Selasa, 15 Januari 2013

MENTELUSURI KEBERHASILAN PERJUANGAN NABI MUHAMMAD saw.


Oleh : H. JAELANI SAID, M.Ag
Wakil ketua I DKM Raya At-Taqwa Kota Cirebon


Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w. telah banyak dikemukakan oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat spesifik yang menjadi penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w.. Instrumen dan lingkungan sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk melahirkan perubahan. Tetapi, bila kita cermati faktor subjektifnya, maka kita akan menemukan variabel pengikatnya yang cukup dapat diperhitungkan untuk menciptakan perubahan signifikan. Yang paling utama adalah syakhshiyyah (kepribadian) beliau sebagai da’i.

Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh Allah sebagai “uswah hasanah”Menyangkut firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah s.aw.) merupakan uswah hasanah, dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau menjadi “qudwah shâlihah fî kulli al-umûr “ (teladan terbaik dalam semua aspek). Sementara ‘Aisyah r a‘ ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah.s.aw, beliau menjawabnya dengan ringkas: “khuluquhu al-Qurân Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Rasulullah saw berlangsung bukan tanpa hambatan. Ia menghadapi hambatan fisik maupun mental. Ia diejek, dicemooh, dihina dan disakiti. Pada malam berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib, rumahnya dikepung oleh orang-orang beringas. Namun hambatan-hambatan itu tidak membuatnya putus asa dan gagal dalam melaksanakan tugas.

Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw
Selain  muqodimah  diatas  maka dibawah ini akan dijelaskan tentang  kebenaran apa yang telah diperjuangkannya beliau  dan bantuan serius dari kalangan sahabat –sahabat dan para pengikutnya, ada  beberapa hal yang menyebabkan keberhasilan da’wah Nabi Muhammad S.A.W. di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama ; Niatnya sangat ikhlas, jiwanya murni.
Nabi  Muhammad S.A.W.  berjuang bukan untuk kepentingan pribadinya,  akan tetapi semata-mata  hanya untuk menolong agama Allah SWT, karena bila menolong agama Allah  beliau yakin  bahwasannya  Allah pun akan  menolongnya.  Hal ini sesuai dengan firman Allah  yang artinya : ” Hai orang-orang yang beriman kalau kamu menolong Allah, maka Allah akan menolongmu dan memantapkan langkahmu.” (Q.S. Muhammad : 7)

Kedua : Nabi Muhammad saw., tidak senang hidup bersenang-senang, karena berbagai penderitaan:
Jelaslah bahwa dalam kehidupan beliau adalah  sebagai berikut:
1)Tidak sempat bermanja-manja, bahkan tidak suka dimanjakan.
2)Ketika hidup dalam asuhan pamannya ia memilih sebagai anak gembala, karena lebih  senang menerima upah daripada hidup menggantungkan ke orang lain.

Sebagaimana sabda Nabi Artinya : ”Sebaik-baik usaha adalah usaha seorang laki-laki dengan tangannya sendiri.”

Ketiga; Sangat sopan santun dan sangat pemalu.
Pada usia remaja semua penduduk Mekah menyebutnya Al-Amin (orang yang sangat dipercaya). Ia sangat dipercaya, menghormati orang tua, mengasihi anak-anak dan pandai menghargai teman sebaya. Tetapi ia pun sangat pemalu dalam berbuat dosa, sehingga beliau pernah bersabda : Artinya : ” Malu (berbuat dosa) adalah sebagian daripada iman.”

Ingatlah ketika ia masih dalam usia anak-anak ia diajak pamannya mengangkut batu bagi keperluan perbaikan ka’bah, sekali waktu ketia ia mengangkat batu, karena kesenggol sudut batu tersimbahlah kain sarungnya sehingga kelihatan lututnya, mengalami kejadian seperti itu Muhammad merasa sangat malu sehingga ia malarikan diri dan bersembunyi ke suatu tempat, abu tholib datang melihat dan ia sangat heran ketika disaksikannya Muhammad bermandi keringat, Kau sakit anakku ? tanya abu tholib kecemsan, aku malu paman, aku malu sekali. Jawab Muhammad menegaskan, ia merasa sanga malu karena lututnya kelihatan, padahal ditempat itu tidak seorang wanita pun ikut bekerja.

Keempat : Mencintai Hidup Sederhana
Pernah  suatu saat Jibril menanyakan  kepada Nabi Muhammad SAW ’” apakah engkau ingin seperti Nabi Sulaiman, sehingga satu khafilah banyak unta yang membawa anak kunci gudang intannya, atau hidup miskin seperti Nabi Ayub, sehingga yang akan dimakan tidak ada, sebutir nasi pun tidak ada, kecuali tiga hari sekali, sedangkan seluruh tubuhnya telah nyenyar karena penyakit kulit. Nabi Muhammad S.A.W menjawab bahwa ia tidak ingin seperti Nabi Sulaiman dan tidak pula seperti Nabi Ayub, ia lebih suka makan sehari dan lapar sehari, sehingga sewaktu kenyang dapat bersyukur dan diwaktu lapar dapat  berpuasa.  akhirnya malaikat Jibril  seraya mengangkat tangan dan berdoa kepada Allah ” Yaa Allah jadikan kehidupan Muhamad dan keluarganya dalam keadaan sederhana.”

KelimaTidak Pendendam  tetapi Pemberi Maaf
Nabi Muhammad SAW  terkenal memiliki sifat yang sangat mulia yaitu lapang hati (toleran) bahkan kepada orang-orang yang memusuhinya dan menyakitinya.  Alkisah  suatu ketika Nabi Muhammad  pergi ke Thoif (620 M) untuk menyampaikan da’wah Islam dan disambutnya oleh penduduk Thoif  itu dengan lemparan batu, sampai ia bersungkur berlumuran darah, ketika kejadian ini diketahui oleh dua orang  jin mereka mendekatinya dan berkata, wahai Muhammad berdo’alah kepada Tuhan agar kami diberi kesempatan untuk membalikkan negeri durhaka ini dengan izin Allah, tetapi Muhammad tidak mau mengucapkan do’a demikian, bahkan beliau berdoa :

Artinya : ” Wahai Tuhanku tunjukilah kaumku, karena mereka sesungguhnya belum mengerti.”

Pernyataan Nabi Muhammad tersebut sesuai dengan Firman Allah dalam surat  Ali Imron ayat 134 :    والعافين عن الناس Artinya : ” dan orang-orang yang selalu memberi ma’af kepada manusia.”

KeEnamTidak pernah melupakan jasa orang lain.
Beliau tidak pernah melupakan jasa orang lain sekecil apapun yang diterima, baik moril maupun materil, tak pernah dilupakannya selama hayat, sehingga beliau pernah bersabda :  من يشكر النا س لم يشكر الله    Artinya :” Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia berarti tidak bersyukur kepada Allah.”
Sebaliknya ia sendiri tidak pernah mengingat-ingat kembali sesuatu yang telah diberikan kepada siapapun, bagaimana besarpun apa yang telah diberikannya, ia memberi tanpa pamrih dan jika ia menerima ia bersyukur kepada Allah S.W.T. dan berhasrat untuk mengembalikan dengan pemberian yang lebih baik dan lebih benar.
Karena jiwanya murni dan niatnya sangat ikhlas, maka ia tidak pernah diliputi waswas, karena tidak suka bersenang-senang maka ia mudah memahami kesulitan orang lain, karena senantiasa sopan santun, maka sahabatnya senantiasa bertambah dekat dan musuh-musuhnya tidak ada alasan untuk menjatuhkan, karena gemar hidup sederhana maka ia tidak memerlukan biaya yang banyak dan kehidupannya menjadi ringan, karena bukan pendendam, maka ia bisa menerima musuh sebagai sahabat yang baik, dan karena tidak melupakan jasa orang lain, maka ia tidak pernah membanggakan diri.
Disamping sifat-sifat diatas, ia tidak pernah berdusta (Sidiq) pandai menyampaikan apa yang perlu disampaikan (Tabligh) cerdas menanggapi semua persoalan (Fathonah) dan ia dapat dipercaya (Amanah).
Mudah-mudahan menjadi inspirasi dalam berjuang menghadapi segala macam percobaan di dunia., Amin Ya Robbal aalamin.

Jumat, 11 Januari 2013

Rabu, 09 Januari 2013

Minggu, 30 Desember 2012

SEGERA TERBIT BUKU KUMPULAN BULETIN 

"GEMA AT-TAQWA"

TAHUN 2012

BISA DIDAPATKAN DI SEKRETARIAT 
DKM RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON





Buku ini berisi kumpulan artikel Buletin Gema At-Taqwa selama tahun 2012. Pada buku ini terkumpul berbagai macam tulisan dari beberapa tokoh, akademisi, kiyai, ustadz, dan penulis Cirebon. Ada sekitar 18 materi yang dapat kita baca dengan judul dan tema yang menarik. Cukup dengan harga Rp. 31.000,- para jamaah sudah bisa memiliki buku koleksi buletin Gema At-Taqwa selama tahun 2012.

Penilisan artikel pada buletin Gema At-Taqwa adalah up to date setiap jumat. Artikel yang dimuat adalah artikel-artikel terpilih dari para penulis yang telah mengirimkan tulisannya. Semoga dapat menyumbang saran dan pikiran bagi pengembangan ide dan gagasan untuk peradaban.

Rabu, 26 Desember 2012

SOLUSI ISLAM DALAM MENJAWAB PROBLEM KEMISKINAN


Oleh  : Dr. H. Agus Alwafier,. By,. MM 
Almuslimul qowiyyu khaerun minal muslimiddhoif
“Muslim yang kuat itu lebih baik dari pada muslim yang lemah”
Negeri kita ini kaya dengan sumber daya alam, tetapi rakyatnya banyak yang miskin. Sekalipun dalam statistik yang di keluarkan BPS tercatat  bahwa kemiskinan di negeri kita menurun dengan kriteria yang berubah-rubah tahun 2012 sebesar 13 % tetapi pada kenyataannya dilapangan justru semakin banyak diperkirakan tahun 2013 justru menjadi 20 %. ini sesuatu yang ironis dan paradoks. Seperti yang sering dikatakan Cak Nur (Prof. Dr. Nurcholis Majid) bahwa memang di negri kita ini banyak hal yang paradoks, pertama  dikatakan bahwa negeri kita itu kaya tetapi masyarakatnya miskin dan kedua jumlah penduduknya sangat basar tetapi kualits SDM rendahSejalan dengan pendapat Prof Ali Yafie yang cukup poluler bahwa kondisi masyarakat Muslim Indonesia “ katsir fil ‘adat wa qolil fil ‘udah” (banyak secara kualntitas, tetapi sedikir secara kualitas). Dan ketiga bahwa masyarakat dan yang terkenal sangat religieus dan mengagungkan nilia-nilai spiritual tetapi pada kenyataannya pelanggaran moral KKN terjadi dimana-mana. Kondisi ini terus terjadi bahkan semakin merajalela terutama dilembaga birokrasi baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif dan lemba BUMN. Dan kini  ditambah lagi terjadinya krisis finansial global yang juga berdampak terhadap lebih susahnya perekeonomian negeri kita tentunya kemiskinan semakin parah dan ini lebih dari 95 prosennya adalah umat Islam. Pada hal Islam tidak memuji kemiskinan sebagai kondisi terbaik. Ketaqwaan seseorang tidakl mensyaratkan kemiskinan sebagai jalan hidup bertapaan (taqasyuf) seperti yang dikenal agama lain. Tetapi justru Islam menghendaki agar ummatnya berkecukupan secara ekonomi sehingga mampu melaksanakan rukun islam secara sempurna. Allah Swt telah menganugerahkan kepada Nabi Muhammad Saw bahwa beliau dahulunya adalah orang miskin, lalu dia dijadikan Allah Swt. kaya dan berkecukupan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ad-dluha ayat 8  “ Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kehidupan yang berkecukupan”. Dalam alqur’an bahwa harta (al Mal) dipandang sebagai lambang kehidupan (al-Kahfi, 46) bahkan sebagai sesuatu yang baik atau al Khair ( al-‘Adiyat, 8) dan keutamaan atau fadhl ( al-Jum’ah, 10) dll.  Hal itu dapat menjadi dasar bahwa harta dan  kekayaan itu tak boleh dibenci dan hasrat untuk memiliknya tak boleh dimatikan,  hanya saja perlu dijinakkan melalui ajaran qona’ah dan sodaqoh yang akan menudukung kepekaan dan kepedulian sesial demi kesejahteraan umat dan bangsa.  Memang harta dan kekayaan itu tidak menjadi ukuran dan penentu kemuliaan, tetapi penentunya adalah iman dan taqwa ( al-Hujurat, 13) “inna akromakum ‘inda Allahi atqokum” (sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah hanyalah mereka yang beriman dan bertaqwa).  Namun seperti yang disebut oleh Nabi bahwa “Sebaik-baik harta adalah harta yang dipelihara oleh orang yang taqwa”. Dalam persepektif ini orang kaya yang penuh syukur (al-ghaniyyu was syukru) itu akan lebih baik dan lebih produktif ketimbang orang fakir yang penyabar (al- fakir was shobri). 
Langkah strategis (siasat) pengentasan kemiskinan
 
1. Pengembangan Sumber Daya Umat
 
Pengembangan Sumber Daya Umat adalah sebuah pilihan strategis, dimana proses pembangunan  harus seimbang, dinamis dan berkesinambungan, tentunya harus dilakukan oleh SDM yang berkualitas. Setiap kita dituntut harus  berupaya mengembangkan diri agar dapat eksis dan survive. Dalam hal ini Mechael J Mazzar menyebut abad globalisasi ini sebagai “the age of empowerment” yang menuntut kita untuk terus membangun tidak saja untuk keberdayaan tetapi sekaligus keberjayaan dalam percaturan era yang semakin kompetitif. Setiap individu maupun organisasi dituntut menciptakan keunggulan-keunggulan, tidak saja keunggulan komparatif ( comparative advantage), tetapi juga lebih penting lagi adalah keunggulan kompetitif atau daya saing ( competitive advantage) tentunya pada saat ini siapa yang mampu menciptakan keunggulan dan daya saing tinggi, maka ia akan keluar sebagai pemenang dalam percaturan global. 
Dalam Islam kita diperintahkan untuk mampu barsaing dan mambangun kehidupan ini dengan baik bahkan terbaik. Karena kita adalah mahluk Allah terbaik (ahsani taqwim) bahkan diperintahkan  bekerja dengan kualitas terbaik (ahsanu ‘amala) hal ini dikemukakan oleh Allah dalamat kalimat superlatif  yang mengandung semangat kompetisi. Pembangunan SDM wajib diupayakan untuk mencapai khaeru ummat (umah terbaik), disebut dalam Surat Ali Imron ayat 110 “ Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, manyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah SWT.”
Menurut Sayyid Qutub bahwa yang dimaksud umat terbaik adalah umat yang benar dari segi aqidah dan ibadah serta kuat dari segi ekonomi dan politik, sehingga mereka mampu memegang kendali kepemimpinan dunia ( al-qiyadah al-basyariyah) seperti dibuktikan oleh Rasulullah Saw dan kaum muslimin pada awal periode Islam.  Dan bahwa kunci  kekuatan khaeru ummah itu terletak pada kemampuan melakukan tiga hal yakni amar ma’ruf, nahi munkar dan iman.  Ketiganya difahami Sayyid Qutub sebagai ciri atau karakteristik dasar komunitas Islam.
Amar ma’ruf dapat difahami sebagai humanisasi yaitu program pemberdayaan ( empowerment) dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.  Nahi munkar difahami sebagai liberasi yaitu ihtiar untuk membebaskan umat dari kedzaliman dan berbagai pelanggran moral.  Sedangkan Iman bermakna transendensi yaitu seruan agar manusia tidak melupakan komitmen dan perjanjian primordialnya dengan Allah swt. Pada humanisasi terkandung penguatan intelektual sedangkan pada liberasi terkandung penguatan moral sementara pada trnsendensial terkadung penguatan spiritual.  Inilah ketiga hal yang akan membangun kekuatan umat yakni kekutan intelektual, moral dan spiritual. Dan dengan ini pula manusia, baik sebagai individu maupun sebagai umat akan bertahan hidup (survive) dalam maju, sejahtera dan berperadaban
2. Mempekuat Iman dan Taqwa
Pembangunan sosial ekonomi itu terkait dengan pengembangan nilai-nilai iman dan taqwa dalam perspektif ini difahami bahwa tanpa kekuatan iman dan taqwa maka persoalan sosial, termasuk persoalan kemiskinan akan tidak mungkin bisa terpecahkan secara utuh.  Iman adalah pangkal dari segala kebaikan agama. Terminologi iman memiliki akar kata sama dengan al Amn (rasa aman) dan al Amanah (dapat dipercaya). Jadi iman mengandung makna sikap mempercayai Allah atau menaruh kepercayaan kepada Allah dengan sikap batin yang kuat tanpa keraguan sedikitpun sehingga timbul rasa aman, tentram dan berserah diri (tawakkal) serta kembali ke jalanNya (raja’a atau anaba).  Karena menaruh keparcayaan kepada Allah maka tentu harus berprasangka baik, khusnudzan (positive thingking) kepada Allah dengan sikap optimistik (penuh harap) terhadap rahmat, ampunan dan ridloNya.
Rasyid Ridlo memahami iman sebagai sikap mempercayai Allah yang sangat kuat disertai ketundukan jiwa atau kepatuhan secara total kepadaNya. Kepatuhan kepada Allah dengan menerima dan menjalankan semua ajaran yang dibawa Rasulullah saw  merupakan syarat mutlak iman.  Karena itu tidak dinamakan iman apabila tidak disertai tindakan atau perbuatan yang menjadi kelanjutan logisnya. Menurutnya bahwa orang yang tidak melakukan amal lantaran bodoh atau tidak mengerti (jahil) maka ia fasik. Sementara orang yang tidak melakukan kawajiban agama karena menentang kepada Allah maka ia kafir.
Keimanan itu menuntut untuk islam yaitu sikap tunduk dan patuh kepada Allah SWT. dalam hal ini menurut Mahmud Syaltut harus diupayakan melalui lima hal :  pertama ketundukan secara mutlak kepada Allah swt. (Adzdzariyah  56.). Kedua sosial dengan membangun hubungan dan kerjasama yang baik dalam kebajikan dan taqwa (al Maidah 2).  Ketiga akhlakul karimah  dengan menjaga kesucian diri dan keluhuran budi pekerti (as-syams 7-10). Keempat dakwah dengan mengajak mnusia ke jalan Allah melalui tausyiyah dan amar ma’ruf nahi munkar (ali Imron 104). Kelima ikhlas dengan mengorientasikan semua aktifitas demi dan untuk Allah swt. semata.
Iman dalam wujud seperti ini akan membebaskan manusia dari kehampaan spiritual seperti banyak dialami oleh masyarakat, maka dengan iman dan amal sholeh akan merasakan hidupnya penuh makna dan penuh berkah bahkan penuh kebahagiaan dan kedamaian lantaran ia merasa dekat dengan Allah Swt. atau merasa berada di orbitnya.  Perasaan dekat ini akan mempertinggi keyakinan untuk mendapatkan berkah, rizki dan rahmat dari Allah swr.  Seperti digambarkan dalam surat al ‘Arof 96 :  “Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka karena perbuatannya”.
Merujuk kepada ayat ini dimana keberkahan itu timbul dan melimpah manakala pengelolaan terhadap sumber-sumber kekayaan alam itu dilakukan dengan prinsip iman dan taqwa.  Iman dalam arti tauhid berarti membebaskan manusia dari keterkungkungan hawan nafsu dan ketundukan kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah dan orang seperti ini layak menjadi khalifah dimuka bumi.  Sedangkan taqwa berarti sikap hati-hati waspada dan penuh perhitungan.  Dengan prinsip taqwa berarti seorang akan bertindak jujur, disiplin dan teliti serta terhindar dari tindakan yang bersifat ceroboh dan sewenang-wenang. Taqwa juga memgandung makna adil, tanggung jawab. Dan sikap ini jelas akan membuat seorang lebih produktif baik bagi kesejahteraan dirinya maupun kesejahteraan orang lain atau umat.
3. Membangun moral dan akhlak
Krisis ekonomi dan kemiskinan yang melanda bangsa ini juga disebabkan karena kebangkrutan moral dan sosial masyarakat. Dalam perspektif ini salah satu solusinya yakni melalui perbaikan moral dan akhlak bangsa.  Ini menjadi urgen karena adanya perkembangan modernisasi dalam era globalisasi yang meinmbulkan banyak ekses dan terjadi perubahan nilai ditengah masyarakat dan juga banyaknya prilaku menyimpang dan pelanggaran moral yang menyebabkan bangsa ini kian terpuruk.
Seperti kita maklum bahwa misi Rosulullah saw adalah membangun kualitas moral (ahlakul karimah). Ini mengandung makna bahwa akhlak merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam islam. Akhlak dapat dikatakan sebagai inti dari agama.  Seseorang tidak dapat dikatakan beragama bila tidak berahlak dan agama harus melahirkan keluhuran budi dan akhlakul karimah sehingga mendatangkan kebaikan dan berpengaruh secara moral dan sosial dalam kehidupan.  Dalam pengembangan akklak diperlukan idealisme tinggi. Idealisme adalah komitmen kita untuk selalu berpihak kepada yang baik.  Kita sadar bahwa dalam filsafat kehidupan dimana kita selalu diliputi oleh konplik antara kebaikan dan keburukan,  ini adalah inti dari kehidupan sehingga dalam konflik ini kita harus berpihak kepada kebaikan dan  inilah idealisme.  Dalam pengembangan akhak ini diperlukan langkah-langkah yaitu : pertama memahami nilai baik dan buruk, kedua menciptakan lingkungan kondusif  dirumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, di kalangan pemerintah dsb.nya., ketiga keteladanan para tokoh sebagai desain yang sempurna atau master plan. Keteladanan pemimpin sangat penting ditengah masyarakat kita yang masih paternalistik yaitu bangsa yang mudah mengikuti tindak tanduk para pemimpinnya, karenanya pengembangan akhlak menemui kesulitan apabila para pemimpin dan tokoh masyarakat yang seharusnya menjadi teladan justru nyaris edan, mereka  tanpa rasa malu melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang  merugikan umat dan bangsa.
4. Membangun budaya etos kerja yang kuat
Para ilmuan seperti Max Weber dan Robert N Billah mengatakan bahwa terdapat  hubungan korelasi yang positif antara agama dengan kemajuan ekonomi dan produktifitas kerja. Dalam sejarah kita bisa melihat misalnya pada masa kejayaan Islam di Jawa,  pada saat itu para pengusaha dan pedagang yang maju dan sukses adalah kaum muslimin yang berlatar belakang santri yang berarti ada korelasi positif antara kesantrian dan kemajuan ekonomi.  Meskipun kemudian tradisi dan kultur yang baik ini diporak porandakan oleh kolonial yang mengajarkan fatalisme dan penolakan terhadap kemajuan dunia.  Karenanya kita harus mengembangkan kultur dan etos kerja yang relevant dengan tuntutan zaman.  Doktrin Islam tentang kerja (‘amal) sungguh sangat kondusif bagi kemajuan masyarakat dimana setiap orang yang beriman lalu dituntut untuk bekerja keras (beramal sholeh), bahkan dalam sabda Rasulullah Saw. “Iman bukanlah angan-angan tetapi sebuah komitmen dalam hati yang menuntut pembuktian kerja atau amal”.  Jadi bekerja dalam Islam adalah ibadah dan panggilan Allah Swt. (calling from within), tugas suci dan mulia yang wajib ditunaikan. Sebagai panggilan Tuhan, kerja dan amal harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan dengan disiplin tinggi dan dengan niat atau motivasi yang tinggi.
Bahkan di era global dimana merupakan cirinya yang dominan adalah persaingan (kompetitif), maka jika kita tidak mampu bersaing akan tertinggal dan ini merupakan sunnatullah yang tidak bisa ditawar.  Islam mengajarkan kita untuk “berlomba dalam kebaikan” (fastabiqul khaerat).  Maka untuk menjadi pemenang dalam perlombaan itu diperlukan mentalitas dan kesiapan yang matang untuk berlomba dan berkompetisi, bekerja keras yang berorientasi pada kualitas kerja dan kualitas karya. Dan kompetisi itu harus dalam hal kebaikan dan kemasalahatan umat (fidunya hasanah wafil akhiroti hasanah) dan juga harus ihsan (bekerja optimal dan sebaik mungkin) baik in put, proses dan out putnya. 
Usaha pengentasan kemiskinan yang melanda dahsyat negeri kita ini adalah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai Umat Islam sebagai perwujudan dari ibadah dan pengabdian kepada Akllah Swt. setidaknya setiap kita ambil bagian melalui tiga M yakni merasakan penderitaan orang miskin, memikirkannya dan mengambil solusi pemecahannya juga mendorong orang lain untuk ikut serta membantu fakir dan miskin. Dan secara ektrim dapat  dikatakan bahwa apabila kita tidak mau terlibat dalam usaha mengatasi kemiskinan, maka  kita tidak layak lagi  disebut  sebagai kaum beriman tetapi  disebutnya sebagai pendusta agama ( al Ma’un).  
Wallahu ‘alam bishshowab.
x

Kamis, 20 Desember 2012

JANGAN MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU

  Oleh :  Kapten Arh. Edy  Purwiyono 
Koordinator Keamanan Masjid At-Taqwa Kota Cirebon 

Muqodimah;
Persembahan puji dan syukur  hanya milik Allah SWT,  atas segala nikmat yang tiada henti-henti-Nya diberikan kepada kita sili berganti, yang tanpa disadari sampai detik ini Allah masih memberikan kepada kita kekuatan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai kholifah di muka bumi ini, dan yang paling penting adalah kita semua senantiasa dalam keadaan sehat wal’ afiat tentunya sehat iman dan islam. Amin.               
Allah swt menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna. Bukan sekedar bentuknya yang indah (ahsanuttaqwiim) tetapi juga dipercaya untuk memimpin jagad raya (kholifahfilardhi) yang telah diciptakan. namun problematika dalam kehidupan adalah  kita seringkali memperturuti hawa nafsu yang mengakibatan kecenderungan terhadap pemuasan hawa nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. sehingga Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan dapat merusak potensi diri seseorang. 
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman,keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). 
Imam Al-Ghozali dalam kitab:“Minhajul Abidin“ Menjelaskan bahwa untuk hidup istiqomah berada dalam jalan yang benar  Ridha Allah swt merupakan jalan yang amat sulit, penuh liku-liku, banyak halangan dan rintangan yang harus dilalui, banyak musuh, serta ditambah lagi dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk lemah, sementara zaman sulit, urusan agama mundur, kesempatan ruang manusia hanya disibukkan dengan urusan dunia, dan umur relative pendek. Sedangkan malaikat roqib dan atid, munkar dan nakir sangat teliti, kematian semakin dekat, perjalanan yang harus ditempuh menuju syurga sangat panjang, maka satu-satunya bekal adalah Taat kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah memperturutkan hawa nafsu.
Fakta menunjukan bahwa semakin banyak manusia meninggalakan sholat dan memperturutkan hawa nafsu sesuai fiirman Allah : “maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, (Q.S Maryam 59 )
Dengan diperturutkannya hawa nafsu maka terjadilah kerusakan dan kehancuran dimana-mana, alam menjadi rusak karena keserakahan manusia. Sesungguhnya Allah swt menciptakan dunia beserta isinya pasti cukup untuk semua penghuninya. tidak ada orang yang sengsara, namun karena keserakahan manusialah banyak yang hidup dibawah kemiskinan, bahkan kelaparan dan kesengsaraan.
Manusia yang memperturutkan hawa nafsunya lebih ganas dibanding binatang buas dan binatang ternak. Binatang buas dihutan hanya memakan kelinci dan menjangan, sedangkan manusia menghabiskan hutannya. Memakan pohon-pohonnya dengan illegal loging sehingga terjadi longsor dan banjir bandang. Binatang ternak hanya memakan rumput dan dedak, sedangkan manusia memakan semen dan besi beton, sehingga banyak jembatan yang runtuh dan sekolah yang roboh. hal ini Firman Allah; “ dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S Al-A’raf 179).
Oleh karena itu waspadalah, Rasulullah saw sudah memperingatkan dalam sabdanya : “neraka dipagari hal-hal yang disukai hawa nafsu, sedangkan surga dipagari hal-hal yang tidak disukainya. berkaitan dengan sabda nabi diatas, maka seorang alim merumuskannya  dalam sebuah kata mutiara “ Satu hari saja engkau mengumbar nafsu, niscaya hancurlah dirimu” Untuk memahami jiwa dan tabiatnya lebih jauh, sebaiknya kita mengetahui kategorisasi jiwa menurut Sigmund Freud seorang tokoh psikonalisis membagi jiwa manusia menjadi: ( Id, Ego dan super Ego. ) dengan penjelasan sebagai berikut:
    1.  Id adalah merupakan naluri bawaan yang menurut kesenangan dan pemuasan kebutuhan dasar tanpa mengabaikan norma dan aturan.
    2.  Ego adalah  perasaan yang mengarahan untuk pemenuhun kesenangan dan kebutuhan yang disesuaikan dengan norma dan aturan masyarakat.
    3.  Super ego adalah perasaan ambisi untuk pemenuhan kesenangan dan kebutuhan dengan memperhatikan peraihan prestasi dan kehormatan.                                                                                         Kemudian Al-Qur’an menjelaskan tentang jenis-jenis  jiwa dalam tiga bagian antara lain:
  •    An-Nafsul Ammaroh                                                                                                                 dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q.S Yusuf: 53)
  • An-Nafsul Lawwamah                                                                                                                dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S Al-Qiyamah:2)
  •  An-Nafsul Muthmainah                                                                                                                Hai jiwa yang tenang..Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,  masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S al-Fajr 27-30)                                                                                                                                 Sasaran Nafsu disinyalir dalam Al-Qur’an. “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S ali imron 14).
Ayat diatas  menjelaskan bahwa sesungguhnya ajaran Islam tidak pernah melarang manusia untuk   hal-hal tersebut, namun dalam rangka mencapaian-nya kita harus sesuaikan dengan aturan-aturan yang digariskan oleh Allah swt  yaitu  berusaha sekuat tenaga untuk penghambaan diri kepada Nya dan berjihad dijalan-Nya seperti  untuk memperbanyak hamba-hamba yang beriman, harta yang dimiliki untuk berjihad, jabatan yang dimiliki untuk melakukan amar  ma’ruf dan nahyi munkar.

PENGENDALIAN NAFSU
          Nafsu akan terkendali, manakala kita mendapat rahmat allah dengan cara merasa takut kepada Allah, mentaati-Nya dan bertakwa kepada-Nya. Allah swt berfirman: “ Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal-(nya). (Q.S An-Naziat 40-41)
        Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada allah dan rasulnya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka itulah orang-orang beruntung.”; Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan (Q.S an-nur 51-52).
sebagaiman para ahli sufi merumuskannya dalam tiga tahapan Tazkiyatunnafsi:
  • Takholly (mengosongkan diri dari segala macam dosa), takholly dilakukan dengan taubatan nasuha:


a.       Berhenti berbuat dosa
b.      Menyesali perbuatan dosa tersebut
c.       Bertekad tidak mengulanginya lagi
d.      Mengembalikan semua hak-hak Negara, hak-hak rakyat, dan hak-hak manusia lainnya
  •  Tahally (berhias diri dengan berbagai macam perbuatan fardhu dan sunnah), tahally dilakukan dengan mengerjakan semua yang fardhu ditambah dengan perbuatan sunnah:

a.       Shalat sunah, qiyamullail
b.      Puasa sunnah
c.       Mendawamkan punya wudhu
d.      Infak dan shodaqoh
e.       Membaca al-qur’an
f.       Bersilaturahim
g.      Berakhlak mulia
  •       Tajally (serasa bedekatan dengan Allah) merupakan anugerah Allah bagi hamba-hamba-Nya yang telah melalui dua tahapan. sehingga meraih kebahagiaan yang tiada taranya pada status kekasih Allah yang popular disebut wahyullah.                                                                                                              Semoga kita semuanya senantiasa terhindar dari godaan nafsu dan menjadi kekasih-kekasih Allah, Amin Ya Robbal aalamin,. Wawlahu allam bishowab.

Rabu, 19 Desember 2012

PELATIHAN PEMULIAAN MANUSIA

DKM RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON - LPM IAIN SYEKH NURJATI CIREBON - LAZISWA AT-TAQWA KOTA CIREBON


Selamat dan sukses atas terselenggaranya pelatihan pemuliaan manusia (jenazah) yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012 oleh LPM IAIN SNJ Cirebon bekerja sama dengan DKM Raya AT-Taqwa Kota Cirebon dan LAZISWA At-Taqwa. Acara yang dihadiri oleh lebih dari 100 peserta dari seluruh kelurahan di Kota Cirebon ini menjadi tambah meriah dengan hadirnya rektor IAIN SNJ Cirebon Bpk. Prof. Dr. H. Maksum, M.A., dan Walikota Cirebon Bpk. Subardi S.Pd. Bersamaan itu juga hadir Bpk. Ahmad Yani, M.Ag. Plt. Ketua Umum DKM Raya At-Taqwa dan Islamic Centre Cirebon. 

Acara yang dimulai dari jam 8.00 WIB, dibuka langsung oleh Bpk. K.H. Syamsudin (Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM IAIN SNJ Cirebon). Setelah dibuka, acara dilanjutkan dengan 2 materi inti yang diisi oleh Bpk. K.H. Syamsudin dan Drs, H.M. Utsmani, M.H.I., dari Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Target dari kegiatan ini adalah terciptanya kader-kader handal pada pemuliaan jenazah di RT dan RW setiap kelurahan di Kota Cirebon, sekaligus menjalin kerja sama dan membuka jaringan untuk pemberdayaan Ambulan At-Taqwa.

Semoga acara yang telah terselenggara ini menjadi tonggak awal yang baik untuk mencapai At-Taqwa Care Unit yang sukses. Sukses sepanjang masa untuk umat. Melayani sepenuh hati meraih ridho Ilahi.









Kamis, 13 Desember 2012

REFLEKSI SAMBUT TAHUN BARU


Oleh: Drs. A. Syathori, M.Ag
Direktur Laziswa at-Taqwa Kota Cirebon /
Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon

A. Pendahuluan
Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan, sebagian besar umat Islam saat ini lebih mengetahui Tahun Baru Masehi (1 Januari), ketimbang tanggal 1 Muharram (bulan Hijriyah) yang merupakan tahun baru umat Islam. Bahkan kalau ditanya urutan bulan Masehi dengan bulan Hijriyah, lebih hapal bulan Masehi.
Lebih dari itu, yang lebih menyesakkan dada, pemahaman serta pola pikir mengenai Tahun Baru Islam ini, telah meracuni generasi muda Islam dewasa ini. Sehingga tak terlalu berlebihan, ketika perayaan Tahun baru Islam yang jatuh pada tanggal 15 bulan lalu yaitu bulan Nopember, sebagian besar umat Islam hanya berdiam diri dan tidak melakukan sesuatu yang istimewa dalam peristiwa akbar tersebut.
Kondisi ini berbanding seratus delapan puluh derajat, bila dibandingkan ketika kedatangan Tahun Baru Masehi. Ribuan bahkan jutaan manusia seantero dunia sibuk melakukan pesta pora menyambut pergantian tahun itu. Bahkan, berbagai acara turut memeriahkan kedatangan awal tahun itu yang sifatnya cenderung materialistis dan hedonis. Terkait dengan kurang gregetnya penyambutan Tahun Baru Hijriyah itu, dalam kesempatan ini, kita ingin menggugah kembali kesadaran umat Islam, khususnya kalangan generasi muda, agar tidak sampai abai dan melupakan norma-norma agama walaupun mereka penyambutan Tahun Baru Islam.
Menyongsong datangnya  tahun baru 2013 telah dipersiapkan di berbagai tempat, terutama di tempat-tempat wisata, tempat hiburan,  dan tempat-tempat umum lainnya. Berbagai pemangku kepentingan sibuk dalam mempersiapkan datangnya pergantian tahun baru, mulai dari pengelola tempat-tempat wisata, tempat-tempat hiburan, hotel-hotel, kepolisian, DLLAJ, dan bahkan para pedagang ikut kebagian rizki, dengan peningkatan penjualan barang-barang dagangannya. Kemacetan akan terjadi di berbagai titik, tempat di mana masyarakat akan merayakan datangnya malam tahun baru. Kawasan puncak misalnya, yang merupakan salah satu tempat pavorit  untuk merayakan tahun baru, sudah diantisipasi oleh pihak Polres Bogor  dengan akan diberlakukannya penutupan jalan baik dari arah Jakarta menuju puncak, dan dari arah Cianjur menuju puncak mulai pukul 19.00 WIB. tanggal 31 Desember 2012 sampai pukul 07.00 WIB pada 01 Januari 2013. Sementara di Jakarta, tempat yang paling pavorit untuk merayakan datangnya tahun baru adalah taman wisata Ancol, yang diprediksi akan kebanjiran pengunjung  mencapai 4500 orang, tidak ketinggalan juga di Kota dan Kabupaten Cirebon. 
Bebagai macam cara dilakukan orang untuk menyongsong datangnya tahun baru 2013, ada yang merayakannya secara besar-besaran, seperti : menggelar zikir akbar, pesta kembang api, meniup terompet, menggelar panggung hiburan, dan bahkan ada yang merasayakannya dengan penuh kesederhanaan, seperti : berkumpul-kumpul bersama teman di sekitar tempat tinggal mereka sambil membakar ayam dan kegiatan ringan lainnya. Hal yang paling penting perlu diingat dalam merayakan pergantian tahun baru, bukan seberapa besar atau sederhananya perayaan tersebut digelar, tetapi apakah perayaan tersebut diisi dengan kegiatan yang positif atau negatif..
B. Refleksi diri
Peristiwa yang terjadi pada tahun lalu, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan, tidak akan bisa diubah sedikitpun. Peristiwa yang baik, seperti kesuksesan yang kita raih atau keberuntungan yang kita dapat, bisa dijadikan motivasi untuk meningkatkan kinerja dan prestasi yang lebih baik di tahun yang akan datang. Sementara peristiwa yang buruk dapat dijadikan pelajaran, mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Apakah kesalahan manusia atau takdir buruk yang harus kita terima. Kalau kesalahan manusia, peristiwa buruk itu tidak boleh terulang lagi di tahun yang akan datang, paling tidak ada upaya untuk meminimaiz kesalahan, dengan mengenali sebab-bebab mengapa peristiwa buruk itu bisa terjadi. Jika takdir buruk yang menimpa kita, kitapun harus mencari hikmah di balik peristiwa tersebut, dan kita harus yakin bahwa ada rahasia atau kasih sayang Allah yang kita tidak ketahui. Sikap sabar, tabah, dan ikhlas menjadi kunci untuk  menghadapi peristiwa tersebut. 
C. Harapan dan Do’a
Tahun baru membawa harapan baru. Harapan akan memperoleh sukses, harapan akan memperoleh keberuntungan, dan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Apa yang belum didapat pada tahun yang lalu kita berharap dapat kita raih pada tahun yang akan datang. Sikap optimis perlu kita kembangkan untuk menyongsong tahun baru, meskipun kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sikap optimis akan menjadi titik awal untuk memulai pekerjaan, dan menjadi sumber kekuatan untuk meraih sukses.
Karena tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti, apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka do’a adalah merupakan sumber kekuatan untuk mengatasi ketidak pastian tersebut. Dengan do’a kita berharap dapat diberikan petunjuk dan jalan untuk meraih sukses dan kebahagiaan di masa yang akan datang. Kita tidak boleh mengabaikan do’a, karena mengabaikan do’a berarti sombong. Sikap yang tidak menghargai do’a akan menyebabkan seseorang menjadi orang yang sombong di kala sukses, dan akan mengalami tekanan jiwa (depresi) bila mengalami kegagalan. 
D. Bagian Akhir
Akhirnya, segala peristiwa yang terjadi pada tahun lalu, yaitu : peristiwa yang baik dapat dijadikan sumber inspirasi untuk peningkatan kinerja dan meraih sukses pada tahun yang akan datang. Sementara peristiwa yang buruk dapat dievaluasi untuk diperbaiki segala kekurangan yang terjadi. Mari kita songsong datangnya tahun baru 2013 dengan penuh gembira dan penuh optimis, dengan berbagai kegiatan yang positif, dan hindari kegiatan yang buruk, seperti pesta minuman keras, narkoba, seks bebas, perbuatan anarkis, dan lain sebagainya.
Tahun baru merupakan momen yang dinanti banyak orang, dimana setiap individu memaknai bahwa selesai sudah satu tahun berlalu dan kini saatnya menyambut tahun baru. Pergantian waktu yang telah berlalu dimaknai lain oleh banyak orang karena kemeriahannya. Makna itupun tercipta dari tradisi yang bergulir  dibenak kita karena lingkungan sekitar. Lebih dari itu, baik tahun baru Hijriyah ataupun tahun baru Masehi, keduanya mempunyai pemaknaan yang berbeda dari akulturasi budaya yang melingkupinya.
Banyak cara yang dilakukan oleh setiap insan manusia untuk mengapresiasi diri, baik itu dengan merenungi dan melakukan evaluasi selama setahun berlalu hingga dirayakan dengan hingar-bingar pesta kembang api yang terlihat mewah. Hal ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja, tapi juga dilaksanakan hingga seluruh penjuru dunia. Beragam yang dilakukan oleh insan manusia. Saya rasa semua mempunyai kiat atau cara khusus untuk memperingati momentum akhir dari tahun 2011 ini. Tidak sedikit orang membuat planning untuk mengakhiri tahun 2011 menyambut tahun 2012, yang pasti usaha merupakan cara standar untuk membuka cakrawala baru di tahun baru. 
Momentum Refleksi
Sebenarnya pergantian tahun merupakan seremoni yang ada di setiap akhir tahun, hakikatnya merupakan upaya mengurai diri melalui refleksi dan memantapkan niat untuk melangkah kedepan dengan sebuah perubahan yang pastinya lebih baik dari sebelumnya. Evaluasi adalah kata yang pas untuk disematkan ditengah realitas kemeriahan manusia. Karena dengan melakukan introspeksi atas segala yang telah kita lakukan dan kita perbuat sebelumnya, kita memperoleh rumusan baru dari kesalahan yang pernah kita lakukan.
Kesalahan merupakan bagian dari kesadaran diri untuk mengoreksi apa yang telah kita lalui dan kita siap menyambut kesalahan dengan memperbaiki sikap agar kebaikan selalu menghinggapi kita. Introspeksi diri dari hal-hal yang buruk dan sia-sia menjadi penting. Entah kita lupa atau kita lalai dalam proyeksi aktifitas yang harusnya tidak terjadi, apapun itu tahun 2012 telah selesai tinggal hitungan hari atau minggu. Di awal saat kita mau memperlakukan diri agar bisa lebih hebat dan tegar dalam menghadapi kondisi esok yang tidak  bisa kita prediksi.
Coba kita tanyakan pada diri kita, apakah yang sudah kita lakukan selama satu tahun kemarin? Pastinya kita harus fair terhadap semuanya. Agar kita juga mampu membangun pijakan mau kemana dan apa saja yang ingin kita capai dari usaha selama ini. Siap atau tidak tahun 2013 sudah diambang pintu. Memasuki tahun baru kita harus membawa harapan baru, atau kita meruat kembali apa sebenarnya kebutuhan yang ingin kita capai dari target besar. 
Menjalin Tradisi Optimisme
Menyambut tahun baru 2012 esok hari, kita harus mampu membangun jiwa dengan semangat dan optimisme.  Disaat kita menyiapkan diri menyambutnya, dimana semua orang menanti dengan merayakannya melalui berbagai cara untuk menorehkan momen tahun 2013 ini.  Ada cara yang berbeda kita lakukan. Jalan atas pergantian tahun telah siap kita lampaui. Memang tidak mudah memulainya, banyak yang kadang sekedar memanfaatkan pergantian tahun hanya sekedar meramaikannya. Bahkan mereka melakukan tindakan untuk menuruti nafsu.
Ingat, hari ini dari sikap dan tindakan kita menentukan masa depan.
Sebagaimana yang disinyalir oleh Allah SWT.
            “ Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT dan perhatikanlah diri apa yang telah kau lakukan untuk masa yang akan datang, bertaqwalah sesunggahnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan”
Semangat baru “kata baru” ditahun baru dengan tantangan baru untuk menyambut kehidupan baru.  Kalimat tersebut saya tulis dengan sederhana untuk bisa saya sampaikan kepada pembaca semuanya. Karena hidup ini seperti kita menuliskan coretan pena dari lembaran ke lembaran berikutnya di dalam buku dan di buku pun ada bab baru. Seperti itulah saya mengandaikan bahwa tahun baru merupakan menulis dengan bab baru untuk memulai coretan pena. Apa kita menempatkan diri sebagai pelaku utama, pemeran dalam cerita dalam buku tersebut.
Tinggal kita mau menjadi pemeran antagonis atau protagonis. Karena kita semua yang berhak menentukan cerita tersebut, lepas dari takdirnya Allah. Karena manusia merupakan hewan yang berfikir, sehingga kita akan memilih dari apa yang akan kita lakukan. Sehingga awal tahun adalah upaya kita memilih cerita baru dengan diksi kata yang berbeda dengan kalimat baru yang kita siapkan untuk menjadi cerita indah. Karena dengan torehan tindakan kita kita telah mencatat riwayat kita untuk bisa menjadi bagian agenda besar yang akan dibaca oleh banyak orang. 
Merubah Tindakan Untuk Keberhasilan
Mari kita tentukan posisi kita, apakah kita akan membiarkan cerita mengalir tanpa kita skenario mulai sekarang? Jangan sampai ending yang akan berlalu berlalu begitu saja. Kita adalah apa yang kita pikirkan, sehingga kita yang menentukan apakah kita hanya sekedarnya atau kita melaluinya dengan konflik atau masalah. Pastinya konflik atau pun masalah tersebut adalah masa lalu yang telah menjadi cerita dibab sebelumnya. Dibab ini “ tahun 2012” adalah cara baru untuk mengurai relasi dan realitas, kalaupun kemarin ada konflik dan masalah mungkin saja tahun ini kita layaknya selesaikan yang sempat tertunda.
Saatnya kita membawa diri untuk bangkit dan menyiapkan semuanya dengan lebih tertata dan terarah, berbuat baik hari ini adalah investasi kita dalam tindakan besar. Dalam sebuah ayat “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11. Makna dari ayat terebut kita tidak berarti hanya berdiam diri dan tidak berusaha, Hendaknya setiap manusia bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia semata.
Mari kita tata dan bangun impian baru, untuk mengantarkan diri kita menyambut 2013 agar bisa lebih baik nantinya. Impian itu perlu, untuk menuntun tindakan-tindakan kita supaya lebih tertata. Apapun impian anda, pastinya anda sudah siap bertarung menghadapinya. Menulis dengan catatan-catatan indah yang mampu menginspirasi banyak orang agar kita bisa memberi arti bagi semuanya. Selamat menyambut tahun baru 2013 dan mari kita siapkan yang terbaik untuk membuka lembaran-lembaran baru dihari esok yang lebih cerah. Karena kita semua adalah penentu dari apa yang kita ingin gapai esok hari.