Oleh
: Sugino Abdurrahman, S. Pd
(Ketua Umum (IKADI) Kota Cirebon/
Wakil Ketua
Islamic Centre Kota Cirebon)
Jujur
mungkin kata ini selalu muncul dalam banyak diskusi dan perbincangan masyarakat
saat menyikapi semakin banyaknya penyimpangan dan penyelewengan disekitar kita.
Mudah diucapkan tapi begitu sulit untuk dilaksanakan. Ringan dilisan tetapi
berat dalam kenyataan bahkan perbincangan kita tentang kejujuran terkadang
hanya menjadi sebuah harapan. Soal kejujuran sebenarnya bukan masalah bisa atau
tidak tetapi mau atau tidak mau, sebab sebagai seorang muslim iman dan islam
seharusnya menyatu dengan kejujuran.
Jujur bagi orang yang beriman adalah jati diri,
hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw ketika ditanya, “apakah orang mukmin itu bisa
menjadi orang pengecut?” beliau menjawab “iya” tetapi ketika nabi ditanya
“apakah seorang mumin juga berbohong?” dengan tegas nabi menjawab “tidak, orang
mukmin tidak mungkin berbohong” sabda nabi saw ini tentu saja menjadi penegas
sekaligus penjelas bahwa jujur itu menjadi prinsip yang senyawa dengan
kepribadian kita. Jujur itu sekali lagi adalah persoalan mau tidak mau. Jujur itu persoalan memilih antara kebenaran yang
kita yakini dan dusta yang hati kita
tidak pernah tenang dengannya.
Hal
ini pernah dibuktikan oleh seorang sahabat yang bernama ” Mubaraq seorang penjaga kebun buah delima suatu ketika
majikannya datang dan meminta Mubaraq mengambilkan buah delima yang manis.
Mubaraq bergegas mengambilnya dan diberikan kepada majikannya, saat mencicipi
buah delima majikannya marah lantaran buah delima yang dipetik Mubaraq rasanya
asam maka majikannya memerintahkan lagi untuk memetik delima yang manis rasanya
hingga dua sampai tiga kali memetik tetap saja buah itu terasa asam maka
majikannya pun bertanya,”apakah kamu tidak bisa membedakan mana buah yang
manis mana buah yang asam?” Mubaraq menjawab “tidak” “bagaimana mungkin
terjadi sedangkan kamu sudah bekerja dikebun ini bertahun-tahun?”Tanya
majikannya. lalu Mubaraq menjawab
“sesungguhnya aku tidak pernah memakan buah dari kebun ini sampai aku
benar-benar mengetahui kehalalannya.” “kenapa demikian?” Tanya majikannya lagi.
“karena aku hanya disuruh menjaganya dan tidak disuruh memakannya” jawab
Mubaraq. Mendengar jawaban Mubaraq itu sang majikan merasa terharu dia sangat
terkesan dengan akhlak pembantunya itu sampai akhirnya dia menikahkan putrinya
dengan Mubaraq. Hasil pernikahan ini kemudian melahirkan seorang ulama besar
yang bernama Abdullah Ibnu Mubaraq. Kisah diatas sangat menjadi pelajaran sekaligus cermin bagi kita
bahwa dalam kehidupan ini akan selalu ada orang-orang yang teguh dalam pendirian,
kokoh dalam prinsip dan kuat dalam keyakinan yang menghiasi kehidupan ini
dengan kejujuran.
Bagaimana
Bertahan Bersama Kajujuran
Bertahan
bersama dalam kejujuran memang tidaklah mudah bahkan hari-hari ini belajar memahami tentang
kejujuran butuh perjuangan sendiri. Ibarat mengharap seteguk air ditengah gurun pasir , sebab hidup telah
berubah terlewat gersang banyak hiasan palsu, nilai palsu, keyakinan palsu, dan tujuan
palsu.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar
kita menjadi orang yang jujur sebagai
berikut:
1. Harus
dengan ilmu sehingga kita memiliki kecukupan dan kecakapan wawasan dalam
memandang, mensikapi, dan menyelesaikan masalah
2. Menjaga
hubungan baik yang kuat bersama Allah.
kita menyadari, bahwa kita mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi kepada
Allah SWT bahkan secara jujur kita tidak bisa terlepas diri Allah SWT. Oleh
karena itu menjadi suatu hal yang mesti kita wujudkan dalam diri kita bagaimana
agar kita tetap mempunyai hubungan yang baik dan kuat dengan Allah SWT.
Dipentas kekuasaan kejujuran punya tabiat sendiri artinya pertarungan kejujuran
melawan kebohongan dipentas kekuasaan jauh lebih rumit dan dahsyat sebab
kekusaan yang dijalankan dengan cara yang salah buruk dan curang berpeluang
besar menghasilkan kerusakan dan kehancuran dimana-mana dampaknyapun bisa
sangat mengerikan.
3. Konsolidasi
kejujuran dalam kehidupan masyarakat
sehingga menjadi gerakan yang massif hal
ini mengacu nasehat sayidina ali bahwa kebenaran yang tidak solid akan di
kalahkan kebatilan yang terorganisir.
Itu sebabnya penghargaan yang
diberikan Allah kepada pejuang kejujuran dipentas kekuasaan sangatlah tinggi
seperti dijelaskan nabi, “sebaik-baik jihad adalah menyatakan yang jujur (hak) dihadapan
penguasa yang kejam sementara seorang pemimpin yang jujur, amanah, dan adil
mempunyai kedudukan istimewa dimana ia termasuk salah satu dari 7 golongan yang
akan mendapatkan naungan Allah di akherat nanti.
Diranah yang
lebih real seorang bupati atau walikota
bisa sangat dictator culas dan menelan anggaran pemerintah daerah yang
seharusnya untuk kemakmuran masyarakat. Bahkan Gubernur sampai Presiden pun
bisa saja melakukan hal-hal yang merugikan rakyat jika tidak lagi mau jujur
pada nuraninya. Penyimpangan dalam setiap kebijakan adalah bukti nyata yang
dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dizaman yang
semakin modern ini jujur menjadi tema yang tidak popular selain itu menjadi
jujur atau tidak jujur kadang-kadang dikaitkan dengan keberlangsungan hidup.
Karena itu, jauh-jauh hari nabi meningatkan, “peganglah selalu kejujuran,
meski dengan memegangnya kamu akan terlihat akan celaka, sesungguhnya
didalamnya ada keselamatan. dan jauhilah olehmu dusta, meski dengan
dusta itu kamu lihat akan selamat sesungguhnya didalamnya ada celaka.” Allah
SWT dengan tegas meminta kita menjalankan setiap amanat dengan jujur seperti
dalam ayatnya “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menghianati Allah
dan rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
padamu sedang kamu mengetahuinya.”(QS. Al-Anfal:27)
Menurut Imam Ibnu Kasil khianat itu meliputi dosa besar dan dosa
kecil sementara Imam Kurtubi berkata ayat yang berbicara tentang
amanah yaitu meliputi segala tugas keagamaan maupun sosial teramsuk nikmat dan
karunia yang Allah berikan, maka semua panca indra ini adalah amanah kita harus
menjaga kehormatannya dan jangan menghinakannya. Oleh karena itu, dalam tataran
kekuasaan dimana seseorang mendapatkan amanah yang ditangannya banyak berkaitan
banyak nasib dan hajat orang banyak ancaman terhadap pejabat yang tidak jujur
sangatlah berat lebih jauh kelak dihari kiamat orang-orang yang berkhianat akan
memiliki bendera yang bertulis kalimat ini adalah pengkhianat bagi si pulan.
Terlalu banyak orang-orang yang tau tapi sangat sedikit dari kita yang mau.
Orang-orang pintar boleh bangga dengan kesuksesannya tetapi hanya orang-orang
yang jujur yang bisa merasakan kebahagiaan. Orang-orang pintar boleh senang
denga kemewahan tapi hanya orang-orang yang jujur yang akn menemukan
ketenangan.
jujur, jujur saja, jujurlah sayang aku tak mengapa, jujur aku tak sanggup