waktu pagi atau sore menuju masjid, maka ALlah menyediakan baginya hidangan di surga setiap datang waktu pagi dan sore.” (diriwayatkan oleh Bukhariy dan Muslim) 

Sub-haanallah, sedemikian tingginya ‘penghormatan’ Allah kepada para ‘tamuNya’. Sehingga para shahabat dulu memilih berjalan kaki ketika menuju ke masjid. Diceritakan oleh Ubay bin Ka’ab ra, “ada seorang lelaki dari shahabat Anshar yang saya ketahui tidak ada seorangpun yang rumahnya lebih jauh dari masjid daripada rumahnya, tetapi ia tidak pernah terlambat shalat. Pernah dikatakan kepadanya: “seandainya kamu membeli seekor keledai yang dapat kamu kendarai dalam kegelapan dan pada hari yang sangat panas.” Dia menjawab: “Tidaklah menggembirakan seandainya rumahku berada di samping masjid. Sungguh aku menginginkan dituliskan jalanku menuju ke masjid da kepulanganku kembali kepada keluargaku.” Maka Rasulullah saw bersabda: “Allah telah mengumpulkan untukmu semua itu (pahala berjalan berangkat dan kembali).” (diriwayatkan oleh Imam Muslim). 

2. Mesjid Sebagai Sarana Memperkuat Ukhuwah Islamiyah 

Mesjid mengajarkan kaum Muslimin banyak hal. Dalam shalat berjamaah misalnya, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil. Roh Jama`i dan kebersamaan, ketaatan kepada pemimpin, tujuan hidup yang satu, kesamaan langkah dan gerak, dan masih banyak pelajaran lainya bisa kita ambil dari tempat yang suci ini. 

Ukhuwah Islamiyah juga bisa dibina dan dikembangkangkan dengan semangat Mesjid. Setelah melakukan Shalat berjamaah adalah cara yang sangat tepat dalam memperkuat tali silaturrahmi. Bahkan dalam kajian Fiqih disunnahkan bagi sang imam untuk menghadap kearah Jamaah, rahasianya adalah seorang Imam bisa melihat jamaahnya. 

Mungkin ada diantara mereka yang tidak shalat ke mesjid karena sakit atau uzur lainya. 
Unsur persamaan derajat juga bisa diambil dari roh dan semangat mesjid. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin ketika berada dalam masjid. Mereka yang datang lebih dahulu bisa duduk di shaf bagian depan, tanpa ada yang melarangnya. 

Kebersihan juga pelajaran penting yang bisa diambil dari roh dan semangat Mesjid. Berangkat ke mesjid dalam keadaan berwudhuk dan melepas alas kaki ketika memasuki mesjid. Hal ini mengajarkan kepada setiap pribadi muslim untuk menjaga kebersihan, Setiap mereka harus memulai pekerjaan sehari-harinya dengan niat yang bersih. 

Oleh karena itu kita harus bisa memposisikan mesjid sebagai wadah pemersatu kaum muslimin. Menghidupkan kembali peranan mesjid dengan segala macam aktivitas yang telah kita paparkan diatas yang telah terbukti membawa kaum muslim pada puncak peradaban besar. 

3. Mesjid Sebagai Pusat Informasi 

Disinilah sumber berita tentang perkembangan kehidupan yang layak diketahui kaum muslimin. Mulai dari isu perpolitikan, perang dan damai, dan kebijakan-kebijakan negara lainya. Disamping itu masjid menjadi pusat informasi keilmuan, dijadikan pusat kajian keislaman, pendalaman ulumul Islam sehingga masjid menjadi dambaan bagi orang-orang yang haus ilmu, apalagi bila masjid telah dilengkapi dengan perpustakaan yang memadai dan akses informasi melalui IT mudah diperoleh 


MENGHIDUPKAN KEMBALI RISALAH MASJID. 

Rumah Pertama di Muka Bumi Masjid langit bumi beserta isinya milik Allah. Tetapi Allah menyebut secara khusus bahwa masjid adalah kepunyaanNya. Masjid merupakan rumah pertama yg dibangun di muka bumi. Allah berfirman : “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping Allah.”( Q.S Al Jin : 18) 

Masjid Rasulullah saw adalah masjid yg berasaskan Taqwa. Maka jadilah masjid tersebut sebuah tempat menimba ilmu menyucikan jiwa dan raga. Menjadi tempat yg memberikan arti tujuan hidup dan cara-cara meraihnya. Menjadi tempat yang mendahulukan praktek kerja nyata sebelum teori. Sebuah masjid yang telah mengangkat esensi kemanusiaan manusia sebagai hamba terbaik di muka bumi. 

Pada saat ini secara umum ada dua tipe kecenderungan penyimpangan dalam pengelolaan masjid-masjid zaman sekarang. Pertama pengelolaan masjid secara konvensional. Gerak dan ruang lingkup masjid dibatasi pada dimensi-dimensi vertikal saja sedang dimensi-dimensi horizontal kemasyarakatan dijauhkan dari masjid. Indikasi tipe pengelolaan masjid jenis ini adalah masjid tidak digunakan kecuali untuk shalat berjamaah setelah itu masjid dikunci rapat-rapat. Bahkan terkadang jamaah pun hanya tiga waktu; Maghrib Isya’ dan Shubuh. Tipe lainnya adalah pengelolaan masjid yang melewati batasan syara’. Biasanya mereka berdalih untuk memberi penekanan pada fungsi sosial masjid tetapi mereka kebablasan. Maka diselenggarakanlah berbagai acara menyimpang di masjid . Misalnya pesta pernikahan dengan pentas musik atau tarian perayaan hari-hari besar Islam dengan ragam acara yangg tak pantas diselenggarakan di masjid dan sebagainya. Mereka lebih mengutamakan dimensi sosial yang ironinya menabrak syari’at Islam dan tidak mengabaikan fungsi masjid sebagai sarana ibadah dalam arti luas. 

Belum lagi tiap masjid akan mempunyai masalah tersendiri yang berbeda dari masjid lainnya. Misalnya masjid kurang terurus jarangnya pengurus dan jamaah sekitarnya yang shalat ke masjid, terjadinya perselisihan antar pengurus dalam menentukan kebijaksanaan masjid yang tidak lagi buka 24 jam dan lain sebagainya. Nampaknya faktor internallah yang menjadi penyebab utama terbengkalainya rumah-rumah Allah tersebut. 

Di era modern sekarang ini kita harus mampu memerankan dan memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid mempunyai dua pengertian. Hissi dan maknawi. Hissi berarti membangun masjid secara fisik, membersihkanya, melengkapi sarana wudhuk dan yang lainya. Sedangkan memakmurkan masjid secara maknawi adalah meramaikan masjid dengan shalat berjama`ah, membaca Al-quran, i`tikaf, dan ibadah lainya. Dan yang tidak kalah penting adalah menjadikan Mesjid sebagai pusat kegiatan dan pengembangan masyaraakat 

Oleh karena itu para pengurus masjid terdiri dari hamba-hamba Allah yang berbasis ketaqwaan dan modal utamanya adalah niat yang ikhlas karena Allah kesungguhan dalam bekerja, kemauan dalam berusaha serta mau menghadapi tantangan dan ganjalan yang datang dari dalam maupun dari luar. Semoga kita menjadi pelayan-pelayan umat. Amin

Rabu, 13 Maret 2013

DASYATNYA BAHAYA KEMUNAFIKAN (ANNIFAQ)

Oleh: Wahyudin, M.Pd.I
(Dosen Bahasa Arab IAIN Syekh Nurjati Cirebon) 

Untaian Puji dipersembahkan kepada Dzat yang Mahasuci, Allah Rubul Izzati yang tak pernah berhenti membelikan rizi pada seluruh abdi-Nya. Syukur kita persembahkan kepada Sang Penguasa jagat raya yang tak pernah bosan menaburkan kasih saying-Nya kepada makhluknya yang bersyukur. Sholawat dan salam ta’dzim semoga selalu tercurahkan kepada Nbi terakhir dan pilihan-Nya Nabi Muhammad saw.,  untuk mengawali tulisan ini, penulis menyampaikan sebuah puisi sederhana berikuti ini: 

Tanah tak terasa dipijak, 
pandangan mata gelap dan hati mengeras.. 
itulah yang terjadi ketika ego menguasai hati, 
dia tidak memberikan ruang sedikitpun kepada rasa cinta dan kasih sayang, untuk berlabuh. 

Hanya sesaat saja… 
bagaikan kemarau setahun dihapus hujan sehari. 
Kasih sayang yang dibina dengan ketulusan tidak dianggap dan lenyap begitu saja. 

Hujatan, makian keluar dari mulut tanpa henti, 
ketidakpuasan, kelemahan menjadi senjata untuk saling memaki dan memaki. Kemanakah hatinurani itu pergi, 
dan mengapa emosi dan ego itu menguasai…?

Hati memang cinta dan terkadang mulut tak dikontrol menjadi pemicunya… keinginan untuk menjadikan keadaan lebih baik dan membuat orang berubah menjadikan mulut tidak terkontrol. 
Semua merasa tersakiti…
Ketika disadari perubahan itu mesti dimulainya bukan untuk diinginkan saja 

Mari kita merenung sesaat petikan puisi tersebut, ditengah-tengah kesibukan akitifitas dan pekerjaan rutin kita. siapa kita sebenarnya? apa yang telah kita lakukan selama melanjalani kehidupan ini? adakah manfaat yang dirasakan orang lain dari apa yang kita lakukan? sudahkah kita melaksanakan apa yang selama ini kita katakan, berapa banyak janji yang kita ucapkan dan sejauhmana kita mampu menepatinya? 

Beberapa pertanyaan di atas, hanyalah sebuah renungan untuk mengintropeksi diri kita. terkadang kita selalu melihat suatu kesalahan, kekeliruan dan kekurangan selalu datang dari orang lain. padahal boleh jadi kita saat ini lebih bedjat dari orang selama ini kita cibir. lebih nista dari orang yang selama ini kita anggap pembohong. bahkan lebih membahayakan dari binatang yang paling buas dan penyakit yang mematikan, astagfirullah wa na’udzubilahi min dzalik. 

Manusia adalah mahluk Allah yang memiliki bentuk ideal (ahsanutaqwim), tetapi juga bisa menjadi makhluk yang sangat rendah (asfalasafilin). hal ini disebabkan karena ulah manusia itu sendiri. ada berbagai penyakit yang menyerang qolb manusia yang menjadikan manusia sangat rendah dihadapan Allah SWT., diantaranya adalah kemunafikan. 

Kemunafikan dalam diri manusia bisa datang kapan dan dimanapun manusia itu berada. tidak ada jaminan status sosial seseorang akan terbebas sifat dan penyakit ini. ada tiga tanda kemunafikan yang ada pada diri manusia seperti yang terdapat dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari abu hurairah antara lain: 1). Apabila ia berbicara berdusta. 2). Apabila berjanji ingkar dan 3). apabila dipercaya khianat. Andaikan satu poin saja ada pada diri kita segeralah bertaubat dan minta perlindung Allah agar terbebas dari penyakit ini. 

Kenapa Kemunafikan (Annifaq) sangat berbahaya ?

Nifaq adalah penyakit yang berbahaya dan membinasakan. Orang yang telah terserang penyakit ini (المنافق) tidak mungkin mendapatkan keberuntungan selamanya, kecuali jika bertaubat. Di dalam hati mereka terdapat penyakit dan Allah menambah lagi penyakitnya itu, karena mereka adalah pendusta. Munafik adalah sebutan untuk orang yang menyembunyikan kekufuran dengan menampilkan keislaman. Mereka sengaja melakukan tindakan demikian sebab ingin agar mereka diakui di tengah masyarakat Islam, dan dapat hidup aman dalam kekufurannya. 

Itulah munafiqin, penjual akhirat dengan kesenangan sesaat di dunia. Allah telah membongkar kedok dan isi hati mereka, bahwasanya mereka adalah orang yang benci terhadap apa yang diturunkan oleh Allah sehingga perbuatan baik yang mereka tampakkan tidaklah bermakna, lenyap hilang begitu saja di hadapan Allah. Sebagaimana firman-Nya 

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad:9) 

Berdusta dalam setiap ucapan, mengkhianati janji, curang di dalam perdebatan, tidak mau bersikap inshaf (adil), senang dengan penyelewengan dan enggan terhadap ayat adalah sebagian sifat mereka. 

Kalau di ajak melakukan kebaikan mereka lari, ketika melihat harta dan gemerlap dunia mereka berkerumun, tidak memegang sumpah, tidak mensyukuri nikmat dan di dadanya menyimpan kekufuran. Hati mereka gelap dan hitam pekat, tidak ada cahaya Islam dan tauhid, bahkan terselimuti kesyirikan, kekufuran dan kemaksiatan. Selalu menuruti hawa nafsu dan syahwat, enggan berbuat taat kepada Allah dan RasulNya, bahkan justru membelakanginya. bahayanya adalah bisa memecah belah perstuan kaum muslimin serta akan mendapatkan adzab dari Allah berupa neraka yang paling bawah dan dasyat panasnya (fi darqilasfal). 

Di sini kami akan sampaikan beberapa ciri-ciri orang munafiq selain yang telah disebutkan dalam hadits imam Bukhori dan imam Muslim tersebut di atas. bukan untuk diikuti, namun agar jangan sampai sifat-sifat tersebut melekat pada diri kita. Sebagaimana yang sering diungkapkan, bahwa kita mengetahui keburukan bukan untuk dikerjakan, namun agar dapat berhati-hati, barangsiapa tidak mengatahui keburukan, maka sangat mungkin akan terjerumus ke dalamnya. 

Pertama : Berdusta 

Dusta adalah sifat yang paling dominan dari seorang munafik, dan kedustaan terbesar adalah mengatakan keimanan, padahal hatinya ingkar. Ahlun nifaq selalu identik dengan kedustaan yang senantiasa melekat pada mereka, di mana pun berada dalam setiap gerak dan diamnya. Allah SWT., telah berfirman: 
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (al-Munafiqun:1) 

Setiap muslim yang suka berdusta berarti telah terkena virus kemunafikan, maka hendaklah segera mengobati penyakit ini dan menjauh sejauh-jauhnya. Seorang salaf mengatakan, “Termasuk dosa terbesar adalah lisan yang banyak berdusta (al-lisan al kadzub). 

Kedua ; Membuat Kerusakan di Bumi 

Setiap kali mereka membuat kerusakan di muka bumi, mereka menyangka telah melakukan perbaikan. Allah swt telah memberitahukan tentang mereka melalui firman Nya: “Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (al-Baqarah:11-12) 

Kerusakan orang munafik yang paling mendasar adalah mendahulukan akal dan hawa nafsu daripada syariat Allah. Mereka menyangka sedang memperbaiki atau meluruskan apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Mereka mengutak atik ayat dan hadits beserta pemahamannya dengan alasan penyegaran dan pembaharuan, dan fenomena ini akan terus berkembang dari masa ke masa. Jadi yang mereka maksudkan dengan ishlah (perbaikan) adalah segala yang mengikuti akal dan pendapat mereka, bukan Syariat Islam. 

Satu contoh yang paling mudah kita temukan, dengan mengatasnamakan kemajuan Islam kaum munafikin berusaha memodernkan pemahaman tentang Islam. Berbagai ayat dan hadis mereka ta’wil dengan sebuah sistem baru yang bernama hermeneutik. Akibatnya, ajaran-ajaran yang dibakukan di dalam al-Qur’an dan hadis dirombak dengan nama dekonstruksi. 

Ketiga : Merendahkan Orang yang Berpegang dengan Syari’at Islam 

Ini adalah sifat yang sangat klasik dan terus ada hingga kini, para munafiqin sangat benci terhadap orang yang berpegang teguh dengan syari’at Islam. Mereka beranggapan, bahwa tunduk terhadap syariat adalah kedunguan, kebodohan, kemunduran, keterbalakangan dan kehinaan. Allah SWT., berfirman :
“Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman. Mereka menjawab, “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (al-Baqarah:13) 

Semoga materi diatas sebagai refleksi dan hikmah bagi kita semua, apapun profesinya, selama dia muslim, maka harus berupaya menghindari sifat-sifat munafik tersebut dalam kehidupan sehari-hari, agar kita senantiasa mendapat jaminan hidup dan sukses baik dunia maupun akhirat, serta mau mempelajari Islam, untuk mengetahuinya secara kaffah. tegasnya Allah SWT., menjelaskan, bahwa orang munafik sebenarnya mengetahui yang benar namun tidak mau menjalankan ajaran Islam dalam kehidupannya. Wallahu’alam bishowab.. 



Kamis, 07 Maret 2013

Perbedaan itu Rahmah

Oleh : Drs. HM. ’Utsmani Hs, MHI. 
Sekretaris Umum At-Taqwa Centre 
( Masjid Raya At-Taqwa dan Islamic Centre ) 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ 

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti ( klarifikasi ), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu “. 

Fakta Perbedaan 
Perbedaan ummatku adalah Rahmah“ masih di perdebatkan dalam kedudukannya apakah ungkapan Rasulullah atau ungkapan ulama, tapi secara subtansi selama dalam masalah-masalah furu’iyyah ( khilafiyah ) bukan masalah-masalah yang usuliyyah ( muhakkamat ) maka perbedaan pendapat adalah menjadi rahmah alternatif dan opsi ummat Islam dalam mengamalkan ajarannya selama perbedaan itu tetap merujuk dan beristhimbat dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. 

Secara umum yang namanya manusia pasti senang dan suka cita berorganisasi, bergaul dan bersosialisasi dengan memiliki teman, sahabat, mitra, dan pasangan, karena nabi Adam pun luar biasa senangnya ketika dalam kesendiriannya kemudian Allah menganugerahi teman Sayidati “Hawa“ sebagai pasangan hidupnya. Oleh karena itulah manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri, makanya disebut makhluk sosial. Namun di sisi lain manusia harus juga paham bahwa berorganisasi dengan berteman atau bermitra itu berarti siap untuk menerima perbedaan. Dan perbedaan itulah sebenarnya yang menjadikan pertemanan itu mengasyikkan. Coba bayangkan kalau semua teman kita sama jenisnya, sifatnya, dan tingkah lakunya dengan jenis, sifat dan tingkah laku kita, mungkin kita sama seperti hidup dalam dunia robot yang serba kaku dan tidak mengasyikkan tidak mendapatkan Rahmah. 

Allah berfirman : 

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ 

Artinya : “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” 

Dalam penjelasan Allah diatas jelas bahwa di anatara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah adalah penciptaan manusia dalam bentuk dan warna kulit tubuh yang bermacam-macam serta berbahasa yang berbeda-beda. Allah menciptakan anak-anak Adam dalam perbedaan dan diperbedaan itulah Allah tunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. 

Hakekat terpenting dari perbedaan itu adalah bagaimana perbedan-perbedaan tersebut dapat berkolaborasi, bekerja sama, saling mendukung, saling mengingatkan, menjadi kebaikan dan saling memberikan manfaat. Begitu juga halnya dengan berorganisasi, berteman, bersahabat dan bermitra agar perbedaan dapat dikelola dengan baik dan memberikan hasil positif bagi setiap individu dan klompok tertentu. Allah menciptakan manusia bermacam-macam bentuk dan rupa dengan tujuan bagi kita agar saling mengenal dan akhirnya bisa saling memberikan nilai dan hasil yang positif. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

Artinya : “ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “ 

Menyikapi dan Mengemas Perbedaan 
Dalam berorganisasi, berteman dan persahabatan yang dibangun dengan nawaitu ” Lilla “ insya Allah akan dibimbing dan dituntun Oleh Allah untuk saling membangun kebaikan dan manfaat diantara mereka dengan berlomba untuk mengawali senyum, sapa, salam, salaman dan silaturrahim. 

Ketika ada kesalah pahaman tentang informasi dan prilaku diantara mereka maka bersegera untuk saling tabayyun ( klarifikasi ) bukan saling menghujat, salam tarik diri, saling memfitnah, saling menyombongkan kehebatan diri masing-masing dan menyimpulkan sendiri-sendiri yang justru tidak menyelesaikan masalah dan perbedaan. Allah wanti-wanti kepada kita dalam menyikapi informasi : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ 

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti ( klarifikasi ), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu “. 

Pertemanan dan kemitraan hendaknya dibungkus dan disemangati untuk salaing ingin melakukan perbaikan, jangan saling mengolok-olok karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok dan difitnah) lebih baik dari yang mengolok-olok, jangan saling mencela, jangan saling memanggil dengan gelar-gelar (panggilan) yang buruk (panggilan yang tidak disukai oleh yang dipanggil), menjahui kebanyakan prasangka jelek ( negatif thingking ), jangan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan saling menggunjing, dan harus jujur dan tidak membangun kebohongan dan kemunafikan diantara sahabat dan mitra. 

Tanda-tanda kehancuran umat Islam adalah : Melupakan dan menutupi kesalahan / kekurangan diri, Mengingat-ingat dan mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain, Mengingat-ingat kebaikan diri kepada orang lain padahal tidak mengerti apakah kebaikan itu diterima oleh Allah sebagai amal kebaikan, Melupakan dan membuang dari ingatannya kebaikan orang lain kepada dirinya, Membandingkan diri dengan yang lebih tinggi dan lebih kaya dalam hal materi dan jabatan, dan membandingkan diri dengan yang lebih jelek dan malas dalam masalah ibadah dan ketaqwaan. 

Semoga Allah selalu memberkahi, membimbing, meridhai pertemanan dan pergaulan kita semua amin. Wallahu A’lam bishawaab.

Selasa, 05 Maret 2013

DOA UNTUK IBU

Puisi Mutia Fitriyani

Aku tak tau apa yang harus kuLakukan tanpa dia
Dia yang seLaLu mengerti aku
Dia yang tak pernah Letih menasehatiku
Dia yang seLaLu menemani

DiaLah Ibu
Orang yang seLaLu menjagaku
Tanpa dia aku merasa hampa hidup di dunia ini
Tanpa.nya aku bukanlah apa-apa

Aku hanya seorang manusia Lemah
Yang membutuhkan kekuatan
Kekuatan cinta kasih dari ibu
Kekuatan yang Lebih dari apapun

Engkau sangat berharga bagiku
WaLaupun engkau seLaLu memarahiku
Aku tau
Itu bentuk perhatian dari mu
Itu menandakan kau peduLi denganku

Ya Allah,,
BerikanLah kesehatan pada ibuku
PanjangkanLah umur.nya
Aku ingin membahagiakan.nya
SebeLum aku atau dia tiada

Terimakasih Ibu
Atas apa yang teLah kau berikan padaku
Aku akan seLaLu menyanyangimu

Senin, 04 Maret 2013

PEMBANGUNAN KANTOR MUI KOTA CIREBON

MUI Kota Cirebon akan segera mempunyai kantor baru. Pembangunan kantornya sedang dilaksanakan mulai Februari 2013. Letak tanah yang menjadi tempat berdirinya bangunan adalah samping Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon atau tepat di dekat menara At-Taqwa. 

Kantor MUI dibangun di atas lahan bekas Taman Pendidikan Al Quran (TPA) At-Taqwa yang sebelumnya menduduki lokasi ini. Sebagai gantinya TPA At-Taqwa berpindah ke lantai 2 Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon dengan sekretariat dipindah sementara ke Sekretariat Remaja Masjid At-Taqwa sebelum dibangunkan gedung baru. 

Dana pembangunan kantor MUI berasal dari APBD Kota Cirebon dan Provinsi Jawa Barat. Dengan total perencanaan dana adalah sebesar Rp. 750.000.000,- (Tujuh ratus lma puluh juta rupiah). Dana tersebut merupakan APBD yang dikeluarkan di akhir masa jabatan Walikota Cirebon (Subardi, S.Pd.) yang masa jabatannya berakhir di bulan Maret 2013. 

Kantor MUI Kota Cirebon merupakan sarana penunjang kegiatan pengurus MUI Kota Cirebon. Semoga dengan berdirinya kantor ini, MUI dapat lebih maksimal lagi dalam menjalankan tugasnya menegakkan aqidah dan Agama Islam. Serta tugas dakwah sebagai penerus Rasulullah saw., dapat terlaksana dengan baik. 





Kamis, 28 Februari 2013

ISLAM DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

Oleh : Sugino Abdurrahman, S.Pd.I.

Ketua Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Kota Cirebon 
Wakil Ketua ICC Kota Cirebon 

Pemimpin dan kepemimpinan yang berkarakter hanya akan tampil dari orang-orang yang bermoral kuat dan senantiasa melakukan kebaikan dalam hidupnya. Dalam bahasa Islam, yaitu orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Dari sinilah akan mengalir energi besar sebuah bangsa untuk bangkit dan membangun kembali kehidupanya. Karena sang pemimpin berusaha kuat untuk senantiasa berjalan dan bekerja dengan bimbingan Allah. Sebuah bangsa yang terpuruk dan nyaris meluncur ke jurang kehancuran akan kembali bangkit di bawah kepemimpinanya yang beriman dan beramal soleh tersebut. Inilah janji Alah sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nuur ayat 55, yang artinya : 

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh, bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoinya untuk mereka. Dan dia akan benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan aku. Dan barang siapa yang tetap kafir setelah janji itu maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” 

Dari sinilah Islam mengajarkan kepada umatnya dan semua manusia untuk memilih pemimpin dengan benar melalui cara apapun termasuk pemilu, pilkada, dan lain-lain. Penduduk sebuah negeri diajarkan untuk menyeleksi pemimpin dari orang-orang yang memilii komitmen kebenaran, dan senantiasa mewujudkan nilai-nilai kebenaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebaliknya Islam melarang keras kepada penduduk negeri yang beriman untuk mengangkat orang-orang yang melecehkan kebenaran, sebagai pemipin mereka. 

Dalam Surat An-Nuur ayat 55 seperti disebutkan di atas pemimpin yang beriman dan beramal soleh dengan bimbingan Allah SWT., mengamalkan tentang tiga langkah besar untuk melakukan perubahan masyarakat dan bangsa : 

Pertama, Tamkin Ad-diin atau mengokohkan kembali nilai-nilai spiritual dan ajaran agama sebagai orientasi dan pedoman kehidupan semua warga masyarakat. Agama mengajarkan prinsip dasar bahwa manusia dan kehidupan alam semesta berasal dari Allah sang Pencipta dan diadakan untuk tujuan mengabdi kepadanya. Agama juga menunujunkan kepada manusia jalan-jalan yang dikenhendakis ang pencipta. Dengan begitu, agama menjadi sumber moralitas dan perilaku yang benar dan baik bagi warga masyarakat. Inilah yang sungguh-sungguh mulai lenyap dari kehidupan. 

“…kemudian jika dating petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah:38-39). 

Kedua, Tabdil al-hayah, atau melakukan perubahan total terhadap berbagai aspek yang mendasar dalam kehidupan. Kekuasaan memiliki amanah untuk melakukan isti’mar al ardh atau memakmurkan kehidupan bumi, sehingga semua penduduknya merasa aman dan sentosa hidup didalamnya. 

“…Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kaum dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” (QS. Huud : 61) 

Pemakmuran kehidupan di bumi berpihak pada prinsip pendayagunaan semua sumber daya yang Allah berikan dan tundukan bagi manusia, tanpa dirasuki motif untuk melakukan perusakan didalamnya. 

“…Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentigan) mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan..” (QS. Luqman : 30) 

Prinsip pendayagunaan yang tidak merusak berjalan ketika manusia menggunakan rasionalitas akalnya, yang menjadi kelebihan atau keistimewaannya dihadapan makhluk-makhluk lain yang Allah ciptakan. Pengabaian terhadap rasionalitas akal pikiran hanya akan melahirkan manusia-manusia rakus dan perusak yang bekerja hanya hawa nafsu durjananya. 

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan” (QS. Al-Israa : 70) 

Pada saat yang bersamaan, rasionalitas akal pikiran dalam mendayagunakan semua potensi sumberdaya untuk memakmurkan kehidupan, harus diikuti dengan sikap moral-mental yang senantiasa mensyukuri semua hasil dan nikmat yang didapatkan. Karena sikap mental (mental mode) semacam inilah yang mampu meningkatkan kemakmuran dan menambah rezeki dari Allah SWT. 

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat Pedih" (QS. Ibrahim : 7) 

Sikap mental syukur nikmat ditandai dengan suburnya rasa solidaritas social terhadap kaum fakir miskin dan dijauhinya perilaku berlebihan dalam urusan materi, atau perilaku mubazir, karena inilah wujud perilaku buruk syetan. 

Prinsip dasar berikutnya dari tabdil al-hayah adalah adil, yaitu rekonstruksi kehidupan ekonomi, politik, hokum, social, dan budaya harus diwarnai prinsip keadilan yang dirasakan oleh para penduduk negeri. Prinsip keadilan ini mensyaratkan adanya permasalahan kehidupan, diikuti sikap tegas dan jelas dalam mengambil kebijakan yang berorientasi kepada kemaslahatan umum, serta kepastian hokum yang mengilkat dan mengatur secara kuat semua proses kehidupan masyarakat tanpa terkecuali. 

Ketiga, Ri’ayah al-mashalih al-ijtima atau memelihara potensi kebaikan masyarakat. Salah satu pintu kehancuran kehidupan sebuah negeri adalah ketika para pemimpin dan penduduknya tidak mampu memelihara semua potensi yang telah dimiliki dan dibangunnya. Justru sebaliknya, terjadi penghancuran secara sistematis dan massif, tanpa mereka sadari. Allah mengingatkan manusia tentang orang-orang yang mengadakan sesuatu dianggap baik, tetapi kemudian mereka merusaknya sendiri lantaran tidak mampu memeliharanya. 

Ri’ayah al mashalih al-ijtima’iyyah pada hakekatnya adalah sikap hidup seluruh penduduk negeri beserta para pemimpinnya untuk berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran menjauhi segala hal yang bisa merusak dan selalu menegakkan amar maruf nahyi munkar. 

Dan inilah tiga langkah besar untuk melakukan tiga perubahan besar, untuk melakukan perbaikan kehidupan yang sebelumnya sudah porak-poranda. Tiga langkah ini akan melahirkan kembali iklim ”iman dan taqwa” pada penduduk negeri ini dan pada para pemimpinnya, sebagai syarat terbukanya pintu-pintu keberkahan hidup dari Allah SWT. Dzat yang Maha Kaya. 

”Jikalau sekiranya penduduk negeri–negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakakn ayat-ayat Kami itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96). Wallahu’alam

Selasa, 26 Februari 2013

MENYONGSONG AT-TAQWA CENTRE

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DOLANTIKNYA PENGURUS AT-TAQWA CENTRE KOTA CIREBON MASA BAKTI 2013-2018


SEMOGA MENJADI HIKMAH BESAR UNTUK PERADABAN


STRUKTUR ORGANISASI
AT-TAQWA CENTRE KOTA CIREBON
MASA BAKTI 2013-2018


Ketua Umum: Ahmad Yani, M.Ag.

Ketua I: H. Djaelani Said, M.Ag.

Ketua II: Sugino Abdurrahman, S.Pd.I.

Ketua III: H. Cholil Taufik, B.A.E.

Sekretaris Umum: Drs. H.M. Utsmani Hs. M.H.I.

Sekretaris I: M. Taufik, S.Ag.

Sekretaris II: H. Syaeful Badar, M.A.

Bendahara Umum: Drs. H. Dodi Supriadi

Bendahara I: H. Sumarsono Achyat

Bendahara II: H. Maman Abdurrahman, S.E.


Bidang Diklat, PHBI, dan Dakwah: 

Dr. H. Farihin Nur, M.Pd.

Drs. H. Komarudin Ks., M.Pd.
Dr. H. Achdi Halim, M.Si.


Bidang Peribadatan dan Ziswaf:
Drs. H. Muchlis, M.Pd.
H.M. Ishomudin Baedhowi, M.B.A.
Drs. A. Syatori, M.Ag.


Bidang Pembangunan, Pemeliharaan, dan Perlengkapan:
Ir. H. Yoyon Indrayana, M.T.
Mudhofar, S.T.
Ir. H. Supriadi, M.M.


Bidang Ekonomi dan Kerjasama:
Ir. H. Odi Suryadi, M.M.
Drs. H. Ayi Azhari
Alif Ringga Persada, S.Si., M.Pd.


Bidang Pemberdayaan Muslimah dan Remaja Masjid:
Dra. Hj. Idah Saidah Rohimi
H. Syahrudin, M.A.
Ayi Nining, S.Ag., M.Ag.


Bidang Kajian, Penerbitan, dan Perpustakaan:
Wahyudin, S.Ag., M.Pd.I.
drh. H. Bambang Irianto, B.A.
Nuryana, S.Ag., M.Pd.


Bidang Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, dan Kesehatan:
Kapt. Edy Purwiyono
dr. Hj. Nurjati
M. Basyari Rahmat, S.Ag.


Bidang Hukum dan Advokasi:
Chandra Bima Pramana, S.H., M.M.
Lia Amalia, S.H.


IBUKU ROMANTIS

Oleh: Ibnu Malik



Nuansa indah dan romantis sering kali kita temukan dalam film, novel, dan cerita-cerita yang bernuansa cinta. Pada isi ceritanya jika seorang laki-laki mencintai sorang wanita, kemudian mencurahkan isi hatinya maka akan keluar kata-kata atau puisi yang indah. Ini bertujuan untuk memikat hati sang wanita. Bisa juga bertujuan untuk mencurahkan isi hati, karena kita tahu bahwa hati seseorang berisi keindahan ketika ia jatuh cinta.
Namun semua kata dan puisi itu tidak terlalu berarti karena orang yang dicintai dan dikasihi pada novel, cerita, dan prosa adalah bukan muhrim. Sebagian besar adalah dalam situasi pacaran. Romantisme yang ada hanyalah untk membuat suasana romantic dalam cerita saja.
Pada faktanya, kata-kata dan bahasa puitis yang indah merupakan salah satu cara pendidikan yang efektif untuk anak. Terlebih jika yang mengucapkan itu adalah ibu kandung. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Raden Nyi Mas Rara Santang kepada puteranya Syekh Syarif Hidayatullah.
Peristiwa ini salah satunya terjadi ketika Syekh Syarif yang hendak berangkat untuk menuntut ilmu. Ibunda beliau melepas kepergiannya sambil menyapa dengan panggila “wahai belahan hatiku, belahan jiwaku, dan jantung hatiku”. Sebagaimana disampaikan oleh ketua Bidang Pengembangan Budaya Keraton Kacirebonan Bapak drh. H. Bambang Irianto.
Hasil dari kebiasaan memanggil kepada sang anak dengan panggilan yang mesra, indah, dan penuh kasih sayang telah terbukti. Syekh Syarif Hidayatullah yang merupakan seorang wali Allah ternyata mendapatkan didikan dari sang bunda yang senantiasa membiasakan diri dengan memanggil anaknya dengan sapaan yang indah dan mesra.
Ibu adalah madrosatul ula (sekolah pertama) yang menjadi pendidikan utama untuk anak. Anak akan lebih sering bertemu dan berkomunikasi dengan ibunya. Maka kesempatan untuk memberikan pendidikan yang baik ada pada ibu. Bahkan ikatan emosional antara anak dan ibunya merupakan ikatan yang sangat erat.
Ketika seorang anak dibiasakan mendengar panggilan dan sapaan yang indah, lembut, dan mesra akan membentuk karakter yang lembut pula. Sehingga diharapkan akan membentuk sifat dan karakter anak yang sholeh.
Inilah yang selama ini belum kita sadari. Bahwa pentingnya peranan ibu dalam pendidikan anak. Seperti apa yang dilaksanakan oleh Raden Nyi Mas Rara Santang kepada anaknya merupakan pola pendidikan yang sangat hebat. Kemudian untuk hasil bisa kita saksikan terbentuknya karakter mulia pada diri Syekh Syarif Hidayatullah.
Ketika hendak menuntut ilmu, Syekh Syarif dibekali dengan uang 1.000 dinar. Kalau kita setarakan dengan mata uang rupiah adalah sebesar 2,2 milyar rupiah. Jumlah yang sangat besar, akan tetapi tidak membuat Syekh Syarif lupa diri bahwa tujuannya adalah untuk menuntut ilmu. Inilah salah satu karakter yang dibentuk pula oleh pola pendidikan Ibunda Raden Nyi Mas Rara Santang kepada anaknya.  

Kamis, 07 Februari 2013

7 Masjid unik yang ada di Indonesia

Masjid adalah bangunan yang di buat untuk tempat ibadah umat islam, di indonesia sendiri sangat banyak di temukan masjid tapi taukah kamau kalau di indonesia ada bentuk masjid yang unik unik kalau belum tahu simak tulisan berikut ini. 7 Masjid Unik yang ada di Indonesia antara lain adalah:


Masjid An Nurumi

Masjid An Nurumi merupakan masjid kecil di tepi jalan Jogja-Solo dengan arsitektur cukup unik. Kubah atapnya mirip bangunan di Moscow, Russia. Kubahnya berbentuk aneh dan berwarna-warni. Mesjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Kremlin. Ada juga yang menjuluki Masjid Permen, sebab kubahnya warna-warni mirip permen lolipop.


Masjid Bawah Tanah Tamansari

Masjid Taman sari terletak di bawah tanah kompleks Taman Sari Jogjakarta. Masjid Tamansari dibangun pada paruh pertama abad lalu. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik. Masjid bawah tanah ini terdiri atas dua lantai berbentuk bulat dengan rongga- rongga jendela di bagian luarnya. Lantai bawah dipakai untuk jamaah wanita, lantai atas untuk jamaah pria. Tangga dari lantai bawah menuju ke lantai atas terletak di tengah-tengah lingkaran. Selain itu terdapat sebuah kolam kecil berbentuk bulat di tengah masjid serta tangga yang melintang di atasnya.




Masjid Cipari

Masjid Cipari atau A-Syuro, adalah salah satu masjid tertua di Garut, Jawa Barat. Bentuk bangunan mesjid ini cukup unik karena mirip bangunan gereja dengan bentuk bangunannya yang memanjang dengan pintu utama persis ditengah-tengah nampak muka bangunan, juga keberadaan menaranya yang terletak di ujung bangunan persis diatas pintu utama. Masjid Cipari ini juga memiliki sejarah perjuangan, karena dahulu digunakan sebagai basis perjuangan rakyat dan tentara.


Masjid Menara Kudus



Masjid Menara Kudus disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus. Keunikan dari bangunan masjid ini adalah menara berbentuk candi bercorak Hindu Majapahit. Bentuk arsitekturalnya yang sangat khas untuk sebuah menara masjid itulah yang menjadikannya begitu mempesona. Keunikan lainnya, mesjid ini dibangun dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Mesjid ini terletak di kabupaten Kudus, Jawa Tengah.


Masjid Muhammad Cheng Ho

Masjid Muhammad Cheng Ho berada di Jalan Gading, Kota Surabaya. Mesjid ini tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu masjid terunik. Bangunan mesjid ini tidak berbentuk seperti mesjid pada umumnya karena dibuat dengan arsitektur khas Tiongkok. Bentuk bangunan ini mirip Masjid Niu Jie di Beijing yang berusia lebih dari 100 tahun.


Masjid Perahu

Masjid yang terletak di sebuah gang kecil yang terapit oleh Apartemen Casablanca, Jakarta ini aslinya bernama Al Munada Darrusalam. Mesjid ini lebih dikenal sebagai masjid perahu karena di samping masjid itu terdapat bangunan beton yang menggambarkan sebuah perahu raksasa. Bangunan berbentuk perahu tersebut difungsikan sebagai tempat wudhu untuk kaum muslimat, sementara untuk kaum muslimin berada pada sisi yang berbeda. Suatu keunikan yang tak dimiliki oleh masjid-masjid lainnya.


Masjid Pintu Seribu

Masjid Nurul Yakin atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Sewu (seribu) memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan masjid lainnya karena mesjid ini memiliki seribu pintu. Masjid seribu ini menjadi salah satu tempat paling menarik bagi wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal tapi wisatawan asing. Mesjid ini terletak di Kp.Bayur Tangerang.

Senin, 04 Februari 2013

Masjid Jagabayan

Membicarakan budaya keraton Cirebon tidak terlepas dari perjalanan panjang nagari-nagari pesisir Cirebon sehingga terbentuknya kerajaan Cirebon. Nagari-nagari tersebut adalah seperti nagari surantaka, nagari singapura, nagari japura sampai terbentuknya nagari caruban larang. setelah nagari caruban larang berdiri maka terjadilah periodesasi masa kerajaan masa panembahan dan masa kasultanan cirebon. hal ini sebagaimana penulis kutip dalam (seninar budaya fakultas ADAB IAIN Cirebon/12 juni 2009 oleh Drh.H.R. Bambang Irianto, BA) konteks Cirebon sendiri merupakan salah satu wilayah Indonesia yang sarat dengan peninggalan sejarah mulai dari sumber lisan, tulis hingga sumber arkeologis yang menurut Uka candra sasmita, lebih banyak disebabkan oleh faktor atau letak geografis dari wilayah Cirebon itu sendiri dalam hal ini sangat menguntungkan karena memiliki muara-muara sungai yang memiliki peran penting bagi pelabuhan, baik dalam lingkup domestik maupun internasional. Pelabuhan Cirebon sendiri berlangsung sejak zaman kerajaan padjajaran yang bercorak Hindu-Budha. (Uka Candrasasmita, arkeologi islam nusantara. hlm:159)

Akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Budha sampai kepada islam terdapat dalam berbagai bidang. percampuran ini terlihat dalam cabang-cabang kesenian, seperti seni bangunan, seni pahat atu seni ukir, seni tari, seni musik dan sastra (Didin Supriadin & Marwan Supriadi, Sejarah. hlm:108) penekanan terhadap simbol pada budaya yang ada di keraton Cirebon tergantung pada dominasi kepercayaan yang berlaku pada masing-masing periode pmerintahan. Ketika Islam memasuki wilayah Cirebon dan menjadi kepercayaan yang relatif baru di wilayah Cirebon. Maka kebudayaan pun telah di Islamkan oleh para dai/mubaligh (wali.pen). Hingga saat ini Cirebon pun masih memiliki peninggalan materi (arkeologis) berupa bangunan-bangunan bersejarah baik dari peninggalan-peninggalan masa kerajaan Cirebon maupun peningalan era kolonial.

Seperti di antaranya: Pabrik rokok BAT, kantor pos pusat di Cangkol, SMPN 14 dan 16, Bank Indonesia di Cangkol, situs makam gunung sembung dan makam gunung jati, situs makam talun, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Jagabayan serta masih banyak situs-situs bersejarah yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu secara keseluruhan belum juga termasuk peningalan Cina yang sangat berpengaruh dalam terbentuknya kebudayaan Cirebon.

Peninggalan sejarah berupa materi pun terdapat pada Masjid Jagabayan yang telah saya singgung di atas tadi. Pada kesempatan ini Masjid Jami Jagabayan yang menjadi fokus kajian penelitian saya, memang merupakan masjid bersejarah yang didirikan oleh tokohnya Tumenggung Jagabaya. Yang menarik ialah dalm perjalanan historisnya di awal berdirinya hingga sekarang ternyata bangunan bersejarah ini pernah mengalami peralihan secara kefungsian dimana pada awal berdirinya bangunan ini yang sekarang menjadi masjid jagabayan dahulunya merupakan sebuah post penjagaan/pertahanan untuk wilayah keraton Cirebon ring dalam sebelah timur. Meski dalam perkembangannya telah berubah fungsi sebagai tempat beribadah yang dimulai oleh para wali utama wali yang 9 itu, dalam perkembangan perjalananya diikuti oleh masyarakat setempat dan para pendatang muslim yang sempat bersinggah di tempat itu hingga saat ini fungsinya menjadi sebuah massjid (diambil dari sejarah lisan).

Secara administratif, masjid jagabayan berada dalam wilayah kelurahan lemahwungkuk, kecamatan lemahwungkuk, Kota Cirebon. Masjid ini terletk sebelah timur ujung selatan Jl.Karanggetas, di tengah kawasan pertokoan yang mengapit pada sebelah utara, selatan dan timur.

Masjid ini pernah beberapa kali mengalami pemugaran namun masih mempertahankan beberapa bentuk aslinya. Atap masjid yang berbentuk joglo masih dipertahan kan hingga sekarang, sementara dindingnya diganti dengan batu bata diplister, dan lantainya di ganti ubin keramik.

Secara etimologis, kata jagabayan berasal dari kata jaga baya. Jugul muda adipati galuh dalam kitab kapa-kapa sudah menyebut istilah Jagabaya dengan pengertian menjaga bahaya/keamanan dalam negeri, dan bukan keamanan desa yang aparatnya disebut suratani (prajurit keamanan desa), (Depdikbud. potensi wisata budaya Kota Cirebon.hlm;20). Jika mengacu pada beberapa naskah babad Cirebon, sepeti Pustaka Negara Kerta Bumi dan Purwaka Caruban Nagari, kata Jagabayan di adopsi dari nama pangeran jagabaya, utusan sang maha prabu siliwangidari pakuan padjajaran yang kemudian menetap di Cirebon bersama jaka sengara (raja sengara) adik bungsu pangeran cakrbuana.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa


Di sebelah barat alun-alun terdapat Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Mesjid ini secara administratif berada di Kampung Kasepuhan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk. Secara geografis berada pada daerah pedataran tepatnya pada koordinat 06º 43' 542" Lintang Selatan dan 108º 34' 321" Bujur Timur. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1498 oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati. Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak. 

Mesjid ini dinamai Sang Pencipta Rasa karena merupakan pengenjawantahan dari rasa dan kepercayaan. Sementara penduduk Cirebon, pada masa itu menamainnya Mesjid Pakungwati karena terletak dalam kompleks Keraton Pangkuwati. Sekarang mesjid ini terletak di depan Keraton Kasepuhan. Menurut cerita rakyat, pembangunan mesjid ini hanya dalam tempo satu malam; pada dini hari keesokan harinya telah dipergunakan untuk shalat Subuh.

Kompleks Mesjid Agung Sang Cipta Rasa luasnya ±1.763 m2, dikelilingi pagar tembok. Pagar tersebut berlainan tingginya. Bagian sisi barat dan utara setinggi ± 2 m dan sisi timur dan selatan ± 1,70 m. Sisi timur, tembok dihiasi dengan ragam-ragam belah ketupat, yang berukuran 1 m. Di sisi ini juga terdapat 3 pintu gerbang. Pintu kiri-kanan berukuran ± 2 x 2 m dan di tengah berukuran 3 x 4 m. Ketiga gerbang ini berbentuk koriagung (gapura beratap). Pada puncak gerbang tengah terdapat hiasan bentuk sayap 3 tingkat. Di tengah sayap terdapat lengkunagn yang di tengahnya lagi dihiasi bentuk candi laras. Gapura atas berbentuk setengah lingkaran dengan tulisan Arab. Di kiri-kananya ada hiasan candi laras. Gapura tersebut memiliki 2 daun pintu dengan hiasan candi laras dan belah ketupat.

Bangunan utama mesjid menghadap ke timur, berdiri di atas lahan seluas ± 50 x 60 m2. Bangunan mesjid ini berdenah bujursangkar dengan ukuran 28 x 28 cm dan mempunyai keunikan, yaitu adanya saka tatal (salah satu saka gurunya terbuat dari potongan-potongan kayu jati, lalu ditata rapih menjadi tiang setinggi enam meter dan garis tengahnya ± 60 cm). Pada salah satu tiang penyangga terdapat sebuah papan yang bertulis huruf Arab dan menyebut tentang perbaikan serambi mesjid tersebut.

Mesjid Agung yang juga disebut sebagai Mesjid Kasepuhan ini mempunyai sembilan pintu. Pintu utama terdapat di Timur, khusus untuk para wali dan raja. Kedelapan pintu lainnya terletak di sisi Utara dan Selatan. Tujuh buah pintu dibuat dengan ukuran rendah, sehingga bila hendak masuk harus membungkuk. Di dalam mesjid terdapat mihrab, mimbar, dan satu ruangan berpagar kayu. Mihrab terdapat di sisi Barat, terbuat dari batu pualam muda berwarna putih. Di bagian puncak lengkung mihrab, tepatnya di tengah terdapat tonjolan yang berbentuk jantung dengan ukiran bunga teratai. Mimbar terbuat dari kayu, letaknya di utara mihrab dan berkelambu. Mimbar ini diberi nama Sang Renggokosa, sedangkan kelambunya bernama Sang Entu. Di sebelah utara mimbar terdapat satu ruangan pagar kayu (kerangkeng) yang disebut maqsura. Ruangan ini dipergunakan khusus untuk ruangan sholat Sultan-sultan Kasepuhan.

Bangunan mesjid dilengkapi prabhayaksa (serambi depan) berukuran 30 x 10 m dan serambi selatan berukuran 35 x 8 m. Bentuk atap mesjid Agung Kasepuhan adalah limasan bertingkat tiga tanpa mamolo. Ragam hias yang terdapat di mesjid ini antara lain geometri, motif tumbuh-tumbuhan dan anyaman. Lantai bangunan ini menggunakan tegel dan yang baru menggunakan keramik. Di sebelah utara mesjid terdapat dua sumur yang airnya dianggap keramat. Sumur ini masing-masing berdiameter 1 m. Bagian dinding dalam sumur ditembok dengan bahan bata.

Lokasi: Kampung Kasepuhan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk
Koordinat : 06º 43' 542" S, 108º 34' 321"E,

Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=216&lang=id

Minggu, 03 Februari 2013

Masjid Panjunan


Masjid Panjunan atau Masjid Merah Panjunan adalah sebuah masjid tua yang berada di Desa Panjunan, Lemahwungkuk, Cirebon


Sejarah 
Masjid ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin tembikar atau jun. 

Masjid Panjunan semula bernama mushala Al-Athya namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama. sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha. 

Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan sebagai benda cagar budaya

Arsitektur 

Mihrab Masjid Panjunan. Bangunan lama mushala itu berukuran 40 meter persegi saja, kemudian dibangun menjadi berukuran 150 meter persegi karena menjadi masjid. Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan Arab, namun pengaruh budaya Arab terlihat sangat sedikit pada arsitektur bangunan Masjid Merah Panjunan ini. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu. 

Arsitektur Masjid Panjunan merupakan perpaduan budaya Hindu, Cina, dan Islam. Sekilas masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya karena memang bentuk bangunannya menyerupai kuil hindu, adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio. 

Ruangan utama Masjid Merah Panjunan langit-langitnya ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Cina dan Eropa. 

Pada bagian mihrab dihiasi dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk paduraksa juga memperlihatkan pengaruh budaya lama. Di Masjid Merah Panjunan ini tidak ada mimbar, karenanya hanya digunakan untuk sholat sehari-hari, tidak untuk ibadah sholat Jumat, atau sholat berjamaah di Hari Raya Islam. 

Tampak muka Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari susunan batu bata merah yang pintu gapuranya memperlihatkan pengaruh Hindu dari zaman Majapahit yang banyak bertebaran di daerah Cirebon. Gapura yang susunan batanya berwarna merah memberikan nama tengah kepada masjid ini. Adalah Panembahan Ratu yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati yang membangun tembok keliling bata merah setinggi 1,5 m dan ketebalan 40 cm pada tahun 1949. 

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Panjunan