Oleh:
Drs. H.M. Utsmani Hs., M.H.I.
(Sekretaris Islamic Centre Kota Cirebon)
“ Dokter ” yang mendiagnosa, mengobati
dan merawat “ Hati “Adalah “ Keinginan Diri Sendiri ” untuk berusaha memperbaiki “ Hablumminallah” dan “ Hablumminannas ”
Cita-citanya
sehat Jasmani dan Rohani Dan
Do’anya Robbana Aatinaa
Fiddunya Hasanah
Wafil Akhiroti Hasanah.
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“ Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
أَلَا إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُهَا, أَلَا
وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam
jasad terdapat sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Dan
jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging
itu adalah hati.” (H.R. Bukhari
no. 52 dan Muslim no.1599, Dikutip dari sebagian hadits no.6 Arbain
An-Nawawiyah)
Dalam kitab Ihya Ulumuddin,
Al-Ghazali berbicara tentang diagnosa
penyakit hati dan kiat-kiat untuk mengobati dan merawat penyakit hati tersebut.
Beliau menyebutkan sebuah doa Nabi yang
isinya meminta agar kita diselamatkan dari berbagai jenis penyakit hati, dari
doa tersebut dapat di ambil kesimpulan
bahwa ciri-ciri orang yang berpenyakit hati adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah SWT. Alquran menyebutkan
orang yang betul-betul takut kepada Allah itu sebagai ciri orang yang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba- Nya ialah orang yang berilmu.
2.
Mempunyai hati yang tidak bisa khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia tidak bisa mengkhusyukkan hatinya
sehingga tidak bisa menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin
yang tidak mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang
hatinya tidak khusyuk adalah matanya sulit menangis.
3.
Memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. Ia memendam ambisi yang
tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang takkan
terpuaskan.
4.
Orang yang
berpenyakit hati adalah doanya tidak diangkat dan didengar Tuhan.
Kiat Mengobati Penyakit Hati
1.
Mencari guru yang mengetahui penyakit hati
kita. Ketika kita datang kepada guru tersebut, kita harus datang dengan
segala kepasrahan. Kita tidak boleh tersinggung jika guru itu memberitahukan
penyakit hati kita.
2.
Umar Ibn
Al-Khattab berkata, “Aku menghargai
sahabat-sahabatku yang menunjukkan aib-aibku sebagai hadiah untukku.”Seorang
guru harus mencintai kita dengan tulus dan begitu pula sebaliknya, kita harus
mencintai guru kita dengan tulus. Apa pun yang dikatakan guru, kita tidak menjadi
marah. Kita juga harus mencari guru yang lebih sedikit penyakit hatinya
daripada diri kita sendiri.
3.
Mencari
sahabat yang jujur, Sahabat
adalah orang yang membenarkan bukan yang membenar-benarkan kita. Sahabat yang
baik adalah yang membetulkan kita, bukan yang menganggap apa pun yang kita lakukan itu
betul.
4.
Mencari musuh dan mempertimbangkan
ucapan-ucapan musuh tentang diri kita.
Musuh dapat menunjukkan aib kita dengan lebih jujur ketimbang sahabat kita
sendiri.
5.
Memperhatikan perilaku orang lain yang buruk
dan kita rasakan akibat perilaku buruk tersebut pada diri kita. Dengan cara itu, kita tidak akan melakukan hal yang sama. Hal ini
sangat mudah karena kita lebih sering memperhatikan perilaku orang lain yang
buruk daripada perilaku buruk kita sendiri.
Sebuah kisah dari Jalaluddin Rumi akan menutup tulisan ini. Alkisah, di sebuah kota
ada seorang pria yang menanam pohon berduri di tengah jalan. Walikota sudah
memperingatkannya agar memotong pohon berduri itu. Setiap kali diingatkan,
orang itu selalu mengatakan bahwa ia akan memotongnya besok. Namun sampai orang
itu tua, pohon itu belum dipotong juga. Seiring dengan waktu, pohon berduri itu
bertambah besar. Ia menutupi semua bagian jalan. Duri itu tidak saja melukai
orang yang melalui jalan,tapi juga melukai pemiliknya. Orang tersebut sudah
sangat tua. Ia menjadi amat lemah sehingga tidak mampu lagi untuk menebas pohon
yang ia tanam sendiri.
Di akhir kisah itu Rumi memberikan nasihatnya, “Dalam hidup ini, kalian sudah banyak sekali menanam pohon berduri
dalam hati kalian. Duri-duri itu bukan saja menusuk orang lain tapi juga dirimu
sendiri. Ambillah kapak Haidar (Haidar
adalah nama kecil Imam Ali), potonglah seluruh duri itu sekarang sebelum
kalian kehilangan tenaga sama sekali.”
Yang dimaksud Rumi dengan pohon berduri dalam hati adalah penyakit-
penyakit hati dalam ruh kita. Bersamaan dengan tambahnya umur, bertambah pula
kekuatannya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk menebang pohon berduri
di hati kita itu selain saat ini. Esok hari, penyakit itu akan semakin kuat
sementara tenaga kita bertambah lemah. Tak ada daya kita untuk
menghancurkannya.