Minggu, 27 Januari 2013
Sabtu, 19 Januari 2013
IBLIS LEBIH BERIMAN DARI PADA MANUSIA
Oleh: Ibnu Malik, S.Pd.I.
Sebelum membahas keimanan antara manusia dan iblis, mari kita kaji dahulu tentang definisi iman dan yakin. Dua kata ini seperti pedasnya cabai dan pedasnya lada. Ada juga seperti orang inggris yang bilang bahwa cabai itu hot begitu juga dengan lada yang berrasa hot. Padahal keduanya mempunyai rasa pedas yang berbeda.
Secara etimologi, iman berasal dari bahasa Arab yaitu اٰمَنَ - يُؤْمِنُ – اِيْمَانً yang secara singkatnya berarti percaya. Kemudian yakin dalam kamus Bahasa Indonesia berarti percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi): hakim -- akan kesalahan terdakwa itu; ia berkata dng -- nya, berkata dng pasti. Sumber: http://kamusbahasaindonesia.org/yakin#ixzz2Gc0ctdF5.
Makna kata iman dan yakin seperti tidak ada perbedaan. Namun pada aslinya, ada perbedaan yang sangat tipis tetapi fatal. Sebagai analogi, jika kita percaya bahwa di Arab Saudi ada Kabah, sedangkan kita belum pernah melihat secara langsung maka inilah yang dinamakan iman. Sedangkan jika kita pernah berangkat ke Mekkah dan melihat Kabah, kemudian kita percaya tentang adanya Kabah maka inilah yang dinamakan yakin. Kedudukannya pun otomatis berbeda. Antara iman dan yakin tentunya lebih kuat yakin karena telah melihat dan membuktikan sendiri objeknya.
Seperti halnya dengan yang terjadi pada syetan atau iblis. Mereka semua adalah makhluk Allah SWT., yang sudah terbiasa berdialog dengan Allah SWT. Sangat berbeda dengan manusia yang baru mengenal Allah dari ayat-ayat baik kauniyah maupun qauliyah saja. Manusia belum pernah bertemu maupun berbicara dengan Allah SWT., kecuali Nabi-nabi tertentu seperti Musa as. Maka derajat manusia dalam hal ini termasuk beriman.
Hal ini pula yang membuat manusia menjadi istimewa. Ini dikarenakan jika keimanan seseorang tinggi, maka nilai keimanan tersebut lebih tinggi dari pada keyakinan. Dalam kondisi belum menemui Allah SWT, manusia sudah mampu percaya bahwa Allah itu ada apa lagi jika mencapai derajat yakin. Subhanallah.
Jika syetan atau iblis melakukan kesalahan, maka akan dihukumi kafir dan dimasukkan ke dalam neraka oleh Allah SWT. Berbeda dengan manusia yang jika melakukan pelanggaran atau, mereka akan dihukumi dosa kemudian diberi kesempatan untuk bertaubat.
Ketika iblis sebelum mendapatkan murka Allah SWT., mereka adalah makhluk yang paling taat dan rajin beribadah kepada Alllah. Bahkan sujudnya saja sampai ribuan tahun. Namun karena suatu ketika Allah mengujinya untuk bersujud kepada Adam as., kemudian mereka Menolak dengan alasan mereka merasa lebih mulia dari pada manusia. Sikap inilah yang menjadi penyebab iblis mendapat murka Allah SWT. Sikap seperti ini dinamakan dengan dengki.
Dengki

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasululloh saw., bersabda:
“Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (HR Ibnu Asakir).
Begitu bahayanya sikap dengki ini, sehingga menuntun Qobil (anak Adam as.,) untuk membunuh Habil (saudara kandungnya). Dalam kitab Duratun al naashihiin diceritakan bahwa Qobil adalah orang yang akan menjadi pemimpin orang-orang dengki ketika di dunia, untuk masuk ke dalam neraka di akhirat nanti.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dengki berarti, deng.ki [a] menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) krn iri yg amat sangat kpd keberuntungan orang lain: perkataan itu timbul krn -- saja; mengapa engkau -- thd sahabatmu itu. Sumber: http://kamusbahasaindonesia.org/dengki/mirip.
Dengki adalah penyakit hati yang ada pada diri manusia. Yaitu tidak senang jika orang lain mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Bahkan sampai berusaha untuk menghilangkan nikmat itu. Dengki dapat membuat manusia lupa bahkan tidak sadar akan perbuatannya. Dengki dapat membuat seseorang menyakiti orang lain, teman, bahkan saudaranya sendiri. sungguh penyakit yang sangat berbahaya. Yaa Allah, jauhkanlah kami dari dengki dan segala penyakit hati. Wallahu alam.
Selasa, 15 Januari 2013
MENTELUSURI KEBERHASILAN PERJUANGAN NABI MUHAMMAD saw.
Oleh : H. JAELANI SAID, M.Ag
Wakil ketua I DKM Raya At-Taqwa Kota Cirebon
Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang
melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w. telah banyak dikemukakan
oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis yang cukup kuat
untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat spesifik yang menjadi
penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w.. Instrumen dan lingkungan
sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk melahirkan perubahan. Tetapi, bila
kita cermati faktor subjektifnya, maka kita akan menemukan variabel pengikatnya
yang cukup dapat diperhitungkan untuk menciptakan perubahan signifikan. Yang
paling utama adalah syakhshiyyah (kepribadian) beliau sebagai da’i.
Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh
Allah sebagai “uswah hasanah”Menyangkut
firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah s.aw.) merupakan uswah
hasanah, dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau menjadi “qudwah
shâlihah fî kulli al-umûr “ (teladan terbaik dalam semua aspek).
Sementara ‘Aisyah r a‘ ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah.s.aw,
beliau menjawabnya dengan ringkas: “khuluquhu al-Qurân” Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Rasulullah saw
berlangsung bukan tanpa hambatan. Ia menghadapi hambatan fisik maupun mental.
Ia diejek, dicemooh, dihina dan disakiti. Pada malam berhijrah dari Mekkah ke
Yatsrib, rumahnya dikepung oleh orang-orang beringas. Namun hambatan-hambatan
itu tidak membuatnya putus asa dan gagal dalam melaksanakan tugas.
Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia
bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka
dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk
mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi
anaknya baik anak itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus
menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua.
Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling
menghormati, menghargai, dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang
damai, aman, tenteram dan sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat
Makkah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan
mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada
Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw
Selain muqodimah
diatas maka dibawah ini akan
dijelaskan tentang kebenaran apa yang telah
diperjuangkannya beliau dan bantuan
serius dari kalangan sahabat –sahabat dan para pengikutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan keberhasilan
da’wah Nabi Muhammad S.A.W. di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama ; Niatnya sangat ikhlas, jiwanya murni.
Nabi Muhammad
S.A.W. berjuang bukan untuk kepentingan
pribadinya, akan tetapi semata-mata hanya untuk menolong agama Allah SWT, karena
bila menolong agama Allah beliau
yakin bahwasannya Allah pun akan menolongnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah
yang artinya : ” Hai orang-orang yang beriman kalau kamu menolong
Allah, maka Allah akan menolongmu dan memantapkan langkahmu.” (Q.S.
Muhammad : 7)
Kedua : Nabi Muhammad saw., tidak senang hidup bersenang-senang, karena
berbagai penderitaan:
Jelaslah bahwa dalam kehidupan beliau adalah sebagai berikut:
1)Tidak
sempat bermanja-manja, bahkan tidak suka dimanjakan.
2)Ketika
hidup dalam asuhan pamannya ia memilih sebagai anak gembala, karena lebih senang menerima upah daripada hidup
menggantungkan ke orang lain.
Sebagaimana sabda Nabi :
Artinya :
”Sebaik-baik usaha adalah usaha seorang laki-laki dengan tangannya
sendiri.”
Ketiga; Sangat
sopan santun dan sangat pemalu.
Pada usia remaja semua penduduk Mekah menyebutnya
Al-Amin (orang yang sangat dipercaya). Ia sangat dipercaya, menghormati orang
tua, mengasihi anak-anak dan pandai menghargai teman sebaya. Tetapi ia pun
sangat pemalu dalam berbuat dosa, sehingga beliau pernah bersabda : Artinya : ” Malu (berbuat dosa) adalah
sebagian daripada iman.”
Ingatlah ketika ia masih dalam usia anak-anak ia
diajak pamannya mengangkut batu bagi keperluan perbaikan ka’bah, sekali waktu
ketia ia mengangkat batu, karena kesenggol sudut batu tersimbahlah kain
sarungnya sehingga kelihatan lututnya, mengalami kejadian seperti itu Muhammad
merasa sangat malu sehingga ia malarikan diri dan bersembunyi ke suatu tempat,
abu tholib datang melihat dan ia sangat heran ketika disaksikannya Muhammad
bermandi keringat, Kau sakit anakku ? tanya abu tholib kecemsan, aku malu
paman, aku malu sekali. Jawab Muhammad menegaskan, ia merasa sanga malu karena
lututnya kelihatan, padahal ditempat itu tidak seorang wanita pun ikut bekerja.
Keempat : Mencintai Hidup Sederhana
Pernah suatu saat Jibril menanyakan kepada Nabi Muhammad SAW ’” apakah engkau
ingin seperti Nabi Sulaiman, sehingga satu khafilah banyak unta yang membawa
anak kunci gudang intannya, atau hidup miskin seperti Nabi Ayub, sehingga yang
akan dimakan tidak ada, sebutir nasi pun tidak ada, kecuali tiga hari sekali,
sedangkan seluruh tubuhnya telah nyenyar karena penyakit kulit. Nabi Muhammad
S.A.W menjawab bahwa ia tidak ingin seperti Nabi Sulaiman dan tidak pula seperti
Nabi Ayub, ia lebih suka makan sehari dan lapar sehari, sehingga sewaktu
kenyang dapat bersyukur dan diwaktu lapar dapat berpuasa. akhirnya malaikat Jibril seraya mengangkat tangan dan berdoa kepada
Allah ” Yaa Allah jadikan kehidupan Muhamad dan keluarganya dalam keadaan
sederhana.”
KelimaTidak
Pendendam tetapi Pemberi Maaf
Nabi Muhammad SAW
terkenal memiliki sifat yang sangat mulia yaitu lapang hati (toleran)
bahkan kepada orang-orang yang memusuhinya dan menyakitinya. Alkisah
suatu ketika Nabi Muhammad pergi
ke Thoif (620 M) untuk menyampaikan da’wah Islam dan disambutnya oleh penduduk
Thoif itu dengan lemparan batu, sampai
ia bersungkur berlumuran darah, ketika kejadian ini diketahui oleh dua orang jin mereka mendekatinya dan berkata, wahai
Muhammad berdo’alah kepada Tuhan agar kami diberi kesempatan untuk membalikkan
negeri durhaka ini dengan izin Allah, tetapi Muhammad tidak mau mengucapkan
do’a demikian, bahkan beliau berdoa :
Artinya
: ” Wahai Tuhanku tunjukilah kaumku, karena mereka
sesungguhnya belum mengerti.”
Pernyataan Nabi Muhammad tersebut sesuai dengan
Firman Allah dalam surat Ali Imron ayat
134 : والعافين عن
الناس Artinya : ” dan
orang-orang yang selalu memberi ma’af kepada manusia.”
KeEnamTidak pernah melupakan jasa orang
lain.
Beliau tidak pernah melupakan jasa orang lain sekecil
apapun yang diterima, baik moril maupun materil, tak pernah dilupakannya selama
hayat, sehingga beliau pernah bersabda :
من يشكر النا س لم يشكر الله Artinya :” Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka
ia berarti tidak bersyukur kepada Allah.”
Sebaliknya ia sendiri tidak pernah mengingat-ingat
kembali sesuatu yang telah diberikan kepada siapapun, bagaimana besarpun apa
yang telah diberikannya, ia memberi tanpa pamrih dan jika ia menerima ia
bersyukur kepada Allah S.W.T. dan berhasrat untuk mengembalikan dengan
pemberian yang lebih baik dan lebih benar.
Karena jiwanya murni dan niatnya sangat ikhlas,
maka ia tidak pernah diliputi waswas, karena tidak suka bersenang-senang maka
ia mudah memahami kesulitan orang lain, karena senantiasa sopan santun, maka
sahabatnya senantiasa bertambah dekat dan musuh-musuhnya tidak ada alasan untuk
menjatuhkan, karena gemar hidup sederhana maka ia tidak memerlukan biaya yang
banyak dan kehidupannya menjadi ringan, karena bukan pendendam, maka ia bisa
menerima musuh sebagai sahabat yang baik, dan karena tidak melupakan jasa orang
lain, maka ia tidak pernah membanggakan diri.
Disamping sifat-sifat diatas, ia tidak pernah
berdusta (Sidiq) pandai menyampaikan apa yang perlu disampaikan (Tabligh)
cerdas menanggapi semua persoalan (Fathonah) dan ia dapat dipercaya (Amanah).
Mudah-mudahan menjadi inspirasi dalam berjuang
menghadapi segala macam percobaan di dunia., Amin Ya Robbal aalamin.
Jumat, 11 Januari 2013
Minggu, 30 Desember 2012
SEGERA TERBIT BUKU KUMPULAN BULETIN
"GEMA AT-TAQWA"
TAHUN 2012
BISA DIDAPATKAN DI SEKRETARIAT
DKM RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON
Penilisan artikel pada buletin Gema At-Taqwa adalah up to date setiap jumat. Artikel yang dimuat adalah artikel-artikel terpilih dari para penulis yang telah mengirimkan tulisannya. Semoga dapat menyumbang saran dan pikiran bagi pengembangan ide dan gagasan untuk peradaban.
Rabu, 26 Desember 2012
SOLUSI ISLAM DALAM MENJAWAB PROBLEM KEMISKINAN
Oleh : Dr. H. Agus Alwafier,.
By,. MM
“Almuslimul qowiyyu khaerun minal muslimiddhoif”
“Muslim yang kuat itu lebih
baik dari pada muslim yang lemah”
Negeri kita ini kaya dengan sumber daya alam,
tetapi rakyatnya banyak yang miskin. Sekalipun dalam statistik yang di
keluarkan BPS tercatat bahwa kemiskinan
di negeri kita menurun dengan kriteria yang berubah-rubah tahun 2012 sebesar 13
% tetapi pada kenyataannya dilapangan justru semakin banyak diperkirakan tahun
2013 justru menjadi 20 %. ini sesuatu yang ironis dan paradoks. Seperti yang
sering dikatakan Cak Nur (Prof. Dr.
Nurcholis Majid) bahwa memang di negri kita ini banyak hal yang paradoks,
pertama dikatakan bahwa negeri kita itu kaya tetapi masyarakatnya miskin dan kedua jumlah
penduduknya sangat basar tetapi kualits SDM rendah.
Sejalan dengan pendapat
Prof Ali Yafie yang cukup poluler
bahwa kondisi masyarakat Muslim Indonesia “
katsir fil ‘adat wa qolil fil ‘udah” (banyak secara kualntitas, tetapi
sedikir secara kualitas). Dan ketiga bahwa masyarakat dan yang terkenal sangat
religieus dan mengagungkan nilia-nilai spiritual tetapi pada kenyataannya
pelanggaran moral KKN terjadi dimana-mana. Kondisi ini terus terjadi bahkan
semakin merajalela terutama dilembaga birokrasi baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif dan lemba BUMN. Dan kini
ditambah lagi terjadinya krisis finansial global yang juga berdampak
terhadap lebih susahnya perekeonomian negeri kita tentunya kemiskinan semakin
parah dan ini lebih dari 95 prosennya adalah umat Islam. Pada hal Islam tidak memuji kemiskinan sebagai
kondisi terbaik. Ketaqwaan seseorang tidakl mensyaratkan kemiskinan sebagai
jalan hidup bertapaan (taqasyuf) seperti yang dikenal agama lain. Tetapi justru
Islam menghendaki agar ummatnya berkecukupan secara ekonomi sehingga mampu
melaksanakan rukun islam secara sempurna. Allah Swt telah menganugerahkan
kepada Nabi Muhammad Saw bahwa beliau dahulunya adalah orang miskin, lalu dia
dijadikan Allah Swt. kaya dan berkecukupan. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Ad-dluha ayat 8 “ Dan Dia (Allah)
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kehidupan yang
berkecukupan”. Dalam alqur’an bahwa harta (al Mal) dipandang
sebagai lambang kehidupan (al-Kahfi, 46) bahkan sebagai sesuatu yang baik atau
al Khair ( al-‘Adiyat, 8) dan keutamaan atau fadhl ( al-Jum’ah, 10) dll. Hal itu dapat menjadi dasar bahwa harta dan kekayaan itu tak boleh dibenci dan hasrat
untuk memiliknya tak boleh dimatikan,
hanya saja perlu dijinakkan melalui ajaran qona’ah dan sodaqoh yang akan
menudukung kepekaan dan kepedulian sesial demi kesejahteraan umat dan
bangsa. Memang harta dan kekayaan itu
tidak menjadi ukuran dan penentu kemuliaan, tetapi penentunya adalah iman dan
taqwa ( al-Hujurat, 13) “inna akromakum
‘inda Allahi atqokum” (sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah
hanyalah mereka yang beriman dan bertaqwa).
Namun seperti yang disebut oleh Nabi bahwa “Sebaik-baik harta adalah
harta yang dipelihara oleh orang yang taqwa”. Dalam persepektif ini orang kaya
yang penuh syukur (al-ghaniyyu was syukru)
itu akan lebih baik dan lebih produktif ketimbang orang fakir yang penyabar (al- fakir was shobri).
Langkah
strategis (siasat) pengentasan kemiskinan
1. Pengembangan Sumber Daya Umat
Pengembangan Sumber Daya Umat adalah sebuah pilihan strategis, dimana
proses pembangunan harus seimbang,
dinamis dan berkesinambungan, tentunya harus dilakukan oleh SDM yang
berkualitas. Setiap kita dituntut harus
berupaya mengembangkan diri agar dapat eksis dan survive. Dalam hal ini Mechael J Mazzar menyebut abad
globalisasi ini sebagai “the age of
empowerment” yang menuntut kita untuk terus membangun tidak saja untuk
keberdayaan tetapi sekaligus keberjayaan dalam percaturan era yang semakin
kompetitif. Setiap individu maupun organisasi dituntut menciptakan
keunggulan-keunggulan, tidak saja keunggulan komparatif ( comparative
advantage), tetapi juga lebih penting lagi adalah keunggulan kompetitif atau
daya saing ( competitive advantage) tentunya pada saat ini siapa yang mampu
menciptakan keunggulan dan daya saing tinggi, maka ia akan keluar sebagai
pemenang dalam percaturan global.
Dalam Islam kita diperintahkan untuk mampu barsaing dan mambangun kehidupan
ini dengan baik bahkan terbaik. Karena kita adalah mahluk Allah terbaik (ahsani taqwim) bahkan diperintahkan bekerja dengan kualitas terbaik (ahsanu ‘amala) hal ini dikemukakan oleh
Allah dalamat kalimat superlatif yang
mengandung semangat kompetisi. Pembangunan SDM wajib diupayakan untuk mencapai
khaeru ummat (umah terbaik), disebut dalam Surat Ali Imron ayat 110 “ Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, manyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta
beriman kepada Allah SWT.”
Menurut Sayyid Qutub bahwa yang
dimaksud umat terbaik adalah umat yang benar dari segi aqidah dan ibadah serta
kuat dari segi ekonomi dan politik, sehingga mereka mampu memegang kendali
kepemimpinan dunia ( al-qiyadah
al-basyariyah) seperti dibuktikan oleh Rasulullah Saw dan kaum muslimin
pada awal periode Islam. Dan bahwa
kunci kekuatan khaeru ummah itu terletak
pada kemampuan melakukan tiga hal yakni amar ma’ruf, nahi munkar dan iman. Ketiganya difahami Sayyid Qutub sebagai ciri
atau karakteristik dasar komunitas Islam.
Amar ma’ruf dapat difahami sebagai humanisasi yaitu program pemberdayaan ( empowerment) dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Nahi munkar
difahami sebagai liberasi yaitu
ihtiar untuk membebaskan umat dari kedzaliman dan berbagai pelanggran
moral. Sedangkan Iman bermakna transendensi yaitu seruan agar manusia
tidak melupakan komitmen dan perjanjian primordialnya dengan Allah swt. Pada
humanisasi terkandung penguatan intelektual sedangkan pada liberasi terkandung
penguatan moral sementara pada trnsendensial terkadung penguatan
spiritual. Inilah ketiga hal yang akan
membangun kekuatan umat yakni kekutan intelektual, moral dan spiritual. Dan
dengan ini pula manusia, baik sebagai individu maupun sebagai umat akan
bertahan hidup (survive) dalam maju, sejahtera dan berperadaban
2. Mempekuat Iman dan Taqwa
Pembangunan sosial ekonomi itu terkait dengan pengembangan nilai-nilai iman
dan taqwa dalam perspektif ini difahami bahwa tanpa kekuatan iman dan taqwa
maka persoalan sosial, termasuk persoalan kemiskinan akan tidak mungkin bisa
terpecahkan secara utuh. Iman adalah
pangkal dari segala kebaikan agama. Terminologi iman memiliki akar kata sama
dengan al Amn (rasa aman) dan al Amanah (dapat dipercaya). Jadi iman mengandung
makna sikap mempercayai Allah atau menaruh kepercayaan kepada Allah dengan
sikap batin yang kuat tanpa keraguan sedikitpun sehingga timbul rasa aman,
tentram dan berserah diri (tawakkal) serta kembali ke jalanNya (raja’a atau
anaba). Karena menaruh keparcayaan
kepada Allah maka tentu harus berprasangka baik, khusnudzan (positive thingking) kepada Allah dengan
sikap optimistik (penuh harap) terhadap rahmat, ampunan dan ridloNya.
Rasyid Ridlo memahami iman sebagai sikap mempercayai
Allah yang sangat kuat disertai ketundukan jiwa atau kepatuhan secara total
kepadaNya. Kepatuhan kepada Allah dengan menerima dan menjalankan semua ajaran
yang dibawa Rasulullah saw merupakan
syarat mutlak iman. Karena itu tidak
dinamakan iman apabila tidak disertai tindakan atau perbuatan yang menjadi
kelanjutan logisnya. Menurutnya bahwa orang yang tidak melakukan amal lantaran
bodoh atau tidak mengerti (jahil) maka ia fasik. Sementara orang yang tidak
melakukan kawajiban agama karena menentang kepada Allah maka ia kafir.
Keimanan itu menuntut untuk islam yaitu sikap tunduk dan patuh kepada Allah
SWT. dalam hal ini menurut Mahmud Syaltut harus diupayakan
melalui lima hal : pertama ketundukan
secara mutlak kepada Allah swt. (Adzdzariyah
56.). Kedua sosial dengan membangun hubungan dan kerjasama yang baik
dalam kebajikan dan taqwa (al Maidah 2).
Ketiga akhlakul karimah dengan
menjaga kesucian diri dan keluhuran budi pekerti (as-syams 7-10). Keempat
dakwah dengan mengajak mnusia ke jalan Allah melalui tausyiyah dan amar ma’ruf
nahi munkar (ali Imron 104). Kelima ikhlas dengan mengorientasikan semua
aktifitas demi dan untuk Allah swt. semata.
Iman dalam wujud seperti ini akan membebaskan manusia dari kehampaan
spiritual seperti banyak dialami oleh masyarakat, maka dengan iman dan amal
sholeh akan merasakan hidupnya penuh makna dan penuh berkah bahkan penuh
kebahagiaan dan kedamaian lantaran ia merasa dekat dengan Allah Swt. atau
merasa berada di orbitnya. Perasaan
dekat ini akan mempertinggi keyakinan untuk mendapatkan berkah, rizki dan
rahmat dari Allah swr. Seperti
digambarkan dalam surat al ‘Arof 96 : “Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan
bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka karena
perbuatannya”.
Merujuk kepada ayat ini dimana keberkahan itu timbul dan melimpah manakala
pengelolaan terhadap sumber-sumber kekayaan alam itu dilakukan dengan prinsip
iman dan taqwa. Iman dalam arti tauhid
berarti membebaskan manusia dari keterkungkungan hawan nafsu dan ketundukan
kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah dan orang seperti ini layak menjadi
khalifah dimuka bumi. Sedangkan taqwa
berarti sikap hati-hati waspada dan penuh perhitungan. Dengan prinsip taqwa berarti seorang akan
bertindak jujur, disiplin dan teliti serta terhindar dari tindakan yang
bersifat ceroboh dan sewenang-wenang. Taqwa juga memgandung makna adil,
tanggung jawab. Dan sikap ini jelas akan membuat seorang lebih produktif baik
bagi kesejahteraan dirinya maupun kesejahteraan orang lain atau umat.
3. Membangun moral dan akhlak
Krisis ekonomi dan kemiskinan yang melanda bangsa ini juga disebabkan
karena kebangkrutan moral dan sosial masyarakat. Dalam perspektif ini salah
satu solusinya yakni melalui perbaikan moral dan akhlak bangsa. Ini menjadi urgen karena adanya perkembangan modernisasi
dalam era globalisasi yang meinmbulkan banyak ekses dan terjadi perubahan nilai
ditengah masyarakat dan juga banyaknya prilaku menyimpang dan pelanggaran moral
yang menyebabkan bangsa ini kian terpuruk.
Seperti kita maklum bahwa misi Rosulullah saw adalah membangun kualitas
moral (ahlakul karimah). Ini
mengandung makna bahwa akhlak merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam
islam. Akhlak dapat dikatakan sebagai inti dari agama. Seseorang tidak dapat dikatakan beragama bila
tidak berahlak dan agama harus melahirkan keluhuran budi dan akhlakul karimah
sehingga mendatangkan kebaikan dan berpengaruh secara moral dan sosial dalam
kehidupan. Dalam pengembangan akklak
diperlukan idealisme tinggi. Idealisme adalah komitmen kita untuk selalu berpihak
kepada yang baik. Kita sadar bahwa dalam
filsafat kehidupan dimana kita selalu diliputi oleh konplik antara kebaikan dan
keburukan, ini adalah inti dari
kehidupan sehingga dalam konflik ini kita harus berpihak kepada kebaikan
dan inilah idealisme. Dalam pengembangan akhak ini diperlukan
langkah-langkah yaitu : pertama memahami nilai baik dan buruk, kedua
menciptakan lingkungan kondusif dirumah,
di sekolah, di lingkungan masyarakat, di kalangan pemerintah dsb.nya., ketiga
keteladanan para tokoh sebagai desain yang sempurna atau master plan.
Keteladanan pemimpin sangat penting ditengah masyarakat kita yang masih
paternalistik yaitu bangsa yang mudah mengikuti tindak tanduk para pemimpinnya,
karenanya pengembangan akhlak menemui kesulitan apabila para pemimpin dan tokoh
masyarakat yang seharusnya menjadi teladan justru nyaris edan, mereka tanpa rasa malu melakukan tindakan-tindakan
yang tidak terpuji yang merugikan umat dan
bangsa.
4. Membangun budaya etos kerja yang kuat
Para ilmuan seperti Max Weber dan
Robert N Billah mengatakan bahwa terdapat
hubungan korelasi yang positif antara agama dengan kemajuan ekonomi dan
produktifitas kerja. Dalam sejarah kita bisa melihat misalnya pada masa
kejayaan Islam di Jawa, pada saat itu
para pengusaha dan pedagang yang maju dan sukses adalah kaum muslimin yang
berlatar belakang santri yang berarti ada korelasi positif antara kesantrian
dan kemajuan ekonomi. Meskipun kemudian
tradisi dan kultur yang baik ini diporak porandakan oleh kolonial yang
mengajarkan fatalisme dan penolakan terhadap kemajuan dunia. Karenanya kita harus mengembangkan kultur dan
etos kerja yang relevant dengan tuntutan zaman.
Doktrin Islam tentang kerja (‘amal) sungguh sangat kondusif bagi
kemajuan masyarakat dimana setiap orang yang beriman lalu dituntut untuk
bekerja keras (beramal sholeh), bahkan dalam sabda Rasulullah Saw. “Iman bukanlah angan-angan tetapi sebuah
komitmen dalam hati yang menuntut pembuktian kerja atau amal”. Jadi bekerja dalam Islam adalah ibadah dan
panggilan Allah Swt. (calling from within),
tugas suci dan mulia yang wajib ditunaikan. Sebagai panggilan Tuhan, kerja dan
amal harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan dengan disiplin tinggi dan
dengan niat atau motivasi yang tinggi.
Bahkan di era global dimana merupakan cirinya yang dominan adalah
persaingan (kompetitif), maka jika kita tidak mampu bersaing akan tertinggal
dan ini merupakan sunnatullah yang tidak bisa ditawar. Islam mengajarkan kita untuk “berlomba dalam kebaikan” (fastabiqul
khaerat). Maka untuk menjadi
pemenang dalam perlombaan itu diperlukan mentalitas dan kesiapan yang matang
untuk berlomba dan berkompetisi, bekerja keras yang berorientasi pada kualitas
kerja dan kualitas karya. Dan kompetisi itu harus dalam hal kebaikan dan
kemasalahatan umat (fidunya hasanah wafil
akhiroti hasanah) dan juga harus ihsan (bekerja optimal dan sebaik mungkin)
baik in put, proses dan out putnya.
Usaha pengentasan kemiskinan yang melanda dahsyat negeri kita ini adalah
menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai Umat Islam sebagai perwujudan dari
ibadah dan pengabdian kepada Akllah Swt. setidaknya setiap kita ambil bagian
melalui tiga M yakni merasakan
penderitaan orang miskin, memikirkannya dan mengambil solusi pemecahannya juga
mendorong orang lain untuk ikut serta membantu fakir dan miskin. Dan secara
ektrim dapat dikatakan bahwa apabila
kita tidak mau terlibat dalam usaha mengatasi kemiskinan, maka kita tidak layak lagi disebut
sebagai kaum beriman tetapi
disebutnya sebagai pendusta agama ( al Ma’un).
Wallahu ‘alam bishshowab.
x
Kamis, 20 Desember 2012
JANGAN MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU
Oleh
: Kapten Arh. Edy Purwiyono
Koordinator
Keamanan Masjid At-Taqwa Kota Cirebon
Muqodimah;
Persembahan puji dan syukur hanya milik Allah SWT, atas segala nikmat yang tiada henti-henti-Nya
diberikan kepada kita sili berganti, yang tanpa disadari sampai detik ini Allah
masih memberikan kepada kita kekuatan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai kholifah di muka bumi ini, dan yang paling penting adalah kita semua
senantiasa dalam keadaan sehat wal’ afiat tentunya sehat iman dan islam. Amin.
Allah swt menciptakan manusia sebagai
mahluk yang sempurna. Bukan sekedar bentuknya yang indah (ahsanuttaqwiim)
tetapi juga dipercaya untuk memimpin jagad raya (kholifahfilardhi) yang
telah diciptakan. namun problematika dalam kehidupan adalah kita seringkali memperturuti hawa nafsu yang mengakibatan
kecenderungan terhadap pemuasan hawa nafsu jauh lebih mahal ketimbang
kenikmatan yang didapat darinya. sehingga Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan
dapat merusak potensi diri seseorang.
Sebenarnya
setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu
dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. potensi yang dimaksud di sini
adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman,keamanan,
kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu
yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan
(dalam realita kehidupan).
Imam Al-Ghozali dalam kitab:“Minhajul
Abidin“ Menjelaskan bahwa untuk hidup istiqomah berada dalam jalan yang
benar Ridha Allah swt merupakan jalan
yang amat sulit, penuh liku-liku, banyak halangan dan rintangan yang harus
dilalui, banyak musuh, serta ditambah lagi dengan kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk lemah, sementara zaman sulit, urusan agama mundur, kesempatan
ruang manusia hanya disibukkan dengan urusan dunia, dan umur relative pendek.
Sedangkan malaikat roqib dan atid, munkar dan nakir sangat teliti, kematian
semakin dekat, perjalanan yang harus ditempuh menuju syurga sangat panjang,
maka satu-satunya bekal adalah Taat kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah
memperturutkan hawa nafsu.
Fakta menunjukan bahwa semakin banyak
manusia meninggalakan sholat dan memperturutkan hawa nafsu sesuai fiirman Allah
: “maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui
kesesatan, (Q.S Maryam 59 )
Dengan diperturutkannya hawa nafsu maka
terjadilah kerusakan dan kehancuran dimana-mana, alam menjadi rusak karena keserakahan
manusia. Sesungguhnya Allah swt menciptakan dunia beserta isinya pasti cukup
untuk semua penghuninya. tidak ada orang yang sengsara, namun karena keserakahan
manusialah banyak yang hidup dibawah kemiskinan, bahkan kelaparan dan
kesengsaraan.
Manusia yang memperturutkan hawa
nafsunya lebih ganas dibanding binatang buas dan binatang ternak. Binatang buas
dihutan hanya memakan kelinci dan menjangan, sedangkan manusia menghabiskan
hutannya. Memakan pohon-pohonnya dengan illegal loging sehingga terjadi longsor
dan banjir bandang. Binatang ternak hanya memakan rumput dan dedak, sedangkan
manusia memakan semen dan besi beton, sehingga banyak jembatan yang runtuh dan
sekolah yang roboh. hal ini Firman Allah; “ dan Sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S
Al-A’raf 179).
Oleh
karena itu waspadalah, Rasulullah saw sudah memperingatkan dalam sabdanya : “neraka
dipagari hal-hal yang disukai hawa nafsu, sedangkan surga dipagari hal-hal yang
tidak disukainya. berkaitan dengan sabda nabi diatas, maka seorang alim
merumuskannya dalam sebuah kata mutiara
“ Satu hari saja engkau mengumbar nafsu, niscaya hancurlah dirimu” Untuk
memahami jiwa dan tabiatnya lebih jauh, sebaiknya kita mengetahui kategorisasi
jiwa menurut Sigmund Freud seorang tokoh psikonalisis membagi jiwa
manusia menjadi: ( Id, Ego dan super Ego. ) dengan penjelasan
sebagai berikut:
- Id adalah merupakan naluri bawaan yang menurut kesenangan dan pemuasan kebutuhan dasar tanpa mengabaikan norma dan aturan.
- Ego adalah perasaan yang mengarahan untuk pemenuhun kesenangan dan kebutuhan yang disesuaikan dengan norma dan aturan masyarakat.
- Super ego adalah perasaan ambisi untuk pemenuhan kesenangan dan kebutuhan dengan memperhatikan peraihan prestasi dan kehormatan. Kemudian Al-Qur’an menjelaskan tentang jenis-jenis jiwa dalam tiga bagian antara lain:
- An-Nafsul Ammaroh dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q.S Yusuf: 53)
- An-Nafsul Lawwamah dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S Al-Qiyamah:2)
- An-Nafsul Muthmainah Hai jiwa yang tenang..Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S al-Fajr 27-30) Sasaran Nafsu disinyalir dalam Al-Qur’an. “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S ali imron 14).
Ayat
diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya
ajaran Islam tidak pernah melarang manusia untuk hal-hal tersebut, namun dalam
rangka mencapaian-nya kita harus sesuaikan dengan aturan-aturan yang digariskan
oleh Allah swt yaitu berusaha sekuat tenaga untuk penghambaan diri
kepada Nya dan berjihad dijalan-Nya seperti untuk memperbanyak hamba-hamba yang beriman,
harta yang dimiliki untuk berjihad, jabatan yang dimiliki untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar.
PENGENDALIAN
NAFSU
Nafsu
akan terkendali, manakala kita mendapat rahmat allah dengan cara merasa takut
kepada Allah, mentaati-Nya dan bertakwa kepada-Nya. Allah swt berfirman: “ Adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal-(nya).
(Q.S An-Naziat 40-41)
Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada allah dan rasulnya
agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka itulah orang-orang beruntung.”;
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah
dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.
"Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang
beruntung. dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut
kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang
mendapat kemenangan (Q.S an-nur 51-52).
sebagaiman
para ahli sufi merumuskannya dalam tiga tahapan Tazkiyatunnafsi:
- Takholly (mengosongkan diri dari segala macam dosa), takholly dilakukan dengan taubatan nasuha:
a. Berhenti
berbuat dosa
b. Menyesali
perbuatan dosa tersebut
c. Bertekad
tidak mengulanginya lagi
d. Mengembalikan
semua hak-hak Negara, hak-hak rakyat, dan hak-hak manusia lainnya
- Tahally (berhias diri dengan berbagai macam perbuatan fardhu dan sunnah), tahally dilakukan dengan mengerjakan semua yang fardhu ditambah dengan perbuatan sunnah:
a. Shalat
sunah, qiyamullail
b. Puasa
sunnah
c. Mendawamkan
punya wudhu
d. Infak
dan shodaqoh
e. Membaca
al-qur’an
f. Bersilaturahim
g. Berakhlak
mulia
- Tajally (serasa bedekatan dengan Allah) merupakan anugerah Allah bagi hamba-hamba-Nya yang telah melalui dua tahapan. sehingga meraih kebahagiaan yang tiada taranya pada status kekasih Allah yang popular disebut wahyullah. Semoga kita semuanya senantiasa terhindar dari godaan nafsu dan menjadi kekasih-kekasih Allah, Amin Ya Robbal aalamin,. Wawlahu allam bishowab.
Rabu, 19 Desember 2012
PELATIHAN PEMULIAAN MANUSIA
DKM RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON - LPM IAIN SYEKH NURJATI CIREBON - LAZISWA AT-TAQWA KOTA CIREBON
Selamat dan sukses atas terselenggaranya pelatihan pemuliaan manusia (jenazah) yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012 oleh LPM IAIN SNJ Cirebon bekerja sama dengan DKM Raya AT-Taqwa Kota Cirebon dan LAZISWA At-Taqwa. Acara yang dihadiri oleh lebih dari 100 peserta dari seluruh kelurahan di Kota Cirebon ini menjadi tambah meriah dengan hadirnya rektor IAIN SNJ Cirebon Bpk. Prof. Dr. H. Maksum, M.A., dan Walikota Cirebon Bpk. Subardi S.Pd. Bersamaan itu juga hadir Bpk. Ahmad Yani, M.Ag. Plt. Ketua Umum DKM Raya At-Taqwa dan Islamic Centre Cirebon.
Acara yang dimulai dari jam 8.00 WIB, dibuka langsung oleh Bpk. K.H. Syamsudin (Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM IAIN SNJ Cirebon). Setelah dibuka, acara dilanjutkan dengan 2 materi inti yang diisi oleh Bpk. K.H. Syamsudin dan Drs, H.M. Utsmani, M.H.I., dari Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Target dari kegiatan ini adalah terciptanya kader-kader handal pada pemuliaan jenazah di RT dan RW setiap kelurahan di Kota Cirebon, sekaligus menjalin kerja sama dan membuka jaringan untuk pemberdayaan Ambulan At-Taqwa.
Semoga acara yang telah terselenggara ini menjadi tonggak awal yang baik untuk mencapai At-Taqwa Care Unit yang sukses. Sukses sepanjang masa untuk umat. Melayani sepenuh hati meraih ridho Ilahi.
Langganan:
Postingan (Atom)