Selasa, 26 Februari 2013

IBUKU ROMANTIS

Oleh: Ibnu Malik



Nuansa indah dan romantis sering kali kita temukan dalam film, novel, dan cerita-cerita yang bernuansa cinta. Pada isi ceritanya jika seorang laki-laki mencintai sorang wanita, kemudian mencurahkan isi hatinya maka akan keluar kata-kata atau puisi yang indah. Ini bertujuan untuk memikat hati sang wanita. Bisa juga bertujuan untuk mencurahkan isi hati, karena kita tahu bahwa hati seseorang berisi keindahan ketika ia jatuh cinta.
Namun semua kata dan puisi itu tidak terlalu berarti karena orang yang dicintai dan dikasihi pada novel, cerita, dan prosa adalah bukan muhrim. Sebagian besar adalah dalam situasi pacaran. Romantisme yang ada hanyalah untk membuat suasana romantic dalam cerita saja.
Pada faktanya, kata-kata dan bahasa puitis yang indah merupakan salah satu cara pendidikan yang efektif untuk anak. Terlebih jika yang mengucapkan itu adalah ibu kandung. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Raden Nyi Mas Rara Santang kepada puteranya Syekh Syarif Hidayatullah.
Peristiwa ini salah satunya terjadi ketika Syekh Syarif yang hendak berangkat untuk menuntut ilmu. Ibunda beliau melepas kepergiannya sambil menyapa dengan panggila “wahai belahan hatiku, belahan jiwaku, dan jantung hatiku”. Sebagaimana disampaikan oleh ketua Bidang Pengembangan Budaya Keraton Kacirebonan Bapak drh. H. Bambang Irianto.
Hasil dari kebiasaan memanggil kepada sang anak dengan panggilan yang mesra, indah, dan penuh kasih sayang telah terbukti. Syekh Syarif Hidayatullah yang merupakan seorang wali Allah ternyata mendapatkan didikan dari sang bunda yang senantiasa membiasakan diri dengan memanggil anaknya dengan sapaan yang indah dan mesra.
Ibu adalah madrosatul ula (sekolah pertama) yang menjadi pendidikan utama untuk anak. Anak akan lebih sering bertemu dan berkomunikasi dengan ibunya. Maka kesempatan untuk memberikan pendidikan yang baik ada pada ibu. Bahkan ikatan emosional antara anak dan ibunya merupakan ikatan yang sangat erat.
Ketika seorang anak dibiasakan mendengar panggilan dan sapaan yang indah, lembut, dan mesra akan membentuk karakter yang lembut pula. Sehingga diharapkan akan membentuk sifat dan karakter anak yang sholeh.
Inilah yang selama ini belum kita sadari. Bahwa pentingnya peranan ibu dalam pendidikan anak. Seperti apa yang dilaksanakan oleh Raden Nyi Mas Rara Santang kepada anaknya merupakan pola pendidikan yang sangat hebat. Kemudian untuk hasil bisa kita saksikan terbentuknya karakter mulia pada diri Syekh Syarif Hidayatullah.
Ketika hendak menuntut ilmu, Syekh Syarif dibekali dengan uang 1.000 dinar. Kalau kita setarakan dengan mata uang rupiah adalah sebesar 2,2 milyar rupiah. Jumlah yang sangat besar, akan tetapi tidak membuat Syekh Syarif lupa diri bahwa tujuannya adalah untuk menuntut ilmu. Inilah salah satu karakter yang dibentuk pula oleh pola pendidikan Ibunda Raden Nyi Mas Rara Santang kepada anaknya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar