Kamis, 06 Desember 2012

MUHAMMADIYAH JODOH-NU

67 tahun sudah Indonesia merdeka. 67 tahun pula Bangsa Indonesia menikmati manisnya nafas kemerdekaan yang jauh dari penjajahan dan penindasan. Perjuangan yang dilaksanakan untuk mencapai kemerdekaan tidak lepas dari ormas yang senantiasa berjuan tanpa pamrih. 2 di antaranya NU dan Muhammadiyah yang sampai saat ini menjadi pemeran utama dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia.

NU yang khas dengan dakwah kulturalnya bersatu padu menegakkan Islam dalam ranah sosial kemasyarakatan. Muhammadiyah yang khas dengan dakwah strukturalnya berusaha membangun tempat untuk tegaknya Syariat Islam pada ranah pemerintahan. Sinergitas yang dibangun sangat sesuai karena Islamisasi tidak hanya dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat saja tetapi juga pada sektor pemerintahan dan kebijakan. Sebagai contoh, ketika para Kiyai meminta para muslimah untuk memakai kerudung maka serta merta pemerintah pun harus memberi ruang untuk tegaknya aturan itu. 
Pada masa orde baru dan lama misalnya. Para muslimah dianjurkan memakai kerudung oleh syariatnya, namun ironisnya pemerintah melarang pemakaian kerudung pada tempat tertentu. Misalnya ketika seseorang hendak masuk ke sekolah umum, biasanya dilarang memakai kerudung. Tidak hanya itu, ketika siswi-siswi sekolah yang beragama Islam hendak membuat foto untuk ijazahnya, mereka dipaksa untuk melepas kerudungnya. 
Di sinilah perlunya sinergitas dakwah kultural dan struktural. NU yang membumikan syariat di tatanan masyarakat, Muhammadiyah membumikan Islam pada sektor pemerintahan. Inilah yang kita nantikan selama ini. Persatuan Umat Islam untuk Indonesia demi tegaknya syariat Islam dalam kehidupan. Islam ini adalah kedamaian. Maka persatuanlah kunci utama kita. Ayo bersatu...

Oleh: Ibnu Malik, S.Pd.I.


kata kunci: NU online, NU skin, NU green tea, nuhijab, nu skin indonesia, muhammadiyah, muhammad, muhammad ali, muhammad saw, muhammad assad, muhammad al fatih, muhammad taha aljunayd, muhammad yamin.





KEJUJURAN


Oleh : Sugino Abdurrahman, S. Pd
(Ketua Umum (IKADI) Kota Cirebon/
Wakil   Ketua Islamic Centre Kota Cirebon) 

Jujur mungkin kata ini selalu muncul dalam banyak diskusi dan perbincangan masyarakat saat menyikapi semakin banyaknya penyimpangan dan penyelewengan disekitar kita. Mudah diucapkan tapi begitu sulit untuk dilaksanakan. Ringan dilisan tetapi berat dalam kenyataan bahkan perbincangan kita tentang kejujuran terkadang hanya menjadi sebuah harapan. Soal kejujuran sebenarnya bukan masalah bisa atau tidak tetapi mau atau tidak mau, sebab sebagai seorang muslim iman dan islam seharusnya menyatu dengan kejujuran.

 Jujur bagi orang yang beriman adalah jati diri, hal ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw  ketika ditanya, “apakah orang mukmin itu bisa menjadi orang pengecut?” beliau menjawab “iya” tetapi ketika nabi ditanya “apakah seorang mumin juga berbohong?” dengan tegas nabi menjawab “tidak, orang mukmin tidak mungkin berbohong” sabda nabi saw ini tentu saja menjadi penegas sekaligus penjelas bahwa jujur itu menjadi prinsip yang senyawa dengan kepribadian kita. Jujur itu sekali lagi adalah persoalan mau tidak mau. Jujur  itu persoalan memilih antara kebenaran yang kita yakini dan  dusta yang hati kita tidak pernah tenang dengannya.

            Hal ini pernah dibuktikan oleh seorang sahabat yang bernama ” Mubaraq  seorang penjaga kebun buah delima suatu ketika majikannya datang dan meminta Mubaraq mengambilkan buah delima yang manis. Mubaraq bergegas mengambilnya dan diberikan kepada majikannya, saat mencicipi buah delima majikannya marah lantaran buah delima yang dipetik Mubaraq rasanya asam maka majikannya memerintahkan lagi untuk memetik delima yang manis rasanya hingga dua sampai tiga kali memetik tetap saja buah itu terasa asam maka majikannya pun bertanya,”apakah kamu tidak bisa membedakan mana buah yang manis mana buah yang asam?” Mubaraq menjawab “tidak” “bagaimana mungkin terjadi sedangkan kamu sudah bekerja dikebun ini bertahun-tahun?”Tanya majikannya.  lalu Mubaraq menjawab “sesungguhnya aku tidak pernah memakan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui kehalalannya.” “kenapa demikian?” Tanya majikannya lagi. “karena aku hanya disuruh menjaganya dan tidak disuruh memakannya” jawab Mubaraq. Mendengar jawaban Mubaraq itu sang majikan merasa terharu dia sangat terkesan dengan akhlak pembantunya itu sampai akhirnya dia menikahkan putrinya dengan Mubaraq. Hasil pernikahan ini kemudian melahirkan seorang ulama besar yang bernama Abdullah Ibnu Mubaraq. Kisah diatas sangat  menjadi pelajaran sekaligus cermin bagi kita bahwa dalam kehidupan ini akan selalu ada orang-orang yang teguh dalam pendirian, kokoh dalam prinsip dan kuat dalam keyakinan yang menghiasi kehidupan ini dengan kejujuran.

Bagaimana Bertahan Bersama Kajujuran

Bertahan bersama dalam kejujuran memang tidaklah  mudah bahkan hari-hari ini belajar memahami tentang kejujuran butuh perjuangan sendiri. Ibarat mengharap seteguk  air  ditengah gurun pasir , sebab hidup telah berubah terlewat gersang banyak  hiasan  palsu,  nilai palsu, keyakinan palsu, dan tujuan palsu.  
Oleh karena itu  ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar kita menjadi orang yang jujur   sebagai berikut:
1.      Harus dengan ilmu sehingga kita memiliki kecukupan dan kecakapan wawasan dalam memandang, mensikapi, dan menyelesaikan masalah
2.      Menjaga hubungan baik  yang kuat bersama Allah. kita menyadari, bahwa kita mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi kepada Allah SWT bahkan secara jujur kita tidak bisa terlepas diri Allah SWT. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang mesti kita wujudkan dalam diri kita bagaimana agar kita tetap mempunyai hubungan yang baik dan kuat dengan Allah SWT. Dipentas kekuasaan kejujuran punya tabiat sendiri artinya pertarungan kejujuran melawan kebohongan dipentas kekuasaan jauh lebih rumit dan dahsyat sebab kekusaan yang dijalankan dengan cara yang salah buruk dan curang berpeluang besar menghasilkan kerusakan dan kehancuran dimana-mana dampaknyapun bisa sangat mengerikan.
3.      Konsolidasi kejujuran dalam kehidupan  masyarakat sehingga menjadi gerakan yang massif  hal ini mengacu nasehat sayidina ali bahwa kebenaran yang tidak solid akan di kalahkan kebatilan yang terorganisir.

Itu sebabnya penghargaan yang diberikan Allah kepada pejuang kejujuran dipentas kekuasaan sangatlah tinggi seperti dijelaskan nabi, “sebaik-baik jihad adalah menyatakan yang jujur  (hak)  dihadapan penguasa yang kejam sementara seorang pemimpin yang jujur, amanah, dan adil mempunyai kedudukan istimewa dimana ia termasuk salah satu dari 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di akherat nanti.

Diranah yang lebih real seorang  bupati atau walikota bisa sangat dictator culas dan menelan anggaran pemerintah daerah yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat. Bahkan Gubernur sampai Presiden pun bisa saja melakukan hal-hal yang merugikan rakyat jika tidak lagi mau jujur pada nuraninya. Penyimpangan dalam setiap kebijakan adalah bukti nyata yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dizaman yang semakin modern ini jujur menjadi tema yang tidak popular selain itu menjadi jujur atau tidak jujur kadang-kadang dikaitkan dengan keberlangsungan hidup. Karena itu, jauh-jauh hari nabi meningatkan, peganglah selalu kejujuran, meski dengan memegangnya kamu akan terlihat akan celaka, sesungguhnya didalamnya ada keselamatan. dan jauhilah olehmu dusta, meski dengan dusta itu kamu lihat akan selamat sesungguhnya didalamnya ada celaka.” Allah SWT dengan tegas meminta kita menjalankan setiap amanat dengan jujur seperti dalam ayatnya “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menghianati Allah dan rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan padamu sedang kamu mengetahuinya.”(QS. Al-Anfal:27)

Menurut  Imam Ibnu Kasil  khianat itu meliputi dosa besar dan dosa kecil sementara Imam Kurtubi berkata ayat yang berbicara tentang amanah yaitu meliputi segala tugas keagamaan maupun sosial teramsuk nikmat dan karunia yang Allah berikan, maka semua panca indra ini adalah amanah kita harus menjaga kehormatannya dan jangan menghinakannya. Oleh karena itu, dalam tataran kekuasaan dimana seseorang mendapatkan amanah yang ditangannya banyak berkaitan banyak nasib dan hajat orang banyak ancaman terhadap pejabat yang tidak jujur sangatlah berat lebih jauh kelak dihari kiamat orang-orang yang berkhianat akan memiliki bendera yang bertulis kalimat ini adalah pengkhianat bagi si pulan. Terlalu banyak orang-orang yang tau tapi sangat sedikit dari kita yang mau. Orang-orang pintar boleh bangga dengan kesuksesannya tetapi hanya orang-orang yang jujur yang bisa merasakan kebahagiaan. Orang-orang pintar boleh senang denga kemewahan tapi hanya orang-orang yang jujur yang akn menemukan ketenangan.

jujur, jujur saja, jujurlah sayang aku tak mengapa, jujur aku tak sanggup

Rabu, 05 Desember 2012

TARGET KEPENULISAN

RANCANGAN KEPENULISAN

SEJARAH
RENOVASI
ARSITEKTUR
MAKNA SIMBOL
PROGRAM
UKM
AT-TAQWA DAN PEMBERDAYAAN UMAT

TERBITKAN TAHUN 2013. HAYOO SEMANGAT...

Selasa, 04 Desember 2012

SELAMAT YA ABANG!

M. HABIBURRAHMAN AL AHYA
BIN AHMAD YANI

SELAMAT DAN SEMOGA MENJADI ANAK YANG SHOLEH SERTA BERBAKTI PADA ORANG TUA AMIN.








Kamis, 22 November 2012

TERIMA KASIH IRAN





REPUBLIKA.CO.ID, Brigade al-Quds berterima kasih kepada Republik Islam Iran, karena negara ini tidak pernah menutup mata atas ketertindasan bangsa Palestina, dan karena Republik Islam gerakan perlawanan Islam Palestina mampu meluluhlantakkan jaringan komunikasi Tel Aviv.
Sayap militer Jihad Islam itu dalam konferensi persnya mengatakan, "Kemenangan yang diraih gerakan perlawanan Islam Palestina hari ini, pada kenyataannya adalah kemenangan para syuhada dan bangsa tegar berdiri mendukung gerakan perlawanan," demikian laporan Al-Alam.
"Tel Aviv hari ini sudah bukan benteng perkasa lagi bagi warga Zionis, akan tetapi sudah seperti mainan anak-anak di tangan gerakan perlawanan. Brigade Quds melesatkan 620 rudal dan roket ke distrik-distrik Israel dan mampu menghancurkan jaringan komunikasi kota itu."
Mereka mengaku berterima kasih kepada Republik Islam Iran karena dukungan finansial dan persenjataannya untuk gerakan perlawanan di Gaza. ''Iran tidak pernah menutup mata atas ketertindasan bangsa Palestina dalam membela tanah airnya," tegas al-Quds.
Kemenangan ini tercapai karena persatuan seluruh elemen perlawanan Palestina dalam menghadapi musuh. Sekitar 10 pejuang terbaik Brigade AL-Quds gugur syahid. 

http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/12/11/23/mdw77c-jihad-islam-terima-kasih-iran

Minggu, 18 November 2012

Lomba Marawis di ICC - At-Taqwa

Lomba marawis memeriahkan Islamic Book Fair yang diselenggarakan Islamic Centre dan DKM Raya At-Taqwa Kota Cirebon. Ada 9 grup marawis yang berasal dari berbagai daerah di Cirebon. Ini merupakan hasil seleksi dari daerah tersebut, karena yang diambil adalah grup marawis yang memang sudah senior dan berpengalaman. 
Diharapkan dengan adanya perlombaan seperti ini, masyarakat Cirebon dan Umat Islam Cirebon khususnya, dapat membumikan sholawat di tahun baru ini. Mengawali tahun baru hijriyah dengan Fastabiqul Khoirot. Semoga dapat menggugah kembali khasanah Islam yang sempat terpemdam karena globalisasi. 







Jumat, 16 November 2012

CIREBON ISLAMIC BOOK FAIR 2012

PAMERAN BUKU ISLAM TERBESAR DI CIREBON

MERIAH DENGAN RAMAINYA KHASANAH ISLAM YANG TERDAPAT PADA BUKU-BUKU YANG DIJUAL

BANYAK DISKON DAN OBRAL FASHION

BURUAN SERBU!!! TAR KEHABISAN LHO?

WAKTU CUMA S/D TGL. 22 NOVEMBER 2012




SUPAYA "LAKU" JUALANNYA PARA PEDAGANG, MAKA GAMBARLAH MOBIL DENGAN "NO L 4 KU"  HE..HE...





Selasa, 13 November 2012

At-Taqwa Care Unit

        Mobil ambulan gratis untuk Kaum Muslimin. Bagi yang memerlukan bantuan pengantaran saudara yang sedang sakit atau jenazah bisa menggunakan mobil ini. Mobil yang didapatkan dari wakaf salah satu jamaah yang tidak bisa disebutkan namanya ini selesai dimodifikasi pada 12 November 2012 dan sampai di At-Taqwa 13 November 2012. 
        Mobil dengan merek L 300 ini akan siap sedia di At-Taqwa untuk membantu para jamaah yang membutuhkan bantuan transportasi darurat. Lingkup daerah yang menjadi operasi mobil ini adalah wilayah 3 Cirebon. Kondisi dalam mobil ini dilengkapi dengan 1 buah tabung oksigen, 1 tandu pasien, lemari obat dan P3K. Warna mobil sangat disesuaikan dengan identitas At-Taqwa yang hijau menandakan kesejukan dan kedamaian. At-Taqwa Care Unit akan mulai beroperasi mulai hari Selasa 13 November 2012 dan sebagai pengelola lapangan adalah LAZISWA At-Taqwa Kota Cirebon sebagai Unit Kegiatan Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon.











Keyword: Ambulance, Ambulance panic voice, ambulan, Ambulance gratis, mobile9, mobil bekas, mobil murah, gratis, gratis download game, gratis download mp3, career, career garuda, Carrefour, career itb, mobil oil,  nokia mobil, mobil , mobil deexxon mobil , mobil bekas, harga mobil, mobil home, free mobil 


        

Senin, 05 November 2012

TAHUN BARU HIJRIYAH SEGERA TIBA

MENYONGSONG PEMBARUAN

TAHUN BARU HIJRIYAH 1434 H. 












KATA KUNCI:
hijriyah, hijriyah calender, hijriyah masehi, hijriyah 2012, tahun baru imlek, tahun kabisat, tahun hijriyah, tahun ayin gimel, tahun baru imlek 2013, kalender hijriyah 1434

Jumat, 19 Oktober 2012

QURBAN 2000

QURBAN BERSAMA 2000 WARGA KOTA CIREBON




PAKET SEHAT (Rp. 2.000.000,-)




PAKET NIKMAT (Rp. 2.500.000,-)





PAKET AMANAT (Rp. 17.000.000,-)







PAKET BERSAHABAT (Rp. 17.000.000,-)






CP: 087728955183 IBNU MALIK, S.Pd.I.



QURBAN ADALAH, QURBAN 2012, QURBAN DAN AQIQAH, FIQIH QURBAN,





Kamis, 11 Oktober 2012

“ KEUTAMAAN ORANG YANG MENUNTUT ILMU SYAR’I “


Oleh ;
Drs. H. KOMARUDIN, KS. M.Pd
Dosen Unswagati Cirebon 

Semoga Allah Swt senantiasa  mengaruniakan kepada kita sifat-sifat dan keyakinan, dan meminta kita ke jalan orang –orang yang  bertaqwa, melengkapi diri dengan  ilmu syar’i adalah fardu ‘ ain atas setiap muslim dan muslimah. Karenanya tidak ada alasan sama sekali bagi setiap muslim dan muslimah untuk mengabaikannya.

 Seseorang yang senang  mempelajari ilmu syar’i akan  senantiasa mendapatkan  berbagai macam keutamaan yang tidak akan pernah diperoleh oleh orang yang tidak  mempelajarinya. Oleh karena itu,  saudara – saudara sekalian  disini akan ditegaskan  bahwa sesungguhnya Allah akan   membedakan dan menambahkan  nilai lebih kepada hambah-hamba-Nya berdasarkan ilmu yang dimilikinya.  Sebab telah terbukti ada banyak keutamaan yang dapat diperoleh oleh para penuntut  ilmu syar’i, namun pada kesemptan kali  kami penulis hanya akan menguraikan beberapa keutamaan di antaranya  di antara lain sebagai berikut;
Pertama : Bahwasanya  Allah Ta’ala akan mengangkat derajat orang yang menuntut ilmu,  sebagaimana disebutkan dalam firman- Nya.  Artinya: “… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” ( Qs. Al-Mujadilah: 11)
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala mengambarkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman karena mereka berhak mendapatkannya.  Huruf al  dalam kata al-‘ilm pada ayat di atas menunjukkan ahdiyyah  atau pengkhususan terhadap satu jenis ilmu, bukan menunjukkan jinsiyyah atau keumuman atas semua jenis ilmu, karena yang mendapatkan hak  untuk dinaikkan derajatnya oleh Allah hanyalah orang yang memiliki ilmu syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bukan mencakup pada semua jenis ilmu. [Lihat Bahjatun Nazhirin (II/462-463) dan Syarah Riyadhush Shalihin Terjemah (IV/285)]
Al-kisah disebutkan  bahwa pernah ada seseorang yang lehernya cacat, sehingga dia selalu menjadi bahan ejekan orang-orang disekitarnya. Kemudian ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya Allah akan mengangkat derajatmu.”. Lalu orang tersebut menuntut ilmu syar’i sampai dia menjadi seorang yang ‘alim (pandai), sehingga dia diangkat menjadi Hakim di Mekah selama 20 tahun. Dan jika ada seseorang yang memiliki perkara duduk dihadapannya, gemetarlah seluruh tubuhnya sampai dia berdiri. [Lihat Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 26) dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga  (hal. 33)]
Kedua ;  Allah Ta’ala menjadikan kebaikan untuknya, sebagaimana dalam sabda Nabi saw ; Artinya: “Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang (urusan) agamanya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (No. 71, 3116,)
Hadits di atas menyebutkan tentang keutamaan mempelajari ilmu syar’i dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Dan ini juga menunjukkan bahwa orang yang tidak diberikan pemahaman dalam agamanya adalah orang yang tidak dikehendaki kebaikannya oleh Allah. Sebaliknya orang yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah maka Dia memberikannya pemahaman dalam agamanya. Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata, “Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah Surga.” [Lihat Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/230) dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga (hal. 39)]
Ketiga : Bahwasannya orang yang menuntut ilmu syar’i dan memiliki ilmu syar’i dikecualikan dari laknat Allah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat; Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim, dan seorang yang menuntut ilmu.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi (no. 2322), Ibnu Majah (no. 4112), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 1708), Ibnu Abi ‘Ashim dalam Az-Zuhd (no. 57), dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/150, no. 135), dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Hadits di atas menyebutkan tentang keutamaan ilmu syar’i,  bahwasanya orang-orang yang berilmu, dan orang-orang yang menuntutnya. dalam proses menuntut ilmu syar’i, manusia terbagi menjadi dua, yaitu orang yang ‘alim sebagai pengajar dan orang yang menuntutnya (pelajar). Keduanya berada di atas jalan yang lurus dan selamat. [Lihat Bahjatun Nazhirin (I/542-543) dan Syarah Riyadhush Shalihin Terjemah (II/307)]
Keempat : Bahwasannya orang yang menuntut ilmu syar’i diibaratkan seperti seorang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,.Artinya: “Barang siapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) dengan tujuan untuk mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, dia ibarat seorang yang berjihad di jalan Allah. Dan barang siapa yang memasukinya dengan tujuan selain itu, dia ibarat orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya.” [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ahmad  II/350,)
Apabila berjihad dengan hujjah (dalil) dan keterangan lebih didahulukan dari pada jihad dengan pedang dan tombak. Sebagaimana Allah Ta’ala pernah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berjihad dengan Al-Qur’an untuk melawan orang-orang kafir, seperti disebutkan dalam firman-Nya . “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah kepada mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar.” (Qs. Al-Furqan: 52)
Kelima : Bahwasannya orang yang menuntut ilmu syar’i akan dimudahkan jalannya menuju Surga, dimohonkan ampun oleh penduduk langit dan bumi, serta dinaungi oleh sayap-sayap para Malaikat. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi saw.”Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya menuju Surga. sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang berada di dalam air.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3641),
Penjelasan kalimat “jalan untuk menuntut ilmu mengandung dua makna, yaitu:  Pertama, menempuh jalan untuk menuntut ilmu dalam artian yang sebenarnya, seperti berjalan kaki menuju majelis-majelis ilmu. Sedangkan Kedua,  adalah menempuh jalan atau cara yang dapat mengantarkan seseorang untuk memperoleh ilmu syar’i, seperti membaca, menghapal, menela’ah, dan sebagainya.
Sedangkan penjelasan pada kalimat Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga mengandung dua makna juga, yaitu : Pertama, Allah akan memudahkan orang yang menuntut ilmu semata-mata karena mencari keridhaan Allah, mengambil manfaat, dan mengamalkannya, untuk memasuki Surga-Nya.  Sedangkan yang  Kedua, Allah akan senantiasa memudahkan jalan baginya menuju Surga ketika melewati titian ash-shirathal mustaqim pada hari Kiamat dan memudahkannya dari berbagai kengerian pada sebelum dan sesudahnya. [Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (II/297,)
Jalan menuju Surga yang diperuntukkan bagi para penuntut ilmu ini merupakan ganjaran dari Allah akibat usaha yang pernah ditempuhnya selama di dunia untuk mencari ilmu yang akan mengantarkannya kepada ridha Rabbnya. Sedangkan para Malaikat yang membentangkan sayap-sayapnya merupakan suatu bentuk kerendahan hati, penghormatan, dan pengagungan mereka kepada para penyandang dan para pencari martabat pewaris kenabian ini.
Keenam : Bahwasannya orang yang memiliki ilmu dan mengajarkannya akan tetap mendapatkan pahala atas ilmu yang telah diajarkannya tersebut selama ilmu itu diamalkan, meskipun dia telah meninggal dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,  Artinya: “Apabila seorang manusia meninggal dunia, amalannya terputus, kecuali tiga hal (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 38),
Hadits ini adalah dalil terkuat tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu juga besarnya buah dari ilmu yang dimiliki seseorang. Karena pahala ilmu yang telah diajarkan kepada orang lain, akan tetap diterima oleh pemiliknya selama ilmu tersebut diamalkan oleh orang lain. Meskipun dia telah meninggal dunia dan seluruh amalannya telah terputus, namun akibat ilmu yang diajarkannya kepada orang lain membuatnya seolah-olah tetap hidup dan amalnya tidak terputus. Hal ini selain menjadi kenangan dan sanjungan bagi pemilik ilmu tersebut, juga menjadi kehidupan kedua baginya, karena dia tetap merasakan pahala yang mengalir untuknya ketika semua pahala amal perbuatan telah terputus darinya. [Lihat Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 242) dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga (hal. 46)]

Kamis, 04 Oktober 2012

MENYELAMI MAKNA HAKIKAT TAKWA


Oleh:
Drs. H. Muchlis, M.Pd.I.
Dosen STAI Bunga Bangsa Cirebon

         Kata “takwa” sudah sangat akrab bagi setiap pribadi muslim. Bahkan kata tersebut telah mewarnai rangkaian kalimat dalam sebuah pernyataan politik, sosial  dan budaya. Namun kata takwa tidak hanya berupa retorika, ataupun ungkapan yang melayang-layang melainkan harus menukik dalam relung hati yang paling dalam yang kemudian menjelma dan bisa kita raih dan dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya.

         Berkaitan dengan hal tersebut, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad SAW Ali bin Abi Thalib ra tentang hakikat takwa, yaitu:
“Al Khaufu minal jalil wal amalu bittanzil wal i’dadu liyaumir rohil warridho bil qolil “
Artinya : Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dala at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit).

Dari ungkapan sahabat Ali di atas, ada empat hakikat taqwa yang harus dapat  kita raih yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari:
Pertama, “Al Khaufu minal jalil” yaitu takut kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah al khauf  (takut) kepada Allah SWT. Yang dimaksud  adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah SWT sekecil apapun harus kita jauhi. Thoriqohnya (metodenya) yaitu dengan semakin dekat kepada Allah. Inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Karena itu, totalitas  perilaku seorang  muslim yang takut kepada Allah SWT idealnya tidak akan melakukan penyimpangan dari segala ketentuan-Nya. Ucapannya, perbuatannya dan tindakannya senantiasa berada pada wilayah dan berusaha semaksimal mungkin agar tetap pada bingkai ridha Allah. Bilapun ia melakukan sebuah kesalahan maka tidak menunggu-nunggu lagi untuk untuk meminta maaf jika itu menyangkut hak adami.

Sebagai contoh, pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasul untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu, karena kehamilannya yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiaannya, saat Rasul  menshalatkan jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasulullah kemudian menyatakan: “Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah?” (HR. Muslim).
Jika melakukan perbuatan dosa, maka ia tidak menunda-nunda untuk beristigfar kepada Allah. Sebagaimana firman Allah : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (Qs Ali Imran [3] :133).

Kedua. Wal amalu bit tanzil, yaitu beramal berdasarkan wahyu.  Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang muslim yang mengamalkan nilai hakikat  takwa akan selalu beramal atau beraktifitas dalam seluruh aspek kehidupannya  selalu berkiblat kepada wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT, termasuk hadits atau sunnah Rasulullah SAW karena ucapan dan perilaku Nabi memang  didasari oleh wahyu. Dengan kata lain, seseorang dikatakan bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu megkaji al-Qur’an dan al-hadits, sebab alangkah naifnya apabila kita  memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan mengkajinyapun tidak.

Kita boleh mengambil i’tibar  pada kehidupan para sahabat, mereka selalu berusaha untuk beramal berdasarkan wahyu. Karenanya mereka berusaha mengakajinya kepada Nabi dan para sahabat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang suka bertanya. Meskipun mereka suka melakukan sesuatu, tapi bila ternyata wahyu tidak membenarkan mereka melakukannya, maka merekapun berusaha untuk meninggalkannya.

Suatu ketika ada beberapa orang sahabat yang dahulunya beragama Yahudi, mereka ingin sekali bisa melaksanakan lagi ibadah pada hari sabtu dan menjalankan kitab Taurat, tapi turun firman Allah SWT yang membuat mereka tidak jadi melakukannya, yaitu adalah  : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu  (QS Al Baqarah [2]: 208).

Berkaitan dengan ayat di atas, pada firman “Kaaffatan”, seperti yang disampaikan Imam Al Marogi yaitu menuruti hukum-hukum Allah secara keseluruhan dilandasi dengan berserah diri, tunduk dan ikhlas kepada Allah. Syaikh Muhammad Ash Shobuni dalam tafsirnya Shafwatut Tafasir mempertegas kalimat “Kaaffatan”, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, melaksanakan semua hukum-hukum  dan syariat-syariatnya dan janganlah kamu mengambil sebagian hukum dan meninggalkan sebagian hukum lainnya. Ibnu Abbas dan sekelompok tabiin menjelaskan firman Allah “masuklah ke dalam Islam secara keseluruhannya”, maksudnya ialah masuklah ke dalam Islam dan taatilah segala perintah-Nya secara optimal.

Ketiga : Wal i’dadu li yaumir rohil yaitu mempersiapkan diri untuk akhirat. kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justru awal dari kahidupan baru, yakni kehidupan akhirat, yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat. Berkenaan dengan  ini Rasulullah bersabda : “Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Ibnu Umar berkata, “Jika kamu di sore, jangan menunggu pagi hari, dan jika kamu di pagi hari, jangan menunggu sore hari. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati “ (Riwayat Bukhari).

Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai positif, sebagai apapun kita. Waktu dan kesempatan tidak dibiarkan belalu apalagi bila perbuatan kita dibalut maksiat. Melainkan kehidupan kita bermakna bagi kita, dan dihindarkan sekecil apaun perbuatan salah dan dosa. Allah SWT berfirman :  “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Qs Al Kahfi [18]:110).

Manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk persiapan untuk kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang disebut dengan orang yang cerdas, meskipun ia bukan sarjana. Karena itu, Rasulullah SAW  bersabda :  “Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beamal bagi kehidupan sesudah mati ) HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).

 Keempat :  “Warridha bil qolil”. Yaitu ridha meskipun sedikit. Setiap kia pasti ingin mendapat sesuatu khusunya harta dalam jumlah yang banyak sehingga bisa msencukupi diri dan keluarga serta bisa berbagi kepada orang lain. Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah, sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal. Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang adalah karena tidak ada sikap ridha menerima yang menjadi haknya, akibatnya ia masih saja mengambil hak orang lain dan administrasi serta penguatan hukum atas penyimpangan yang dilakukannya bisa diatur, karenanya Allah SWT mengingatkan kita semua dalam firman-Nya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan nerbuat)dosa, padahal kamu mengetahui. (QS Al Baqarah [2]:188)
Wallahu a’lam

Jumat, 21 September 2012

PERAN THORIQOH DALAM MEMBERSIHKAN HATI


Oleh: Abdul Wasi, M.Pd.I
(Kepala Sekolah TPA/ TPQ  At-Taqwa Kota Cirebon)

Bila kita mau melihat lebih jauh tentang filosofis atau makna “ Al Mudghoh”  yang di sebutkan pada bahasan sebelumnya,   Hati sering digunakan dengan maksud makna jiwa, dan hati yang bermakna liver. Untuk menggambarkan betapa pentingnya menjaga hati yang bermakna jiwa manusia saya akan menguraikan  mudhgoh atau hati dalam hadis tersebut dengan makna  liver. Ini  analog saja untuk memudahkan pemahaman pada tujuan dari pembahasan kita ini.
            Mudghoh  atau  hati  letaknya di dalam tubuh manusia. Tubuh manusia membutuhkan perhatian yang serius. Perlu kita ketahui bahwa penyakit-penyakit manusia bersumberkan dari hati. baik dan tidaknya metabolisme tubuh seseorang tergantung pada baik dan tidaknya darah darah orang tersebut. Dan  darah itu akan menjadi baik dan tidak tergantung dua hal sebagai berikut :
 Yang Pertama  adalah  Apa yang dimakan dan yang dan bagaimana cara memperoleh makanan itu. Apa yang dimakan adalah harus sehat  seperti  buah-buahan, sayur-sayuran, daging-dagingan yang memperkuat stamina.  Kemudian darimana yang kita makan atau bagaimana cara mendapatkan makanan itu. Yang jelas makanannya harus halal, halal disini sudah mencakup pengertian makanan itu diperoleh dengan cara yang benar.
Yang Kedua adalah Darah itu baik dan tidaknya adalah bersumber dari pencernaan. Pencernaan yang berfungsi dengan baik akan membuat darah baik dan begitu juga sebaliknya.  jika pencernaannya tidak berfungsi dengan baik maka darah yang dihasilkannya juga tidak akan baik.
Upaya untuk membantu memperbaiki pencernaan biasa  kita lakukan paling tidak satu tahun sekali; yaitu puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan diantara manfaatnya adalah membersihkan semua organ-organ manusia. Panasnya pencernaan  orang-orang yang berpuasa akan membakar hal-hal yang negativ  dalam pencernaan seperti bachsil dan bakteri. Dan lain sebagainya. Dengan demikian pencernaan dapat kita analogikan seperti bejana yang kita gunakan untuk memasak  segala sesuatu.
Kita bayangkan seandainya bejana itu tidak pernah dicuci. Setalah kita gunakan untuk memasak  ikan laut, kita gunakan untuk memasak telur, terus demikian silih beganti sehingga menimbulkan kerak pada bejana itu. Demikian pula pencernaan, kerak-kerak, imbas daripada yang kita makan lambat atau cepat mempengaruhi proses kerja perncernaan atas makanan yang kita konsumsi.
Sangat jelas sekali bahwa pencernaan tidak bisa bekerja sendiri. Hasil proses pencernaan dilimpahkan ke ginjal, pancreas sampai pada liver. Dari kerja sama yang kompak menghasilkan beberapa hal, diantaranya darah putih, darah merah, sperma, keringat, air kencing dan kotoran.
Dari hasil kerja sama yang baik antara organ tubuh manusia tersebut akan menghasilkan lima hal di atas yang baik pula. Bila akibat proses kerja pencernaan yang kurang baik sehingga terjadi darah kotor dalam tubuh manusia, maka sangat diperlukan sekali pembersih. Yang pertama untuk membersihkan pencernaan yang menjadi sumber pengelola makanan dalam tubuh. Dan yang Kedua  membersihkan apa yang telah di olah.
Tugas liver adalah menjatah atau menyalurkan darah ke jantung dan ke otak kecil. Apakah tidak mungkin apabila darah atau kotoran akan mempengaruhi fisik otak manusia serta sarafnya. Sehingga kurang mampu untuk berfikir baik, membuka wawasan, dan pandangan yang jauh.
Dengan hasil darah yang baik, sehat, akan sangat membantu dalam kecerdasan; dari kecerdasan hati sampai kecrdasan akal. Sehingga menumbuhkan pola fikir dan  wawasan serta pandangan yan jernih. Bisa memilah mana yang menguntungkan dalam dunia dan akhiratnya. Dan mana yang merugikan dalam kedua hal tersebut.
Secara fisik saja sangat memerlukan kesehatan dan kebersihan. Hati adalah bagian tubuh manusia yang sangat  berperan dalam memberikan atau dalam mensuport pola fikir, wawasan dan pandangan manusia, karena hati adalah tempatnya iman dan tempatnya nafsu. Lalu apa yang terjadi jika kita tidak mempunyai alat untuk membersihkannya.
Kita harus memberikan makanan hati serta pembersihnya seperti ilmu ma’rifat dan lain sebagainya, yang terkait dengan keimanan serta pertumbuhannya. Paling tidak kita bisa memilih mana yang di dorong oleh imannya dan mana yang didorong oleh nafsunya. Seperti masalah pencernaan diatas bukan sesuatu hal yang mustahil bilamana kita mendiamkan kotoran-kotoran hati maka akan mempengaruhi pola fikir yang pada dasarnya akan merugikan diri sendiri.