Kamis, 06 Desember 2012

KEJUJURAN


Oleh : Sugino Abdurrahman, S. Pd
(Ketua Umum (IKADI) Kota Cirebon/
Wakil   Ketua Islamic Centre Kota Cirebon) 

Jujur mungkin kata ini selalu muncul dalam banyak diskusi dan perbincangan masyarakat saat menyikapi semakin banyaknya penyimpangan dan penyelewengan disekitar kita. Mudah diucapkan tapi begitu sulit untuk dilaksanakan. Ringan dilisan tetapi berat dalam kenyataan bahkan perbincangan kita tentang kejujuran terkadang hanya menjadi sebuah harapan. Soal kejujuran sebenarnya bukan masalah bisa atau tidak tetapi mau atau tidak mau, sebab sebagai seorang muslim iman dan islam seharusnya menyatu dengan kejujuran.

 Jujur bagi orang yang beriman adalah jati diri, hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw  ketika ditanya, “apakah orang mukmin itu bisa menjadi orang pengecut?” beliau menjawab “iya” tetapi ketika nabi ditanya “apakah seorang mumin juga berbohong?” dengan tegas nabi menjawab “tidak, orang mukmin tidak mungkin berbohong” sabda nabi saw ini tentu saja menjadi penegas sekaligus penjelas bahwa jujur itu menjadi prinsip yang senyawa dengan kepribadian kita. Jujur itu sekali lagi adalah persoalan mau tidak mau. Jujur  itu persoalan memilih antara kebenaran yang kita yakini dan  dusta yang hati kita tidak pernah tenang dengannya.

            Hal ini pernah dibuktikan oleh seorang sahabat yang bernama ” Mubaraq  seorang penjaga kebun buah delima suatu ketika majikannya datang dan meminta Mubaraq mengambilkan buah delima yang manis. Mubaraq bergegas mengambilnya dan diberikan kepada majikannya, saat mencicipi buah delima majikannya marah lantaran buah delima yang dipetik Mubaraq rasanya asam maka majikannya memerintahkan lagi untuk memetik delima yang manis rasanya hingga dua sampai tiga kali memetik tetap saja buah itu terasa asam maka majikannya pun bertanya,”apakah kamu tidak bisa membedakan mana buah yang manis mana buah yang asam?” Mubaraq menjawab “tidak” “bagaimana mungkin terjadi sedangkan kamu sudah bekerja dikebun ini bertahun-tahun?”Tanya majikannya.  lalu Mubaraq menjawab “sesungguhnya aku tidak pernah memakan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui kehalalannya.” “kenapa demikian?” Tanya majikannya lagi. “karena aku hanya disuruh menjaganya dan tidak disuruh memakannya” jawab Mubaraq. Mendengar jawaban Mubaraq itu sang majikan merasa terharu dia sangat terkesan dengan akhlak pembantunya itu sampai akhirnya dia menikahkan putrinya dengan Mubaraq. Hasil pernikahan ini kemudian melahirkan seorang ulama besar yang bernama Abdullah Ibnu Mubaraq. Kisah diatas sangat  menjadi pelajaran sekaligus cermin bagi kita bahwa dalam kehidupan ini akan selalu ada orang-orang yang teguh dalam pendirian, kokoh dalam prinsip dan kuat dalam keyakinan yang menghiasi kehidupan ini dengan kejujuran.

Bagaimana Bertahan Bersama Kajujuran

Bertahan bersama dalam kejujuran memang tidaklah  mudah bahkan hari-hari ini belajar memahami tentang kejujuran butuh perjuangan sendiri. Ibarat mengharap seteguk  air  ditengah gurun pasir , sebab hidup telah berubah terlewat gersang banyak  hiasan  palsu,  nilai palsu, keyakinan palsu, dan tujuan palsu.  
Oleh karena itu  ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar kita menjadi orang yang jujur   sebagai berikut:
1.      Harus dengan ilmu sehingga kita memiliki kecukupan dan kecakapan wawasan dalam memandang, mensikapi, dan menyelesaikan masalah
2.      Menjaga hubungan baik  yang kuat bersama Allah. kita menyadari, bahwa kita mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi kepada Allah SWT bahkan secara jujur kita tidak bisa terlepas diri Allah SWT. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang mesti kita wujudkan dalam diri kita bagaimana agar kita tetap mempunyai hubungan yang baik dan kuat dengan Allah SWT. Dipentas kekuasaan kejujuran punya tabiat sendiri artinya pertarungan kejujuran melawan kebohongan dipentas kekuasaan jauh lebih rumit dan dahsyat sebab kekusaan yang dijalankan dengan cara yang salah buruk dan curang berpeluang besar menghasilkan kerusakan dan kehancuran dimana-mana dampaknyapun bisa sangat mengerikan.
3.      Konsolidasi kejujuran dalam kehidupan  masyarakat sehingga menjadi gerakan yang massif  hal ini mengacu nasehat sayidina ali bahwa kebenaran yang tidak solid akan di kalahkan kebatilan yang terorganisir.

Itu sebabnya penghargaan yang diberikan Allah kepada pejuang kejujuran dipentas kekuasaan sangatlah tinggi seperti dijelaskan nabi, “sebaik-baik jihad adalah menyatakan yang jujur  (hak)  dihadapan penguasa yang kejam sementara seorang pemimpin yang jujur, amanah, dan adil mempunyai kedudukan istimewa dimana ia termasuk salah satu dari 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di akherat nanti.

Diranah yang lebih real seorang  bupati atau walikota bisa sangat dictator culas dan menelan anggaran pemerintah daerah yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat. Bahkan Gubernur sampai Presiden pun bisa saja melakukan hal-hal yang merugikan rakyat jika tidak lagi mau jujur pada nuraninya. Penyimpangan dalam setiap kebijakan adalah bukti nyata yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dizaman yang semakin modern ini jujur menjadi tema yang tidak popular selain itu menjadi jujur atau tidak jujur kadang-kadang dikaitkan dengan keberlangsungan hidup. Karena itu, jauh-jauh hari nabi meningatkan, peganglah selalu kejujuran, meski dengan memegangnya kamu akan terlihat akan celaka, sesungguhnya didalamnya ada keselamatan. dan jauhilah olehmu dusta, meski dengan dusta itu kamu lihat akan selamat sesungguhnya didalamnya ada celaka.” Allah SWT dengan tegas meminta kita menjalankan setiap amanat dengan jujur seperti dalam ayatnya “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menghianati Allah dan rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan padamu sedang kamu mengetahuinya.”(QS. Al-Anfal:27)

Menurut  Imam Ibnu Kasil  khianat itu meliputi dosa besar dan dosa kecil sementara Imam Kurtubi berkata ayat yang berbicara tentang amanah yaitu meliputi segala tugas keagamaan maupun sosial teramsuk nikmat dan karunia yang Allah berikan, maka semua panca indra ini adalah amanah kita harus menjaga kehormatannya dan jangan menghinakannya. Oleh karena itu, dalam tataran kekuasaan dimana seseorang mendapatkan amanah yang ditangannya banyak berkaitan banyak nasib dan hajat orang banyak ancaman terhadap pejabat yang tidak jujur sangatlah berat lebih jauh kelak dihari kiamat orang-orang yang berkhianat akan memiliki bendera yang bertulis kalimat ini adalah pengkhianat bagi si pulan. Terlalu banyak orang-orang yang tau tapi sangat sedikit dari kita yang mau. Orang-orang pintar boleh bangga dengan kesuksesannya tetapi hanya orang-orang yang jujur yang bisa merasakan kebahagiaan. Orang-orang pintar boleh senang denga kemewahan tapi hanya orang-orang yang jujur yang akn menemukan ketenangan.

jujur, jujur saja, jujurlah sayang aku tak mengapa, jujur aku tak sanggup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar