Sabtu, 14 Juni 2014

SEPUCUK CINTA UNTUK KEKASIH


Banyak saudara kita yang saat ini cemas menanti siapa kekasih hatinya yang akan datang. Pria dan wanita lajang yang sedang resah dan ada juga yang susah payah mencari siapa calon pasangan hidupnya. Setiap malam sholat hajat dan istikhoroh. Kadang ada juga yang sampai terlintas dalam pikirannya, harus bagaimana lagi. Walau pun sebenarnya jodoh adalah rahasia Yang Maha Kuasa. 

Tanpa mereka sadari, bahwa di saat yang bersamaan ada saudaranya yang sudah lebih dahulu mendapatkan kebahagiaan itu. Mereka juga sedang bersusah payah mengejar keinginannya. Itulah keinginan terbesar dan terakhir yaitu memberikan kebahagiaan sang keksaih hati. Kalau sang isteri yang sholehah, maka ia akan berusaha sekuat tenaga dan kemampuannya untuk itu. Begitu juga sebaliknya, suami yang hebat dan sejati adalah yang akan selalu berusaha memberikan kebahagiaan untuk isteri dan anak-anaknya. 

Namun apakah semua yang mengalami ini sudah merasakan kepuasan dalam berusaha? Bisa diperiksa ulang, dalam setiap diri kita apakah sudah menempuh dan mencapai target? Renungkan ulang, segala yang kita usahakan untuk membahagiakan keluarga. 

Ada isteri yang sampai tidak makan hanya karena suaminya belum pulang. Isteri menunggu suaminya pulang kerja di meja makan, sambil memandangi masakannya. Beberapa menit sebelumnya bahkan sang isteri menahan kesukaan makanannya, dengan tidak memasak makanan kesukaannya. Demi membahagiakan suaminya yang menyukai makanan berbeda. 

Di saat yang bersamaan, suami tidak makan di kantornya bersama temannya. Karena ingat bahwa pada saat itu adalah waktu isterinya masak dan menyajikan makan untuknya. Itulah jadwal makan bersama isterinya di rumah. Sepanjang jalan banyak pedagang yang berjualan dan aroma makanan yang menggoda. Namun sang suami tetap pada tekadnya untuk bisa makan di rumah bersama isteri tercinta. 

Sehingga sampailah tiba saatnya, pintu rumah terbuka dengan diiringi salam. Seketika itu juga isteri tercinta beranjak dari tempat duduknya dan menyambut kedatangan suaminya. Bahagia sekali kedua insan ini. Dengan cinta, mereka mengorbankan keinginan masing-masing. Saling berusaha memberi kebahagiaan walau pun hanya melalui hal-hal kecil. 

Kebahagiaan besar yang dicita-citakan umat manusia, bisa tercapai setelah kebahagiaan kecil terwujud. Sesuatu yang kecil bisa menjadi awal dari sesuatu yang besar. Ini juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk latihan dalam mencapai kebahagiaan dan cita-cita besar.

Rabu, 11 Juni 2014

Mencari Sosok Pemimpin Dambaan Ummat

(Antara Visi Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan)
Oleh Ahmad Yani el-Muchtary
(Ketua Umum At-Taqwa Centre Kota Cirebon)

Muqoddimah

Tantangan Ummat Islam Indonesia saat ini dihadapkan pada upaya pencarian sosok pemimpin yang menjadi dambaan ummat, yang akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk Islam dan Indonesia. Sementara sebagian dari pemimpin (umara) bangsa dan negeri ini telah jauh terhempas dari harapan ummat, mereka terjurumus dalam jurang kehinaan (korupsi, kolusi, nepotisme dan pro kemaksiatan). Sebagian ulama yang seharusnya menjadi perekat ummat, dan mampu memberi nasehat serta peringatan kepada para pejabat, pemimpin dan bahkan penjahat di negeri ini, juga telah larut dalam kehidupan dunia, mereka terseok dan tergoda dengan politik transaksional yang hampir melupakan visi-misinya dalam mencerahkan ummat, justru sebaliknya malah memperdaya dan membingungkan ummat untuk kepentingan sesaat.
Ungkapan penulis tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin ( Juz 2 Hal : 351):

ففساد الرعايا بفساد الملوك, وفساد الملوك بفساد العلماء, وفساد العلماء باستيلاء حب المال والجاه, ومن أستولى عليه حب الدنيا لم يقدر على الحسبة على الأراذل فكيف على الملوك والأكابر والله المستعان على كل حل


"Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan, dan barang siapa dikuasai oleh ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah lah tempat meminta segala hal."



Akankah kita membiarkan kondisi seperti itu, mari kita selamatkan Indonesia, dengan mencari sosok pemimpin dambaan ummat, yang memiliki visi keislaman dan kendonesiaan yang nyata, memiliki karakter dan landasan kepemimpinan Islami.

Urgensi Kepemimpinan bagi ummat Islam

Islam sebagai agama yang syamil, kamil dan mutakamil (menyeluruh, sempurna dan melengkapi) selalu hadir dan sesuai pada setiap saat dan tempat (sholihun likulli zaman wa makan), termasuk di negeri ini yang mayoritas berpenduduk Muslim. Untuk itu, Islam memiliki konsep tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk tentang kepemimpinan. Islam sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Hal ini nampak dengan banyaknya terminologi pemimpin dalam literatur Islam, yaitu kata: imam, khalifah, malik, wali, amir, ro’in, sultan, rais, dan, ulil amri, yang hampir semua merujuk pada makna “pemimpin”. 

Menurut Quraish Shihab, imam dan khalifah dua istilah yang digunakan Al-Qur'an untuk menunjuk pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-ya'ummu, yang berarti menuju, dan meneladani. Kata khalifah berakar dari kata khalafa yang pada mulanya berarti "di belakang". Kata khalifah sering diartikan "pengganti" karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikannya. Pemimpin berarti orang yang memimpin, sementara kepemimpinan biasanya terkait dengan gaya, pola dan sifat perilaku seseorang dalam memimpin.

Untuk itu, ummat Islam dimanapun berada, termasuk di negeri ini, kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah kepemimpinan. Karena baik tidaknya suatu negeri sangat ditentukan juga oleh akhlak/perilaku pemimpinnya. Sebagaimana kata seorang penyair, Syauqi Bey:

Artinya: “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlaknya selagi mereka berakhlak dan berbudi perangai utama, jika pada mereka telah hilang akhlaknya, maka jatuhlah umat (bangsa) itu”.

Begitu pula Islam sebagai agama bagi mayoritas penduduk negeri ini akan tetap kokoh dan kuat apabila ditopang oleh kepemimpinan yang kuat, dengan kekuasaan yang melekat di dalamnya. Sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Taymiyah “agama Islam tidak akan bisa tegak dan abadi tanpa ditunjang oleh kekuasaan, dan kekuasaan tidak bisa langgeng tanpa ditunjang dengan agama..”. Sedemikian erat kaitan agama dengan kepemimpinan, sehingga ummat Islam Indonesia harus mengambil peran dalam setiap suksesi kepemimpinan nasional.

Pernyataan Imam Ibnu Taymiyah tersebut sangat wajar dan sejalan dengan pengalaman sejarah. Misalnya Faham wahabi yang dirintis oleh Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia sangat kuat dan berkembang karena langsung ditopang oleh penguasa Saudi Arabia (Dinasti Suud, Pendiri Kerajaan Saudi). Untuk kasus Indonesia pada masa orde baru, pemimpin nasionalis-sekuler dan otoriter, sangat membatasi kebebasan berpendapat dan berpolitik praktis bagi ummat Islam, berdakwah menyampaikan kebenaran Islam secara tegas, sampai dengan mengamalkan syariat Islam, seperti memakai jilbab di sekolah/instansi umum, sangat sulit dilakukan, bahkan dilarang). Untuk itu, dengan tidak harus mengatakan bahwa kekuasaan itu adalah segalanya, namun kepemimpinan yang berhubungan erat dengan kekuasaan, sangat menjadi penting bagi ummat Islam dalam melaksanakan visi misi kemaslahatan di dunia untuk di akhirat kelak.

Pemimpin Indonesia Dambaan Ummat: Visi Keislaman dan Ke-Indonesiaan

Visi Ke-Islaman dimaksudkan bahwa pemimpin yang menjadi harapan ummat seyogyanya harus memiliki visi ke-Islaman yang jelas dan nyata, karena diakui atau tidak mayoritas penduduk negeri yang akan diurus ini adalah ummat Islam, dan yang memiliki saham terbesar dalam berdirinya negeri ini juga ummat Islam, tentunya dengan tetap tidak mengesampingkan peran ummat lain, di luar Islam. Siapapun pemimpin di negeri ini, diharapkan memiliki integritas ke-Islaman yang dapat dipertanggung jawabkan. Ia harus memiliki kesalehan individu, sekaligus juga kesalehan sosial.
Allah SWT. berfirman dalam QS. 21, Al-Anbiya’: 73 “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah” 

Ayat tersebut juga di pertegas dengan QS. Al-Hajj: 77. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77)

Pada ayat di atas, Allah SWT memberi perintah kepada orang beriman agar mampu membangun kesalehan personal dan sosial secara bersamaan agar senantiasa dalam kemenangan, ruku’ dan sujud merupakan cermin tertinggi dari pengabdian seseorang kepada Allah SWT, sedang ”berbuatlah kebaikan” merupakan indikasi kesalehan sosial, termasuk bagi seorang pemimpin.

Dalam kaitan inilah, ummat Islam harus memiliki kejelian dalam mencari dan memilih sosok pemimpin yang memiliki integritas keislaman yang baik (menyatunya kesolehan pribadi: imannya kuat, faham syariat, taat dan rajin ibadat dengan kesalehan sosial: selalu mengutamakan kepentingan umum (itsar), terutama masyarakat lemah, peduli sesama, memiliki teladan memberi (bukan meminta/dan mengambil secara tidak sah/korupsi), memiliki kemampuan dan kekuatan menjaga dan memberi keamanan kepada rakyat dari lapar dan ancaman, intimidasi maupun pengaruh asing), dll.

Termasuk visi Keislaman pemimpin dambaan ummat, ia juga memiliki keberpihakan terhadap agama Islam, bagaimana ia selalu berupaya dan memberi ruang dan kesempatan untuk tumbuh suburnya dakwah Islamiyah di Indonesia untuk menuju suatu negeri yang kuat, aman, dan sejahatera dalam ridlo dan ampunan Allah SWT (baldatun thayibatun wa rabbun ghofur). Ia juga diharapkan mampu berbuat adil terhadap elemen ummat Islam dan agama lain secara proporsional dan profesional, sehingga kerukunan ummat beragama tetap terjaga secara baik dan wajar.

Visi Ke-Indonesiaan

Pemimpin dambaan ummat untuk Indonesia, saat ini selain ia memiliki visi Ke-Islaman yang jelas dan nyata, juga ia harus memiliki visi Ke-Indonesiaan, yaitu: ia sangat memahami dan mempunyai solusi yang nyata terhadap persoalan yang sedang dihadapi Indonesia saat ini. Diantara masalah tersebut adalah: kemiskinan, kebodohan, penyakit, kerusakan moral, lemahnya daya saing, dan rendahnya martabat bangsa ini di mata dunia Internasional. Untuk itu figur kepemimpinan yang kita harapkan untuk Indoensia, ialah yang memiliki konsep pembangunan ekonomi yang mensejahteraakan kaum semua (ini untuk menekan angka kemiskinan), konsep dan strategi pembangunan bidang pendidikan (untuk meningkatkan Indeks Pendidikan manusia Indonesia yang masih rendah), Konsep dan startegi pembangunan bidang kesehatan, moral/akhlak-Pendidikan Agama dalam setiap lini dan tingkatan. Konsep dan strategi pembangunan bidang hubungan Internasional, ia memiliki jaringan yang baik dengan dunia Internasional dengan tanpa harus tunduk pada kepentingan asing.

Visi ke-Indonesiaan juga dimaksudkan bahwa pemimpin yang layak memimpin negeri ini adalah ia yang memahami keragaman budaya, suku, dan agama (tanpa melemahkan dan mengorbankan kepentingan yang mayoritas, Islam) dan tanpa harus menindas yang minor, ia mampu membumikan Islam yang Rahmatan Lil’alamin. Dengan tetap ia menjadi pengayom untuk semua secara proporsional dan profesional (berkeadilan).

Memiliki Karakter Kepemimpinan Islami

Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup selain memiliki norma-norma yang sangat luhur tentang kepemimpinan, juga memiliki best practice (Contoh/teladan nyata) tentang akhlak/sifat pemimpin, seperti Rasululullah SAW dengan 4 sifat kepemimpinannya (Siddiq/benar, amanah/dipercaya, Tabligh/menyampaikan, dan Fathonah/cerdas).

Disamping contoh tersebut, pribadi kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. juga layak bagi ummat ini menjadi acuan. Berikut ini kita perhatikan intisari isi pidato pertama beliau sesaat setelah pelantikan (dibai’at sebagai khalifah, setelah Rasululullah SAW wafat.):

"Wahai sekalian manusia, kalian telah sepakat memilihku sebagai khalifah untuk memimpinmu:
• Aku ini bukanlah yang terbaik diantara kamu, maka bila aku berlaku baik dalam melaksanakan tugasku, bantulah aku, tetapi bila aku bertindak salah, betulkanlah.
• Berlaku jujur adalah amanah, berlaku bohong adalah khianat.
• Siapa saja yang lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku dapat mengembalikan hak-haknya, insya Allah.
• Siapa saja yang kuat diantaramu akan lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan hak orang lain yang dipegangnya, insya Allah.
• Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu untuk taat kepadaku.“
• Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat semoga Allah merahmati kalian…

(Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah 4/413-414, tahqiq Hamma Sa’id dan Muhammad Abu Suailik);

Dari isi piadto Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. tersebut dapat diambil beberapa karakter/akhlak pemimpin Islami, yaitu: (Tawaddlu, mau dan mampu menjalin kerjasama, terbuka untuk menerima kritik dan saran, jujur dan amanah, adil dan memenuhi hak-hak rakyat, mampu memberantas kedzaliman, menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT).
Memiliki Landasan Kepemimpinan Islami

1. Tidak mengambil orang kafir atau tidak beriman menjadi pemimpin yang mayoritas muslim. (QS. An-Nisaa: 144)
2. Tidak mengangkat pemimpin/wakil pemimpin dari orang-orang yang mempermainkan agama Islam; (QS. Al-Maidah: 57)
3. Pemimpin harus memiliki keahlian di bidangnya (kompeten);
4. Pemimpin harus bisa diterima (acceptable), mencintai dan dicintai umatnya, mendoakan dan didoakan oleh umatnya
5. Pemimpin harus mengutamakan, membela dan menda-hulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari'at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah. (QS. Al-Maidah: 8).
6. Pemimpin harus memiliki bayangan sifat-sifat Allah SWT yang terkumpul dalam Asmaul Husna dan sifat-sifat Rasul-rasulNya.

Penutup

Uraian tentang mencari sosok pemimpin dambaan ummat tersebut di atas sangat ideal dan normatif. Dalam penerapannya untuk agenda terdekat ummat Islam Indonesia, yakni memilih calon presiden dan Wakil Presiden, dengan kondisi dan situasi yang ada. Ummat Islam dituntut untuk lebih cerdas, jeli dalam mencari sosok pemimpin yang benar-benar mendekati ideal dari kriteria yang ada. Karena kedua-duanya membawa nama Islam dan menyatakan didukung oleh ummat Islam. Namun apabila belum ditemukan kriteria yang cocok pada calon pemimpin yang ada, bukan berarti kita tidak memilih (golput). Prinsipnya, mana diantara mereka yang dimungkinkan akan membawa maslahat/kebaikannya lebih besar untuk ummat/rakyat dan mana yang akan mampu menekan madharatnya/kerusakan sekecil mungkin bagi ummat (Islam) dan lainnya. Sosok calon pemimpin yang mana yang visi ke-Islaman dan Ke-Indonesiaannya lebih baik, dintara yang ada. Untuk semua itu, perlu pemimpin yang kuat, tegas-lugas, wibawa, visioner, amanah dan jujur serta mampu mensejahterakan rakyat Indonesia. Selebihnya kita shalat Istikhoroh, mohon petunjuk kepada Allah SWT, Semoga Dia menganugerahkan petunjuk-Nya kepada kita, mana pemimpin yang terbaik untuk agama, bangsa dan negeri ini. Wallahu a’lam bi al-shawwab.


Selasa, 18 Maret 2014

Ulama Afganistan Belajar Pancasila

YOGYAKARTA – Sebanyak 12 ulama terkemuka dari 12 provinsi di Afganistan berkunjung ke Kampus UGM untuk mempelajari Pancasila secara lebih mendalam. Kedatangan mereka yang dipimpin dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini berdiskusi dengan para pakar UGM untuk mengetahui lebih jauh perkembangan kehidupan toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Rektor UGM Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc mengatakan kunjungan delegasi dari Afganistan ini memang sengaja untuk mempelajari Pancasila dan kehidupan multikultural masyarakat Indonesia yang bisa hidup rukun dan damai. “Sebagai negara penduduk muslim terbesar, masyarakat muslim Indonesia bisa berdampingan dengan non muslim. Bahkan Borobudur dan Prambanan adalah  peninggalan agama Budha dan Hindu di sini,” kata Pratikno saat menerima kunjungan delegasi Afganistan di ruang multimedia, Kamis (19/9).

Seraya menerangkan keberadaan UGM sebagai kampus yang menampung anak-anak muda dari berbagai agama, suku, dan budaya, memiliki mandat untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan bangsa. Lebih dari itu, UGM juga diberi mandat menjaga kebudayaan, toleransi dan multikultural. “Karena itu di sini ada Pusat Studi Pancasila, Program Studi Lintas Agama dan Budaya, dan Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian,” katanya.

Peneliti Senior Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Prof. Dr. Sutaryo, mengatakan Indonesia dan Afganistan sama-sama memiliki mayoritas penduduk muslim. Bedanya, Indonesia memiliki lebih dari 800 jenis ragam budaya dan 500 bahasa yang dapat dipersatukan lewat Pancasila. “Di Afganistan, bukan perkara agama, tapi kondisi politik dan sosial yang membuat mereka terbelah,” imbuhnya.

Dr. Fazal Gahani, salah seorang ketua tim delegasi Afganistan mengatakan kondisi Afganistan saat ini tidak seperti yang diberitakan oleh media asing yang menyebutkan di Afganistan masih adanya perang, bom bunuh diri dan konflik antar kelompok bertikai. Padahal menurutnya setiap ulama di Afganistan dalam setiap ceramahnya selalu menyampaikan pesan pentingnya menjaga perdamaian. “Sesama ulama kita selalu mengajak semua ulama bersatu dan memberi pengertian agat rakyat juga ikut bersatu,” ujarnya.

Dia menambahkan, mayoritas  rakyat Afganistan cinta damai, namun masuknya negara asing yang menjadikan konflik antar kolompok di Afganistan tidak pernah usai. Bahkan negara luar tersebut berkompetisi memperebutkan sumber ladang minyak dan gas bumi. “Banyak tambang minyak dan gas bumi yang belum dieksplorasi karena masalah keamanan,” imbuhya.

Selain mengajak ormas Islam dan akademisi UGM ikut berkontribusi merealisasikan perdamaian di Afganistan, ia juga berharap UGM juga membantu pendidikan di Afganistan. Pasalnya negara ini masih kekurangan tenaga pengajar. “Kami masih kekurangan dosen dan guru, saya kira Indoneia bisa bantu dosen dan guru belajar di sini,” harapnya.

Hal senada juga disampaikan Shafiullah Sahfi, ulama dari propinsi Nooristan yang berharap ormas Islam segera bergerak membantu perdamaian di negaranya. “Tahun 2014 tentara asing akan keluar dari Afganistan. Banyak rakyat yang senang, tapi ada juga khawatir jika tentara asing keluar, Afganistan jadi tidak aman,” katanya.

Wakil Sekjen PBNU, Abdul Munim, mengatakan 12 ulama dari Afganistan ini sengaja didatangkan ke Indonesia untuk mengetahui lebih jauh tentang Pancasila yang diyakini sebagai pemersatu kehidupan masyarakat Indonesia yang terkenal majemuk. “Mereka tahu Indonesia bisa rukun karena Pancasila. Mereka ingin belajar, karena mereka yang hanya punya satu agama saja tidak bisa rukun dan saling bertengkar,” kata Munim ditemui disela-sela memimpin kunjungan rombongan ulama Afganistan.

Selain berkunjung ke UGM, kata Munim, rombongan ulama Afganistan ini juga berkunjung ke lokasi pesantren di Surabaya dan Yogyakarta serta bertemu tokoh agama.  (Humas UGM/Gusti Grehenson)
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/8233-ulama.afganistan.belajar.pancasila

Senin, 28 Oktober 2013

SUMPAH PEMUDA

Oleh: Ibnu Malik, S.Pd.I. *

Sumpah pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Supmah pemuda pula yang menyatukan Bangsa Indonesia dari berbagai suku, agama, dan rasnya. Sumpah pemudalah yang menegakkan jati diri dan identitas Bangsa Indonesia.
Bisa kita bandingkan dengan Bangsa Malaysia yang serumpun namun identitasnya sudah semakin hilang. Bahkan ketika orang Malaysia asli sedang berbicara bahasa Melayu, kemudian datang orang Malaysia dari keturunan tionghoa yang menggunakan bahasa Inggris. Orang Malaysia asli akan sangat malu dan minder kemudian menjauhkan diri dari mereka. Tidak hanya itu, kerajaan Malaysia pun masih wajib menggunakan Bahasa Inggris dalam setiap acara-acara formalnya. Begitu juga dalam lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan dinas-dinas, Bahasa Inggris menjadi bahasa resmi yang harus digunakan.

Beruntung Bangsa Indonesia mempunyai bahasa resmi yaitu bahasa persatuan Bahsa Indonesia. Bahkan tidak sedikit orang luar negeri yang tinggal di Indonesia belajar Bahasa Indonesia. Ini merupakan salah satu tujuan dari sumpah pemuda yang menyatakan “Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbahasa satu Bahasa Indonesia”.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Dengan digunakannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara Indonesia juga sebagai salah satu bentuk renaissance (mengembalikan kejayaan masa lampau) di Indonesia. Sebagaimana kita tahu bahwa Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu yang pernah menjadi bahasa perhubungan di Asia Tenggara. Ini berarti Bahasa Melayu pernah menjadi bahasa yang sangat popular dan mencapai kejayaan di masa lampau untuk lingkup Asia Tenggara. Dengan ini semoga kejayaan Bangsa Indonesia yang pernah tercapai dahulu, dapat bangkit kembali dimulai dari penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

*Penulis adalah staf At-Taqwa Centre Kota Cirebon

Selasa, 15 Oktober 2013

Rio Ferdinand: Selamat Hari Raya Idul Adha


Rio FerdinandREPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Bek Manchester United, Rio Ferdinand menunjukkan rasa toleransinya terkait peringatan Hari Raya Idul Adha 1434 hijriah.


Entah, lantaran banyak followers dari Indonesia dan berbagai negara yang mayoritas Muslim, ia turut mengucapkan selamat Lebaran Kurban kepada umat Islam di seluruh penjuru dunia. "Eid Mubarak to all my Muslim followers. Take care (Selamat Hari Raya Idul Adha untuk semua pengikut akun twitter saya yang Muslim. Hati-hati," pesan mantan penggawa the Three Lions itu lewat akun @rioferdy5. Di Old Trafford, Ferdinand memiliki dua rekan Muslim yang mungkin turut menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha. Keduanya adalah gelandang Marouane Fellaini dan Adnan Janujaz.

Sementara itu, gelandang Manchester City Samir Nasri tidak ketinggalan merayakan peringatan peristiwa untuk mengenang ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Sang Pencipta. Dia mengirimkan pesan kepada sesama Muslim di seluruh dunia agar mendapat keberkahan dari Tuhan. "Eid mubarak to all the muslims around the world may allah bless you(Selamat Lebaran untuk semua Muslim di seluruh dunia, semoga Allah memberkati kalin)," ujar penggawa Les Bleus itu.

Reporter : Erik Purnama Putra
Redaktur : Heri Ruslan

Mufti Libya Perintahkan Guru Perempuan Pakai Cadar

Mufti besar Libya memerintahkan semua guru perempuan mengenakan cadar waktu mengajar murid laki-laki yang sudah akil balik (foto: ilustrasi).
Mufti besar Libya memerintahkan semua guru perempuan
mengenakan cadar waktu mengajar murid laki-laki
 yang sudah akil balik (foto: ilustrasi).

TRIPOLI, LIBYA — Sebuah fatwa baru oleh Ulama tertinggi Libya, mengatakan, semua guru perempuan harus menutup muka mereka pada waktu mengajar murid laki-laki yang telah mencapai masa akil balik atau remaja, telah menimbulkan kemarahan para aktivis liberal, yang khawatir ini merupakan permulaan meluasnya pemisahan gender dalam pendidikan.

Mufti besar Libya, Syekh Sadik al-Ghariani mengeluarkan fatwa setelah Kementerian Pendidikan minta nasihat mengenai masalah-masalah itu karena beberapa sekolah telah mulai memerintahkan guru-guru perempuan menutup muka mereka.

Mufti Sadik al-Ghariani tidak mengatakan harus ada pemisahan gender samasekali, tetapi ia menasihatkan penyelesaian yang ideal adalah memisahkan semua laki-laki dan perempuan di sekolah-seolah dan perguruan tinggi. Peraturan itu menimbulkan kemarahan para aktivis perempuan. Salah seorang diantara mereka adalah Nareen, yang minta agar nama keluarganya jangan disebutkan.

Nareen mengatakan ini merupakan kemunduran. “Saya sangat marah. Saya rasa, ini merupakan kemunduran besar. Sangat sedih melihat sistem dalam pendidikan kembali memisahkan perempuan, laki-laki dan anak-anak,” katanya. Para pemimpin oposisi mengangkat al-Ghariani sebagai mufti besar dalam pergolakan melawan mantan pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Ia juga telah memegang jabatan yang sama di bawah pemerintahan Gaddafi.

Tetapi para tokoh reformasi menjadi semakin kecewa karena apa yang mereka lihat sebagai campur tangan mufti dalam politik. Ia menggunakan pengaruh setengah resmi dan fatwanya tidak mempunyai kekuatan hukum, tetapi mereka bisa membentuk kebijakan pemerintah. Sebuah negara Muslim Sunni di mana ibadah agama menopang tiap norma masyarakat, Libya telah berjuang dalam masa transisi pergolakan dunia Arab menuju demokrasi.

Orang-orang yang berpandangan liberal seperti Nareen, takut akan kehilangan pengaruh yang direbut golongan Islamis yang ingin membuat negara itu lebih konservatif. “Ini merupakan agenda politik jangka panjang karena kalau ingin mengubah negara maka harus menarget pendidikan karena sekolah-sekolah membina generasi masa depan. Jadi mereka menjadikan pendidikan sebagai sasaran. Kalau akan menyiapkan masa depan yang diinginkan, orang akan menarget sekolah-sekolah untuk menabur benih bagi masa depan itu,” ujar Nareen lagi.

Sebelumnya, tahun ini Mufti Libya mengirim surat terbuka kepada para tokoh politik Libya , memperingatkan bahwa kalau tidak diberlakukan pemisahan gender yang ketat di sekolah-sekolah, universitas-universitas dan bahkan kantor-kantor pemerintah, Libya akan menanggung risiko mendapat murka dari Tuhan.



Selasa, 25 Juni 2013

KHOTBAH NABI SAW. MENYAMBUT RAMADHAN

"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan." 

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan penghulu segala bulan, maka "Selamat datanglah" kepadanya." 

Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan qiam dimalam harinya suatu tatawwu'.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yang menunaikan sesuatu fardhu didalam bulan yang lainnya. Barangsiapa menunaikan sesuatu fardhu dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu dibulan lainnya. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertulungan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin didalamnya.

Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara dibulan Ramadhan.

Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya.

Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan 
perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang yang 
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk kedalam surga."

(H.R.Ibnu Khuzaimah)

Rabu, 12 Juni 2013

Indonesia Inisiator Jaringan Masjid Dunia


Ketua Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla 
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia memiliki kelebihan mengawal kerja sama dan membangun jaringan antarnegara-negara Muslim. Salah satu yang sedang diinisiasi Indonesia adalah membangun jaringan antarmasjid yang ada di seluruh dunia.

Ini terungkap setelah Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) M Jusuf Kalla (JK) menerima kunjungan Ketua Umum Dewan Masjid di Iran yang juga mantan wakil presiden Iran, Muhammad Javad Haji Ali Akbari. Javad diterima Jusuf Kalla di kantor DMI di Jakarta Pusat, Selasa (28/5).

Dalam pernyataan pers seusai pertemuan, JK mengatakan, Indonesia dan Iran akan bekerja sama dalam meningkatkan manajemen masjid antardua negara. Kerja sama ini juga akan dilakukan di seluruh dewan masjid di dunia Islam. 

Hingga saat ini, menurut JK, belum ada koordinasi antarnegara Muslim terkait pengelolaan masjid. “Salah satu yang jadi pembahasan, bagaimana seluruh dunia Islam memiliki dan mengadakan Hari Masjid Sedunia,” ujar mantan wakil presiden itu kepada rekan wartawan. 

JK mengaku sepakat bila tanggal 30 Mei dijadikan Hari Masjid Sedunia. Hadirnya Hari Masjid itu, kata dia, adalah komitmen lama dari para pemimpin negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dipilihnya tanggal 30 Mei karena pada hari itu merupakan insiden yang tidak bisa dilupakan umat Islam, yakni pengeboman pertama tentara Zionis-Israel terhadap situs suci umat Islam, Masjid al-Aqsa.

Karakter sama

JK juga membuka pembicaraan untuk kerja sama dalam bidang pengelolaan masjid. Sebab, masjid di Iran dan Indonesia memiliki karakter yang sama, yakni dikelola oleh masyarakat dan pihak swasta, hanya beberapa yang dikelola pemerintah. Ini berbeda dengan beberapa negara Muslim lain di mana hampir seluruh masjidnya dikelola negara. 

Muhammad Javad Haji Ali Akbari yang memiliki pengalaman jabatan yang sama, yakni mantan wakil presiden Iran, menyambut baik kerja sama ini. “Kami berterima kasih sekali kepada Jusuf Kalla atas kerja sama ini,” ujarnya.

Dari pertemuan tadi, kata Javad, Indonesia yang diwakili JK berbicara banyak terkait kerja sama masjid di Indonesia dan Iran. Seperti di seluruh dunia Islam, jelas dia, di Iran masjid juga memiliki posisi penting bagi umat. Selain tempat ibadah, masjid juga menjadi rumah yang menaungi semua aktivitas masyarakat. “Kerja sama ini dapat meningkatkan fungsi masjid antardua negara menjadi lebih baik.”

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DMI Imam Addaruqutni menambahkan, salah satu arah pembicaraan antara JK dan Javad adalah bagaimana negara Muslim, khususnya Indonesia-Iran, memiliki manajemen yang baik dalam pengelolaan masjid. “Fungsi masjid di Iran hampir sama seperti di Indonesia, yakni fungsi ibadah, sosial, ekonomi, dan penguatan peran politik masyarakat. Bukan terjun ke politik, tapi bagaimana peran umat menjawab masalah kemasyarakatan,” katanya.

Terkait pemilihan Iran sebagai negara pertama komunikasi manajemen jaringan masjid ini, Imam mengatakan karena sejak awal Muhammad Javad Haji Ali Akbari sudah memiliki agenda pertemuan dengan JK. “Berhubung kedua tokoh ini mantan wapres dan ketua dewan masjid, pembicaraan itu dimulai sekalian,” ujarnya. “Ke depan, DMI juga akan membicarakan kerja sama manajemen masjid ini ke beberapa negara Muslim lain.” n amri amrullah ed: chairul akhmad

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Redaktur : Zaky Al Hamzah

Jumat, 07 Juni 2013

K.H. A. Wahab Hasbullah

Lahir                    :Maret 1888
                              Jombang, Jawa Timur
Meninggal            :29 Desember 1971
Dikenal karena Rais Am Syuriah Nahdlatul Ulama
Gelar K.H.
Pendahulu K.H. M. Hasyim Asy'arie
Pengganti K.H. Bisri Syansuri
Agama Islam
Anak K.H.M. Wahib Wahab,


Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 – meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, da’wah beliau dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.

Keluarga

Ayah KH Abdul Wahab Hasbullah adalah KH Hasbulloh Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Nyai Latifah.

Pendidikan

Beliau juga seorang pelopor dalam membuka forum diskusi antar ulama, baik di lingkungan NU, Muhammadiyah dan organisasi lainnya. Ia belajar di Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona R. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy‘ari. Disamping itu, Kyai Wahab juga merantau ke Makkah untuk berguru kepada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dengan hasil nilai istimewa.


Aktivitas di Nahdatul Ulama

KH. Abdul Wahab Hasbulloh merupakan bapak Pendiri NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Beliau juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1914 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”.

Tahun 1916 mendirikan Organisasi Pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan, kemudian pada 1926 menjadi Ketua Tim Komite Hijaz. KH. Abdul Wahab Hasbulloh juga seorang pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda.

Pelopor Kebebasan Berpikir

KH. A. Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan Umat Islam Indonesia, khususnya di lingkungan nahdhiyyin. KH. A. Wahab Hasbullah merupakan seorang ulama besar Indonesia. Beliau merupakan seorang ulama yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu kyai Abdul Wahab Hasbullah membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1914.

Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dan topik-topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.

Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional sekaligus jembatan bagi komunikasi antara generasi muda dan generasi tua. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak, maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Bersamaan dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, Kyai Abdul Wahab Hasbullah bersama KH. Mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) yang mendapatkan kedudukan badan hukumnya pada 1916. Dari organisasi inilah Kyai Abdul Wahab Hasbullah mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang kurang-lebih sealiran dengannya. Di antara ulama yang berhimpun itu adalah Kyai Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), Kyai Abdul Halim, (Leimunding Cirebon), Kyai Alwi Abdul Aziz, Kyai Ma’shum (Lasem) dan Kyai Cholil (Kasingan Rembang). Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori Kyai Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting beliau kepada kaum muslimin Indonesia. Kyai Wahab telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman.

Pernah suatu ketika Kyai Wahab didatangi seseorang yang meminta fatwa tentang Qurban yang sebelumnya orang itu datang kepada Kyai Bisri Syansuri. “Bahwa menurut hukum Fiqih berqurban seekor sapi itu pahalanya hanya untuk tujuh orang saja”, terang Kyai Bisri. Akan tetapi Si Fulan yang bertanya tadi berharap anaknya yang masih kecil bisa terakomodir juga. Tentu saja jawaban Kyai Bisri tidak memuaskan baginya, karena anaknya yang kedelapan tidak bisa ikut menikmati pahala Qurban. Kemudian oleh Kyai Wahab dicarikan solusi yang logis bagi Si Fulan tadi. “Untuk anakmu yang kecil tadi belikan seekor kambing untuk dijadikan lompatan ke punggung sapi”, seru kyai Wahab.

Dari sekelumit cerita di atas tadi, kita mengetahui dengan jelas bahwa seni berdakwah di masyarakat itu memerlukan cakrawala pemikiran yang luas dan luwes. Kyai Wahab menggunakan kaidah Ushuliyyah “Maa laa yudraku kulluh, laa yutraku julluh”, Apa yang tidak bisa diharapkan semuanya janganlah ditinggal sama sekali. Di sinilah peranan Ushul Fiqih terasa sangat dominan dari Fiqih sendiri.

Seorang Inspirator GP Ansor

Dari catatan sejarah berdirinya GP Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh dan pembinaan kader. KH. Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH. Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH. Abdul wshab hasbulloh –yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan Pemuda Tanah Air).

Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab Hasbullah —ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam.

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU. Dimasukkannya ANO sebagai salah satu departemen dalam struktur kelembagaan NU berkat perjuangan kiai-kiai muda seperti KH. Machfudz Siddiq, KH. A. Wahid Hasyim, KH. Dachlan.

Kamis, 16 Mei 2013

FILM AT-TAQWA CETRE




Indah bersemi dan selalu dekat di hati. At-Taqwa Centre mengabdi dalam indahnya cinta. Cirebon semakin bermunajat dalam syahdunya doa.

Kamis, 09 Mei 2013

SEBUAH UPAYA MENGATASI KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

Oleh. Dr. H. Agus Alwafier By MM 
Dosen UMC (Universitas Muhammadiyah Cirebon)

Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA), Indonesia ditakdirkan Allah sebagai negeri yang kaya raya tetapi rakyatnya banyak yang miskin bahkan kelaparan. Ini merupakan suatau hal yang ironis dan bersifat paradoksal. Dalam berbagai tulisan Prof. Dr. Nurcholis Majid sering mengemukakan adanya hal-hal yang bersifat paradoks di negeri ini, pertama dikatakan bahwa negeri kita kaya tetapi rakyatnya miskin dan banyak yang kelaparan. Kedua jumlah penduduknya sangat banyak tetapi kualits Sumber Daya Manusianya sangat rendah, dalam hali ini sejalan dengan pendapat Prof. KH. Ali Yafie dengan ungkapannya yang sangat populer tetang Muslim Indonesia yaitu “ Katsir fi al‘adat wa qalil fil’udah” (banyak secara kuantitas tetapi sedikit secara kualitas). Ketiga masyarakat dan bangsa Indonesia dikenal sangat religius dan mengagungkan nilai-nilai spiritual, tetapi pelanggaran moral dan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) terlihat sangat dahsyat dimana-mana. 

Indonesia sudah lebih dari 62 tahun merdeka tetapi kondisi Bangsa Indonesia belum mampu berubah secara totalitas dimana masyarakatnya masih banyak yang terbelakang, kemiskinan masih sangat besar dan korupsi menjalar ke semua lini serta semakin jauh dari harapan dan cita-cita proklamasi. Bahkan justru kita mengalami krisis multi dimensional yang berkepanjangan sebagai imbas dari adanya krisis ekonomi global dan kemudian diteruskan dengan krisis-krisis yang lainnya . Pemerintahan memang telah berganti, sistem pemerintahan juga beralih dari paradigma lama ke paradigma baru dari Orde Baru ke Orde Reformasi dan Pasca Reformasi. Meskipun demikian perubahan sistem tersebut belum dapat dirasakan secara luas manfaatnya oleh masyarakat khususnya dalam peningkatan kesejahteraan bahkan justru semakin suburnya praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme, praktek ketidak adilan, panorama kejahatan terbentang luas di negeri kita di Era Reformasi dan Era Pasca Reformasi. Kita semua tentu berharap bahwa dengan reformasi birokrasi dan percepatan pergeseran sistem pemerintahan ini akan dapat membawa perbaikan dan kemajuan bangsa secara significan dan terus menerus. Namun sejauh ini kita baru melihat sederet konsep mengawang-awang jauh kelangit dan tidak membumi, miskin implementasi dan seringnya tidak konsisten. 

Sesungguhnya kalau kita lihat krisis masa lalu yang bermula dari adanya krisis moneter, lalu krisis ekonomi dan kemudian berlanjut pada krisis dalam segala aspek kehidupan atau krisis multidimensional termasuk di dalamnya krisis moral dan akhlak. Krisis di negeri kita ini mengandung arti yang sangat luas dan mendalam yang saling kait mengkait antara satu dengan yang lain. Keadaannya seperti benang kusut atau lingkaran setan yang sulit diidentifikasi ujung pangkalnya sehingga sangat sulit dibedolnya bahkan sering terjadi perseteruan diberbagai tempat, persetruan politik di birokrat, perseteruan di legislatif sebagai penentu undang-undang dan penyelengara pemerintahan bahkan perseteruan ditengah penegak hukum dan antar masyarakat. Sungguh kondisi seperti ini di eksplor setiap saat, ironisnya pada tingkat penyelesaiannya justru dengan semakin menyuburkan KKN dan perhatian terhadap kemajuan negara dan kesejahteraan masyarakat baru sebagai sebuah wacana dan cenderung hanyalan, lip service, pernyataan politik dan kebohongan publik. 

Pembangunan ekonomi Indonesia dengan idiologie developmentalism yang dianut, diakui memang tidak atau belum mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia seperti yang diharapkan. Pembangunan itu dalam beberapa hal justru menimbulkan ketimpangan sosial dan problem kemiskinan yang berkepanjangan dengan indikator sebagai berkut : 

a. Adanya kesenjangan yang semakin tajam antara si kaya dengan si miskin. Praktek ekonomi kapitalistik semakin melonjak dan mencengkeram ekonomi rakyat, ekonomi kuat memakan ekonomi kecil yang sesungguhnya adalah ekonomi Bangsa Indonesia. 

b. Jumlah orang miskin semakin banyak dan merata diseluruh pelosok negeri dan angka pengangguran semakin tinggi. 

c. Pembangunan ekonomi tidak berpusat pada kepentingan rakyat, konsep ekonomi kerakyatan yang semestinya berpihak kepada ekonomi rakyat miskin tetapi justru hak orang miskin semakin tersisih dan termarjinalisasi. 

d. Adanya ketergantungn pada modal asing yang semakin menjadi jadi yang pada gilirannya sangat mudah diintervensi dan aset negeri yang diakatakan zamrud khatulistiwa sedikit demi sedikit dikuasai luar negeri. 

e. Adanya kontradiksi antara kepentingan ekonomis dan ekologis (produksi besar selalu mengeksploitasi pengrusakan alam dan lingkungan). 

Dilihat dari perspektif Islam, kemiskinan bukanlah sebuah takdir, melainkan suatu akibat dari kesalahan manusia dalam mengelola potensi dan sumber-sumber kekayaan yang dianugerahkan oleh Allah Swt kepada manusia. Allah Swt sejatinya telah memberikan dan menyediakan segala yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Firman Allah swt. dalam surat Ibrahim ayat 34 : “ Dan Dia telah memberikan kepadamu (untuk keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya dan jika kamu menghitung nikmat Allah tidaklah kamu dapat menghitungnya, sesunguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). 

Jadi kemiskinan dalam pandangan Islam sesungguhnya merupakan ketimpangan dari keadaan yang seharusnya dan tidak boleh terjadi di muka bumi karena Allah Swt. telah menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Namun kemiskinan tetap terjadi karena manusia seperti diisyaratkan dalam ayat di atas berlaku atau bersifat dzalim dan kufur. Dzalim menurut pakar ilmu tafsir Prof Dr. Qurasy Sihab bermakna perbuatan aniaya yang menyebabkan timbulnya ketidak seimbangan dalam perolehan harta atau dalam penggunaan sumber daya alam. Sementara kufur difahami sebagai sikap malas atau enggan dalam menggali sumber kekayaan alam atau sumber alternatif pengganti. Dzalim dan kufur sesungguhnya adalah pangkal dari kemiskinan. 

Kemiskinan dalam Islam dapat dikatagorikan sebagai sesuatu yang membahayakan (mudhorot) karena menimbulkan kesusahan dan kesulitan bagi manusia. Sementara setiap kepada yang mudlorot harus dihilangkan ( al dhoror yuzalu). Rasulullah saw bersabda : “ jangan kamu mendekati bahaya tetapi juga jangan membuat bahaya bagi orang lain ( H.R Ahmad bin Hambal, Ibnu Majah). Lebih mudhorot lagi dalam hadits lain disebutkan bahwa kemiskinan itu membawa manusia kepada kekufuran. Rasulullah Saw bersabda : “ Kadzal faqru an yakuna kufron” (bahwa hampir saja kemiskinan itu menjadikan manusia menjadi kufur). Karena itu kemiskinan harus diperangi dan dihilangkan. Perjuangan dan usaha pengentasan kemiskinan itu bagi kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan merupakan wajib kifayah hukumnya. 

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN 

Miskin atau kemiskinan dapat difahami sebagai situasi ketidak beradaan harta atau ketidak berdayaan yang membuat seorang tak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam bahasa arab terminologi miskin berakar dari kata “`sakana, yaskunu, sukun”, yang secara harfiyah berarti diam, tak bergerak (al sukun ba’da tabarruk). Jadi miskin menunjuk pada kondisi diam, tanpa aktifitas dan dinamisme dalam hidup (malas). Dalam terminologi hukum Islam miskin dikaitkan dengan tiga faktor (1) Harta yang dimiliki secara syah dan ditempat (ma min mamluk haadir), (2) mata pencaharian atau pekerjaan tetap yang dibenarkan oleh hukum ( al Hasab al halal) dan (3) kecukupan terhadap kebutuhan yang pokok (al kifayah). Apabila harta atau penghasilan seseorang tak dapat memenuhi kebutuhannya yang pokok, maka ia dinamakan miskin atau fakir. Dikatakan miskin adalah orang yang hanya mampu memenuhi setengah atau lebih dari kebutuhan dasarnya. Sedang fakir adalah orang yang kemampuannya di bawah itu yang dalam bahasa populer kita kenal dengan istilah “orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan” atau under development. 

Para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang lebih buruk kondisinya : si fakir atau si miskin? Dalam satu pendapat dikatakan bahwa miskin lebih parah dibanding fakir. Sementara dalam pendapat yang lain justru sebaliknya fakir dianggap lebih buruk daripada miskin. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa fakir dan miskin keduanya memiliki arti yang sama. Namun demikian pendapat yang masyhur di kalangan kaum Muslim bahwa fakir dianggap lebih buruk kondisinya dibandingkan miskin. 

Meskipun standar kemiskinan berbeda-beda, namun secara umum dapat dipastikan bahwa seseorang disebut miskin manakala ia memiliki salah satu dari kriteria sebagai berikut : 

a. Tidak mempunyai pendapatan atau sumber pendapatan sama sekali 

b. Mempunyai pendapatan atau penghasilan, tetapi tidak mencukupi kebutuhan pokoknya bersama keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. 

c. Tidak mempunyai asset (kekayaan) berupa harta benda, seperti lahan pertanian untuk petani, empang, kolam atau tambak untuk peternak ikan, kebun, modal dagang dan sebagainya. 

d. Tidak mempunyai keahlian dan ketrampilan di bidang tertentu yang memungkinkan ia bekerja dengan gaji atau honor yang memadai. 

Jadi miskin adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar secara wajar dan juga tidak memiliki modal dan ketrampilan yang cukup untuk meningkatkan pendapatannya. Kemiskinan juga dapat dipahami dalam empat katagori. Pertama, kemiskinan formal yakni kemiskinan atau kemelaratan yang timbul oleh sebab-sebab individual. Dalam al Qur’an kemiskinan katagori pertama ini disebut dengan dhu’afa. Kedua kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang timbul sebagai akibat dari struktur sosial yang tidak adil atau timpang. Dalam bahasa al Qur’an kemiskinan ini disebut dengan mustad’afin, orang menjadi lemah karena dilemahkan oleh sistem yang timpang atau kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada kum miskin. Ketiga kemiskinan substansional yaitu kemiskinan dalam arti akibat sikap serakah dan tamak yang membuat seseorang membabi buta dalam mengumpulkan harta dengan berbuat dzalim, mengambil hak orang lain atau melakukan korupsi, pemerasan pajak dll. Keempat yaitu kemiskinan akibat gaya hidup malas, tidak kreatif, tidak memiliki keterampilan, loss kompetensi dan menganggur dan juga terjadinya pemborosan dan hura-hura dalam menggunakan harta. Kemiskinan model ini disebut sebagai kemiskinan iman atau kemiskinan moral yang sejatinya merupakan penyebab semua bentuk kemiskinan. Semua bentuk kemiskinan ini memerlukan solusi sendiri dan Islam sebagai agama yang sempurna (Islam is the best solution) menawarkan konsepsi dan solusi untuk memecahkan masalah kemiskinan dalam berbagai bentuknya. 

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk rajin menuntut ilmu dimulai sejak lahir sampai wafat (long life education), ayat pertama yang Allah wahyukan kepada Rasullah Saw. berbunyi “Iqra” (perintah membaca). Membaca ayatul qur’aniyah, membaca dan mengaji ayat suci untuk menambah motivasi dan energi dalam mendekatkan diri kepada Allah Robbul izzati yang telah menciptakan manusia, dengan ini kemudian kita menjadi trus menerus bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah Swt. khusyu, tawadlu dan sabar, takut terhadap dosa. Dan dengan membaca ayatul qur’aniyah mental seseorang semakin meningkat dan kualitas hidupnya semakin hebat, mantap dan bermartabat jauh dari maksiat dan dosa-dosa lain termasuk KKN dan terpenuhilah hak-hak masyarakat dan meningkatlah ekonomi masyarakat. 

Pendidikan membuat orang menjadi pintar, menguasai berbagai bidang dan menjadi orang ahli (profesional). Dalam aspek apapun keahlian seseorang bisa mendapatkan rizki baik bekerja pada orang lain, maupun menciptakan tenaga kerja dan tentunya memperoleh harta sesuai dengan tingkat keahliannya. Pendidikan adalah kunci sukses, dengan pendidikan orang manjadi kaya, dengan pendidikan orang menjadi bahagia dunia dan akhirat, sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw. “man aroda dunya fahula bil ‘ilmi waman arodal akhiroti fahuwa bil ‘ilmi waman arodahuma fahua bil ‘ilmi” bahwa barang siapa berharap dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa berharap akhirat maka dengan ilmu dan barang siapa berharap keduanya maka juga dengan ilmu. Prof Garnadi menulis tentang pendidikan adalah persiapan jangka panjang, katanya bahwa “apabila kita punya rencana hidup untuk satu tahun maka tanamlah padi dan padi jadi beras dan jadi nasi dimakan habis, apabila kita punya rencana hidup sepuluh tahun maka tanamlah pohon, pohon sepuluh tahun berbuah dan buahnya dimakan akan habis. Tetapi jika kita mempunyai rencana hidup seratus tahun atau lebih atau ingin bahagia didunia dan akhirat maka didiklah manusia, galilah ilmu dan buatlah generasi yang rajin, cerdas dan berwawasan.” 





Sabtu, 04 Mei 2013

KONTROVERSI HUKUM PUASA RAJAB: SUNNAH/ BID’AH?

Oleh : Buya Yahya
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon
www.buyayahya.orgwww.buyayahya.tv – BBM : 2304A270

بسم الله الرحمن الرحيم 

الحمد لله رب العلمين. وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم أجمعين. 


وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى ‏ ‏محمد ‏ ‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ‏ ‏وكل بدعة ضلالة. 

PENDAHULUAN 

Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rajab. Pertama; Tidak ada riwayat yang benar dari Rasulullah SAW yang melarang puasa Rajab. Kedua; Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa Rajab yang tidak benar dan palsu. 

Didalam masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim. 

Pertama adalah sekelompok kecil kaum muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa puasa bulan Rajab adalah bid’ah. Kedua; Sekelompok orang yang biasa melakukan atau menyeru puasa Rajab akan tetapi tidak menyadari telah membawa riwayat-riwayat tidak benar dan palsu. Maka dalam risalah kecil ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat yang benar sekaligus pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan Rajab. 

Sebenarnya masalah puasa rojab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rajab adalah sesuatu yang bid’ah. Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang puasa bulan Rajab dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam menyikapi hukum puasa di bulan Rajab, yang jelas bulan Rajab adalah termasuk bulan Haram yang ada 4 (Dzulqo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab) dan bulan haram ini dimuliakan oleh Alloh SWT sehingga tidak diperkenankan untuk berperang di dalamnya dan masih banyak keutamaan di dalam bulan-bulan haram tersebut khususnya bulan Rajab. Dan di sini kami hanya akan membahas masalah puasa Rajab untuk masalah yang lainya seperti hukum merayakan isro’ mi’roj dan sholat malam di bulan Rajab akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda. 

Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rajab. Maka dari itu wajib untuk kami menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biarpun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah hukumnya adalah HARAM dan DOSA besar sebagaimana ancaman Rosulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim: مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ 

Artinya : “Barang siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka”. 

Dan perlu diketauhi bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rajab itu bukan berarti tidak ada hadist yang benar yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rajab. 

A. Dalil-dalil tentang puasa Rojab 

Dalil-dalil tentang puasa Secara umum 
Himbauan secara umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang diharamkan yang 5 dan bulan Rajab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan. Dan juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari senin, puasa hari kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan , dan puasa tersebut tetap dianjurkan walaupun di bulan Rajab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472: 

كُلُّ عَمَلِ ابْن أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ 
Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya” 

dan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942: 

لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 
Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari qiamat” 

Yang dimaksud Alloh akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tidak terbatas hitungan tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan keutamaan sholat jama’ah 27 derajat atau ibadah selain yang 1 kebaikkan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikkan. 

Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969: 

إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا 

“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka” 

Dalil-dalil puasa Rajab secara khusus 

a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim 

أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍعَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ" 

“Sesungguhnya Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata: “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami memang di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab, dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab.” 

Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab dengan utuh, dan Nabi-pun pernah tidak berpuasa dengan utuh. Artinya di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rajab bukanlah sesuatu yang wajib . Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah sunnah. 

b. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah; 

عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ :أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322 

“Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah atau paman) datang kepada Rasulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian dating lagi kepada rasulullah setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia berkata : Yaa Rasululallah apakah engkau tidak mengenalku? Rasulullah SAW menjawab : siapa engkau? Dia pun berkata : Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu. Rasulullah SAW bertanya : apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), ia menjawab : aku tidak makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rasulullah SAW bersabda : mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata : tambah lagi (yaa Rasulallah) sesungguhnya aku masih kuat. Rasulullah SAW berkata : berpuasalah 2 hari (setiap bulan), dia pun berkata : tambah lagi ya Rasulalloh. Rasulullah SAW berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan), ia pun berkata: tambah lagi (Yaa Rasulallah), Rasulullah SAW bersabda :jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggemgam 3 jarinya kemudian membukanya. Imam nawawi menjelaskan hadits tersebut. 

قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439 

صم من الحرم واترك Sabda Rasulullah SAW : 

“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah” 

Sesungguhnya nabi saw memerintahkan berbuka kepadaorang tersebut karena dipandang puasa terus- menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rajab seutuhnya adalah sebuah keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439 

c. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid 

قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201 

“Aku berkata kepada Rasulullah : Yaa Rasulallah aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW menjawab : bulan sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201 

Imam Syaukani menjelaskan 

ظاهر قوله في حديث أسامة : " إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به . نيل الأوطار 4/291 

Secara tersurat yang dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan” ini menunjukkan bahwa puasa Rajab adalah sunnah sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi Saw bahwa mereka lalai dari mengagungkan sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rajab dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4 hal 291 

3. Kesimpulan 

Dari penjelasan dari ulama empat madhab sangat jelas bahwa puasa bulan Rojab adalah sunnah hanya menurut madhab imam Ahmad saja yang makruh. Dan ternyata kemakruhan puasa Rajab menurut madhab Imam Hanbali itu pun jika dilakukan sebulan penuh adapun kalau dibolongi satu hari saja maka kemakruhannya sudah hilang atau bisa disambung dengan sehari saja sebelum atau sesudah Rajab. Dan mereka tidak mengatakan Bid'ah sebagaimana yang marak akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok orang dengan menyebar selebaran, siaran radio atau internet. Wallohu a'lam bishshowab