Jumat, 01 Februari 2013

TIPS RUMAH TANGGA HARMONIS

1. KETIKA MENCARI CALON 

Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR 

Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah mel alui orang tua/wali si gadis. 

3. KETIKA AKAD NIKAH 

Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu,tetapi menikah di hadapan Allah 

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN 

Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa'kan anda, kerana anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI kerana menyia-nyiakan do'a mereka. 

5. KETIKA MALAM PERTAMA 

Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat. 

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA 

Sedarilah bahawa jalan yang akan dilalui tidak mel alui jalan bertabur bunga, tapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri. 

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA GOYANG 

Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justeru semakin erat berpegang tangan 

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK . 

Cintailah isteri atau suami anda 100% 

9. KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK. 

Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda,tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%. 

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA MERUDUM 

Yakinlah bahawa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri. 

11.KETIKA EKONOMI BERKEMBANG 

Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita 

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI 

Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri memerlukan pertolongan Anda. 

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI 

Tetaplah berjalan dengan gemalai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan. 

14.KETIKA MENDIDIK ANAK 

Jangan pernah berpikir bahawa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak,kerana orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak .... 

15.KETIKA ANAK BERMASALAH 

Yakinilah bahawa tidak ada seorang anakpun yang tidak mahu bekerjasama dengan orang tua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya. 

16.KETIKA ADA PIL. 

Jangan diminum, cukuplah suami, isteri sebagai ubat. 

17.KETIKA INGIN AMAN DAN HARMONIS 

Gunakanlah formula 7 K 

1 Ketaqwaan 

2 Kasih sayang 

3 Kesetiaan 

4 Komunikasi dialogis 

5 Keterbukaan 

6 Kejujuran 

7 Kesabaran 

Minggu, 27 Januari 2013

MENYEMAI KETELADANAN RASULULLAHSAW

Oleh : H. Muchlis, SK 
(Pengurus Masjid Raya At Taqwa Cirebon) 

Allah SWT., berfirman : 
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” .(Quran ; S. Al Ahzab : 33 :21) 

Ayat di atas, sebagaimana penjelasan Ibnu Ksatsir menjadi pedoman dasar dalam menetapkan Rasulullah sebagai teladan. Oleh karena itu menteladani Rasulullah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim (wujubul iqtida), wajib mentaatinya (mulazamut tho’at) dan sebagai seorang muslim tidak boleh menolak apalagi mengingkari Rasulullah (adamu takholufi anhu). Menteladani Rasulullah secara paripurna sama artinya dengan mengamalkan Al Quran. Karena akhlak Rasulullah adalah Al Quran sekaligus mencintai Islam dalam kondisi apa pun dan dimana pun. Konsistensi (istiqomah) mencintai Islam adalah wujud kongkrit menguatnya kadar iman seseorang. 

Sebutan “suri tauladan yang baik” tentu bukanlah sembarang teladan. Keteladanan Nabi saw., merupakan keteladanan yang kosmopolit, yang dapat dicontoh oleh berbagai lapisan masyarakat di masa modern ini. Keteladanan Nabi saw., bukan hanya milik ustad, ulama, atau pun santri, tetapi juga pelajar, pengusaha, bahkan para atlet sekalipun. 

Sebuah contoh 
Samir Nasri sebagai seorang pemain sepak bola tersohor dari Manchester City, sebuah klub sepak bola yang berlaga di Liga Primer Inggris. Samir Nasri sempat menghebohkan dunia sepak bola dengan meneriakkan takbir saat ia baru saja membawa Manchester City menjuarai Liga Primer Inggris tahun 2011/2012. Ia juga sempat menunjukkan kaos dalamnya yang bertuliskan “Ied Mubarak” saat hari raya idul Fitri tahun lalu. Itu adalah caranya mengucapkan selamat hari raya ied kepada Muslim di seluruh dunia. 

Lain halnya dengan Frederic Kanoute. Dia adalah pemain sepak bola Muslim kelahiran Mali. Dia pernah bermain untuk klub Spanyol bernama Sevilla. Di sana, ia sempat membuat heboh publik sepak bola saat ia menolak keras untuk memakai kaos seragam yang disediakan oleh pihak klub. Pasalnya, Sevilla pada saat itu disponsori oleh perusahaan judi. Sebagai pemeluk Agama Islam, Frederic Kanoute paham betul bahwa judi sangat diharamkan oleh agamanya. Ia berpendapat, dengan mengenakan seragam yang mencantumkan nama perusahaan judi tersebut sama saja dengan dirinya mempromosikan dan mengajak orang-orang untuk berjudi. Penolakan ini membuat kelimpungan manajemen Sevilla, sebab Frederic Kanoute mengancam untuk mogok main jika masih dipaksa untuk mengenakan kaos tersebut. Jalan tengah pun dicetuskan: Frederic Kanoute dibuatkan kaos khusus yang tidak mencantumkan nama perusahaan judi tersebut. Ini tentu jadi catatan rekor tersendiri bagi Frederic Kanoute, sebab ia adalah salah satu Muslim yang tetap mempertahankan prinsipnya di tengah derasnya industry kapitalisme, dan ia menang. 

Lalu ada Yaya Toure. Dia adalah rekan setim Samir Nasri di Manchester City. Dia seorang Muslim kelahiran Pantai Gading. Dia juga pernah menolak “kebiasaan” yang terjadi di suatu tempat, yang bertolak belakang dengan prinsip ke-Islaman. Dalam hal ini, kebiasaan yang dimaksud adalah meminum sampanye bagi siapa pun pemain Manchester City yang dianggap sebagai pahlawan kemenangan dari suatu pertandingan. Yaya Toure kebetulan menjadi pahlawan tersebut dalam suatu pertandingan. Seorang rekannya datang menghampiri Yaya sambil membawa sampanye saat Yaya Toure sedang diwawancari stasiun televisi. Yaya Toure dengan lugas langsung menolak sampanye itu, dan mengatakan bahwa ia seorang Muslim, tak pernah meminum minuman keras. 

Idolanya idola 
Tiga momen dari tiga orang Muslim di atas setidaknya mengingatkan satu hal betapa orang-orang seperti inilah yang kerap kali mengundang perhatian banyak mata, Orang-orang berdecak kagum melihat sepak terjangnya. Orang-orang bahkan ingin menjadi seperti mereka. Kita menyebutnya pesohor, atau selebritis. 

Tak salah. Mengidolai seseorang bukanlah kesalahan. Mengidolai Samir Nasri, Frederic Kanoute, bahkan Che Guevarra pun tak salah. Tapi yang teramat menarik disimak dari hal ini, betapa Samir Nasri dan Frederic Kanoute bahkan tidak malu-malu untuk menunjukkan ke-Islamannya. Padahal di Eropa belakangan itu, masyarakat seakan alergi membicarakan Islam. Ahli bahasa menyebutnya dengan istilah “Islamophobia.” Yakni suatu ketakutan berlebih terhadap Islam, yang dianggap sebagai agama keras yang mengajarkan terorisme. Maka tidak heran jika masih saja banyak orang Eropa dan Amerika (baca: Barat) yang memandang apatis terhadap Islam. Dan tak mengherankan jika akhirnya orang Islamnya pun menjadi tidak nyaman untuk menunjukkan identitas keislamannya di depan khalayak ramai.
Tapi rupanya tidak begitu dengan Samir Nasri, Frederic kanoute, dan Yaya Toure. Mereka tetap beriak laku sebagaimana Muslim semestinya. Mereka Shalat, mengucap hamdalah ataupun takbir, menjauhi khamr ataupun judi, dan berpuasa di bulan Ramadhan sekalipun pihak klub melarangnya. Dan yang paling penting dari hal itu, mereka tetap santun pada semua orang. 

Teladan dalam menjaga kebugaran 
Satu hal yang sering kali luput diperhatikan dari kehidupan Nabi saw., betapa beliau sangat menggemari olah raga. Ini terbukti dari hadis Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang berbunyi: 

“Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah. (HR Bukhari dan Muslim) 
Berkuda, berenang, dan memanah adalah olah raga ketangkasan yang amat digemari pada masa Hidup Rasulullah. Nabi saw., sangat menganjurkannya. Selain untuk kebugaran, ketiga olah raga ini bisa sangat berguna untuk mobilisasi, bertahan hidup, mencari nafkah, bahkan bela negara. Dalam riwayat-riwayat kenabian, Rasulullah bahkan dikenal sebagai orang yang piawai dalam olah raga berkuda. Sering kali beliau terlibat dalam lomba pacuan kuda bersama kaum Muslimin, dan sering sekali beliau memenangkan perlombaannya. Untuk memeriahkan perlombaan tersebut, seringkali Rasulullah mengadakan taruhan. Ini terbukti dari suatu riwayat yang menyebutkan : 

“Ya! Demi Allah, sungguh ia (Rasulullah saw.) pernah bertaruh terhadap suatu kuda yang disebut sabhah (kuda pacuan), maka dia dapat mengalahkan orang lain, ia sangat tangkas dalam hal itu dan mengherankannya.” (Riwayat Ahmad). 

Namun taruhan yang diterapkan oleh Rasulullah bukanlah taruhan dengan sistem yang kita kenal pada zaman sekarang, di mana terdapat petaruh dan bandar, yang praktiknya lebih menjurus kepada judi. Kita semua tahu bahwa judi diharamkan agama, dan Rasulullah sebagai penyempurna akhlak kaum Muslimin tak mungkin melanggar aturan Allah SWT. Taruhan yang dilakukan oleh Nabi saw., adalah mana kala terjadi taruhan dalam pacuan, terdapat satu atau dua orang yang tak ikut bertaruh, namun tetap berhak mendapatkan hadiah apabila ia memenangkan perlombaan. 

Keutamaan perlombaan seperti ini patutlah dicontoh oleh Kaum Muslimin sekalian untuk menciptakan iklim kehidupan yang kompetitif. Berkompetisi itu hal yang bagus, terlebih jika kompetisi tersebut berkaitan dengan hal-hal baik dan bermanfaat. Selain berguna untuk mempererat ukhuwah, pada prinsipnya kegiatan ini memiliki nilai-nilai sedekah pula. 
Dewasa ini, olah raga ketangkasan bahkan tidak hanya sebatas permainan berkuda, berenang, dan memanah saja. Kini semakin banyak variannya. Baseball, bola basket, badminton, tenis meja, dan termasuk pula sepak bola. Nah, jika Javier “Chicharito” Hernandez sang pemain sepakbola sangat mengagumi Rasulullah saw., ini sungguh sebuah pengidolaan yang tepat. 

Teladan bagi pebisnis 
Sudah bukan rahasia lagi jika masa muda Rasulullah saw., dihabiskan dengan menemani pamannya berdagang, atau menjajakan dagangan milik Siti Khadijah. Bukan rahasia pula, apabila sebagian besar para sahabat Nabi saw., pun kalangan pedagang Arab nan masyhur. Ini menunjukkan betapa berdagang adalah profesi yang sangat mulia dan utama dalam perikehidupan Islam. Berdagang merupakan salah satu ikhtiar untuk memperoleh penghidupan sekaligus kekayaan, dua hal yang sangat dibolehkan oleh Allah. Apa pun boleh kita perjual-belikan asalkan tidak menentang syariat, Sekalipun apa yang kita jajakan mungkin tampak hina di mata orang lain, namun hal tersebut tetaplah suatu kemuliaan di jalan Allah SWT. Sebagaimana Nabi saw., bersabda : 

“Sesungguhnya seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak.” (HR. Bukhari) 

Teladan semua orang 
Sepanjang hidupnya, Nabi saw., kerap memperolah berbagai julukan yang menunjukkan kemuliaannya. Namun yang paling mengesankan dari julukan-julukan itu adalah julukan kehormatan “Al-Amin”. Di samping karena Nabi saw., berhasil mendamaikan suku-suku yang bertikai pada masa itu, juga dikarenakan Nabi memiliki empat sifat pembawaan yang sangat terpuji, yakni sidiq, tabligh, amanah, dan fathonah. 

Sidiq artinya benar. Benar perkataannya, dan benar perbuatannya. Seseorang yang memiliki sifat sidiq sangatlah tidak mungkin melakukan tindakan yang sangat berseberangan antara perkataan dengan perbuatannya. Tabligh artinya menyampaikan suatu hal yang memang harus disampaikan. Seseorang yang memiliki sifat tabligh tak mungkin menyembunyikan kebenaran yang seharusnya diketahui oleh orang banyak demi keuntungan pribadi. 

Amanah artinya dapat dipercaya. Seseorang yang amanah sangatlah tidak mungkin menelantarkan urusan yang dipercayakan kepadanya. Dan sangat tidak mungkin mengkhianati kepercayaan orang lain. Fathonah artinya bijaksana. Seseorang yang fathonah tidak mungkin berperangai bodoh dan asal bunyi dalam menanggapi sesuatu tanpa adanya ilmu. 

Mungkin keempat sifat Nabi saw., ini sudah terlalu sering kita dengar dari berbagai ceramah agama, sehingga membuat kita bosan untuk mendengarnya lagi dan lagi. Namun suka atau pun tidak suka, keempat sifat ini sebenarnya sifat yang paling fundamental untuk diterapkan oleh kaum Muslimin di segala aspek kehidupannya. 

Kita mungkin dapat mengkompilasikan keempatnya ke dalam satu buah kata, yakni “kejujuran”. Kejujuran adalah sifat dan sikap yang paling penting diterapkan oleh semua orang. Kejujuran menjadi modal paling utama untuk menentukan kemuliaan sekaligus kenistaan kita. Apabila seorang manusia dikenal sebagai seorang yang jujur, orang lain akan mudah percaya padanya dan mengandalkannya. Cobalah kita bayangkan apa jadinya jika kejujuran sudah hilang dari hati semua orang ? 

Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak mampu menjaga kepercayaan orang lainnya dan semoga tulisan ini menjadi pemicu bagi kita semua untuk menyemai kembali nilai-nilai keteladanan Rasulullah saw.

Sabtu, 19 Januari 2013

IBLIS LEBIH BERIMAN DARI PADA MANUSIA

Oleh: Ibnu Malik, S.Pd.I.

Sebelum membahas keimanan antara manusia dan iblis, mari kita kaji dahulu tentang definisi iman dan yakin. Dua kata ini seperti pedasnya cabai dan pedasnya lada. Ada juga seperti orang inggris yang bilang bahwa cabai itu hot begitu juga dengan lada yang berrasa hot. Padahal keduanya mempunyai rasa pedas yang berbeda.

Secara etimologi, iman berasal dari bahasa Arab yaitu اٰمَنَ - يُؤْمِنُ – اِيْمَانً yang secara singkatnya berarti percaya. Kemudian yakin dalam kamus Bahasa Indonesia berarti percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi): hakim -- akan kesalahan terdakwa itu; ia berkata dng -- nya, berkata dng pasti. Sumber: http://kamusbahasaindonesia.org/yakin#ixzz2Gc0ctdF5.

Makna kata iman dan yakin seperti tidak ada perbedaan. Namun pada aslinya, ada perbedaan yang sangat tipis tetapi fatal. Sebagai analogi, jika kita percaya bahwa di Arab Saudi ada Kabah, sedangkan kita belum pernah melihat secara langsung maka inilah yang dinamakan iman. Sedangkan jika kita pernah berangkat ke Mekkah dan melihat Kabah, kemudian kita percaya tentang adanya Kabah maka inilah yang dinamakan yakin. Kedudukannya pun otomatis berbeda. Antara iman dan yakin tentunya lebih kuat yakin karena telah melihat dan membuktikan sendiri objeknya. 

Seperti halnya dengan yang terjadi pada syetan atau iblis. Mereka semua adalah makhluk Allah SWT., yang sudah terbiasa berdialog dengan Allah SWT. Sangat berbeda dengan manusia yang baru mengenal Allah dari ayat-ayat baik kauniyah maupun qauliyah saja. Manusia belum pernah bertemu maupun berbicara dengan Allah SWT., kecuali Nabi-nabi tertentu seperti Musa as. Maka derajat manusia dalam hal ini termasuk beriman.

Hal ini pula yang membuat manusia menjadi istimewa. Ini dikarenakan jika keimanan seseorang tinggi, maka nilai keimanan tersebut lebih tinggi dari pada keyakinan. Dalam kondisi belum menemui Allah SWT, manusia sudah mampu percaya bahwa Allah itu ada apa lagi jika mencapai derajat yakin. Subhanallah.

Jika syetan atau iblis melakukan kesalahan, maka akan dihukumi kafir dan dimasukkan ke dalam neraka oleh Allah SWT. Berbeda dengan manusia yang jika melakukan pelanggaran atau, mereka akan dihukumi dosa kemudian diberi kesempatan untuk bertaubat.

Ketika iblis sebelum mendapatkan murka Allah SWT., mereka adalah makhluk yang paling taat dan rajin beribadah kepada Alllah. Bahkan sujudnya saja sampai ribuan tahun. Namun karena suatu ketika Allah mengujinya untuk bersujud kepada Adam as., kemudian mereka Menolak dengan alasan mereka merasa lebih mulia dari pada manusia. Sikap inilah yang menjadi penyebab iblis mendapat murka Allah SWT. Sikap seperti ini dinamakan dengan dengki.

Dengki

Belum cukup sampai di situ, ketika Allah SWT., hendak memasukan iblis ke dalam neraka pada saat itu mereka menolak keputusan Allah untuk yang kedua kalinya. Mereka meminta penangguhan kepada Allah agar mereka bisa menggoda dan mengajak umat keturunan Adam as., agar masuk ke neraka. Padahal seandainya mereka menerima keputusan Allah yang pertama untuk masuk ke neraka, pada saat itu masih mungkin untuk mereka diangkat dari neraka pada saat kiamat nanti. Sungguh karena dengki, iblis telah celaka sehingga mendapatkan neraka setelah hari kiamat dan mendapatkan keabadian di neraka.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasululloh saw., bersabda:

“Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (HR Ibnu Asakir).

Begitu bahayanya sikap dengki ini, sehingga menuntun Qobil (anak Adam as.,) untuk membunuh Habil (saudara kandungnya). Dalam kitab Duratun al naashihiin diceritakan bahwa Qobil adalah orang yang akan menjadi pemimpin orang-orang dengki ketika di dunia, untuk masuk ke dalam neraka di akhirat nanti.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dengki berarti, deng.ki [a] menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) krn iri yg amat sangat kpd keberuntungan orang lain: perkataan itu timbul krn -- saja; mengapa engkau -- thd sahabatmu itu. Sumber: http://kamusbahasaindonesia.org/dengki/mirip.

Dengki adalah penyakit hati yang ada pada diri manusia. Yaitu tidak senang jika orang lain mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Bahkan sampai berusaha untuk menghilangkan nikmat itu. Dengki dapat membuat manusia lupa bahkan tidak sadar akan perbuatannya. Dengki dapat membuat seseorang menyakiti orang lain, teman, bahkan saudaranya sendiri. sungguh penyakit yang sangat berbahaya. Yaa Allah, jauhkanlah kami dari dengki dan segala penyakit hati. Wallahu alam.

Selasa, 15 Januari 2013

MENTELUSURI KEBERHASILAN PERJUANGAN NABI MUHAMMAD saw.


Oleh : H. JAELANI SAID, M.Ag
Wakil ketua I DKM Raya At-Taqwa Kota Cirebon


Bila kita perhatikan dengan seksama, faktor-faktor objektif yang melatarbelakangi keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w. telah banyak dikemukakan oleh para pengamat sosial-keagamaan. Terdapat bukti historis yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa tidak ada variabel yang sangat spesifik yang menjadi penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah s.a.w.. Instrumen dan lingkungan sosialnya bahkan tidak cukup kondusif untuk melahirkan perubahan. Tetapi, bila kita cermati faktor subjektifnya, maka kita akan menemukan variabel pengikatnya yang cukup dapat diperhitungkan untuk menciptakan perubahan signifikan. Yang paling utama adalah syakhshiyyah (kepribadian) beliau sebagai da’i.

Potret kepribadian beliau dinyatakan oleh Allah sebagai “uswah hasanah”Menyangkut firman-Nya yang menyatakan bahwa beliau (Rasulullah s.aw.) merupakan uswah hasanah, dalam hal ini dapat dipahami bahwa beliau menjadi “qudwah shâlihah fî kulli al-umûr “ (teladan terbaik dalam semua aspek). Sementara ‘Aisyah r a‘ ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah.s.aw, beliau menjawabnya dengan ringkas: “khuluquhu al-Qurân Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Rasulullah saw berlangsung bukan tanpa hambatan. Ia menghadapi hambatan fisik maupun mental. Ia diejek, dicemooh, dihina dan disakiti. Pada malam berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib, rumahnya dikepung oleh orang-orang beringas. Namun hambatan-hambatan itu tidak membuatnya putus asa dan gagal dalam melaksanakan tugas.

Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw
Selain  muqodimah  diatas  maka dibawah ini akan dijelaskan tentang  kebenaran apa yang telah diperjuangkannya beliau  dan bantuan serius dari kalangan sahabat –sahabat dan para pengikutnya, ada  beberapa hal yang menyebabkan keberhasilan da’wah Nabi Muhammad S.A.W. di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama ; Niatnya sangat ikhlas, jiwanya murni.
Nabi  Muhammad S.A.W.  berjuang bukan untuk kepentingan pribadinya,  akan tetapi semata-mata  hanya untuk menolong agama Allah SWT, karena bila menolong agama Allah  beliau yakin  bahwasannya  Allah pun akan  menolongnya.  Hal ini sesuai dengan firman Allah  yang artinya : ” Hai orang-orang yang beriman kalau kamu menolong Allah, maka Allah akan menolongmu dan memantapkan langkahmu.” (Q.S. Muhammad : 7)

Kedua : Nabi Muhammad saw., tidak senang hidup bersenang-senang, karena berbagai penderitaan:
Jelaslah bahwa dalam kehidupan beliau adalah  sebagai berikut:
1)Tidak sempat bermanja-manja, bahkan tidak suka dimanjakan.
2)Ketika hidup dalam asuhan pamannya ia memilih sebagai anak gembala, karena lebih  senang menerima upah daripada hidup menggantungkan ke orang lain.

Sebagaimana sabda Nabi Artinya : ”Sebaik-baik usaha adalah usaha seorang laki-laki dengan tangannya sendiri.”

Ketiga; Sangat sopan santun dan sangat pemalu.
Pada usia remaja semua penduduk Mekah menyebutnya Al-Amin (orang yang sangat dipercaya). Ia sangat dipercaya, menghormati orang tua, mengasihi anak-anak dan pandai menghargai teman sebaya. Tetapi ia pun sangat pemalu dalam berbuat dosa, sehingga beliau pernah bersabda : Artinya : ” Malu (berbuat dosa) adalah sebagian daripada iman.”

Ingatlah ketika ia masih dalam usia anak-anak ia diajak pamannya mengangkut batu bagi keperluan perbaikan ka’bah, sekali waktu ketia ia mengangkat batu, karena kesenggol sudut batu tersimbahlah kain sarungnya sehingga kelihatan lututnya, mengalami kejadian seperti itu Muhammad merasa sangat malu sehingga ia malarikan diri dan bersembunyi ke suatu tempat, abu tholib datang melihat dan ia sangat heran ketika disaksikannya Muhammad bermandi keringat, Kau sakit anakku ? tanya abu tholib kecemsan, aku malu paman, aku malu sekali. Jawab Muhammad menegaskan, ia merasa sanga malu karena lututnya kelihatan, padahal ditempat itu tidak seorang wanita pun ikut bekerja.

Keempat : Mencintai Hidup Sederhana
Pernah  suatu saat Jibril menanyakan  kepada Nabi Muhammad SAW ’” apakah engkau ingin seperti Nabi Sulaiman, sehingga satu khafilah banyak unta yang membawa anak kunci gudang intannya, atau hidup miskin seperti Nabi Ayub, sehingga yang akan dimakan tidak ada, sebutir nasi pun tidak ada, kecuali tiga hari sekali, sedangkan seluruh tubuhnya telah nyenyar karena penyakit kulit. Nabi Muhammad S.A.W menjawab bahwa ia tidak ingin seperti Nabi Sulaiman dan tidak pula seperti Nabi Ayub, ia lebih suka makan sehari dan lapar sehari, sehingga sewaktu kenyang dapat bersyukur dan diwaktu lapar dapat  berpuasa.  akhirnya malaikat Jibril  seraya mengangkat tangan dan berdoa kepada Allah ” Yaa Allah jadikan kehidupan Muhamad dan keluarganya dalam keadaan sederhana.”

KelimaTidak Pendendam  tetapi Pemberi Maaf
Nabi Muhammad SAW  terkenal memiliki sifat yang sangat mulia yaitu lapang hati (toleran) bahkan kepada orang-orang yang memusuhinya dan menyakitinya.  Alkisah  suatu ketika Nabi Muhammad  pergi ke Thoif (620 M) untuk menyampaikan da’wah Islam dan disambutnya oleh penduduk Thoif  itu dengan lemparan batu, sampai ia bersungkur berlumuran darah, ketika kejadian ini diketahui oleh dua orang  jin mereka mendekatinya dan berkata, wahai Muhammad berdo’alah kepada Tuhan agar kami diberi kesempatan untuk membalikkan negeri durhaka ini dengan izin Allah, tetapi Muhammad tidak mau mengucapkan do’a demikian, bahkan beliau berdoa :

Artinya : ” Wahai Tuhanku tunjukilah kaumku, karena mereka sesungguhnya belum mengerti.”

Pernyataan Nabi Muhammad tersebut sesuai dengan Firman Allah dalam surat  Ali Imron ayat 134 :    والعافين عن الناس Artinya : ” dan orang-orang yang selalu memberi ma’af kepada manusia.”

KeEnamTidak pernah melupakan jasa orang lain.
Beliau tidak pernah melupakan jasa orang lain sekecil apapun yang diterima, baik moril maupun materil, tak pernah dilupakannya selama hayat, sehingga beliau pernah bersabda :  من يشكر النا س لم يشكر الله    Artinya :” Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia berarti tidak bersyukur kepada Allah.”
Sebaliknya ia sendiri tidak pernah mengingat-ingat kembali sesuatu yang telah diberikan kepada siapapun, bagaimana besarpun apa yang telah diberikannya, ia memberi tanpa pamrih dan jika ia menerima ia bersyukur kepada Allah S.W.T. dan berhasrat untuk mengembalikan dengan pemberian yang lebih baik dan lebih benar.
Karena jiwanya murni dan niatnya sangat ikhlas, maka ia tidak pernah diliputi waswas, karena tidak suka bersenang-senang maka ia mudah memahami kesulitan orang lain, karena senantiasa sopan santun, maka sahabatnya senantiasa bertambah dekat dan musuh-musuhnya tidak ada alasan untuk menjatuhkan, karena gemar hidup sederhana maka ia tidak memerlukan biaya yang banyak dan kehidupannya menjadi ringan, karena bukan pendendam, maka ia bisa menerima musuh sebagai sahabat yang baik, dan karena tidak melupakan jasa orang lain, maka ia tidak pernah membanggakan diri.
Disamping sifat-sifat diatas, ia tidak pernah berdusta (Sidiq) pandai menyampaikan apa yang perlu disampaikan (Tabligh) cerdas menanggapi semua persoalan (Fathonah) dan ia dapat dipercaya (Amanah).
Mudah-mudahan menjadi inspirasi dalam berjuang menghadapi segala macam percobaan di dunia., Amin Ya Robbal aalamin.

Jumat, 11 Januari 2013

Rabu, 09 Januari 2013

Minggu, 30 Desember 2012

SEGERA TERBIT BUKU KUMPULAN BULETIN 

"GEMA AT-TAQWA"

TAHUN 2012

BISA DIDAPATKAN DI SEKRETARIAT 
DKM RAYA AT-TAQWA KOTA CIREBON





Buku ini berisi kumpulan artikel Buletin Gema At-Taqwa selama tahun 2012. Pada buku ini terkumpul berbagai macam tulisan dari beberapa tokoh, akademisi, kiyai, ustadz, dan penulis Cirebon. Ada sekitar 18 materi yang dapat kita baca dengan judul dan tema yang menarik. Cukup dengan harga Rp. 31.000,- para jamaah sudah bisa memiliki buku koleksi buletin Gema At-Taqwa selama tahun 2012.

Penilisan artikel pada buletin Gema At-Taqwa adalah up to date setiap jumat. Artikel yang dimuat adalah artikel-artikel terpilih dari para penulis yang telah mengirimkan tulisannya. Semoga dapat menyumbang saran dan pikiran bagi pengembangan ide dan gagasan untuk peradaban.

Rabu, 26 Desember 2012

SOLUSI ISLAM DALAM MENJAWAB PROBLEM KEMISKINAN


Oleh  : Dr. H. Agus Alwafier,. By,. MM 
Almuslimul qowiyyu khaerun minal muslimiddhoif
“Muslim yang kuat itu lebih baik dari pada muslim yang lemah”
Negeri kita ini kaya dengan sumber daya alam, tetapi rakyatnya banyak yang miskin. Sekalipun dalam statistik yang di keluarkan BPS tercatat  bahwa kemiskinan di negeri kita menurun dengan kriteria yang berubah-rubah tahun 2012 sebesar 13 % tetapi pada kenyataannya dilapangan justru semakin banyak diperkirakan tahun 2013 justru menjadi 20 %. ini sesuatu yang ironis dan paradoks. Seperti yang sering dikatakan Cak Nur (Prof. Dr. Nurcholis Majid) bahwa memang di negri kita ini banyak hal yang paradoks, pertama  dikatakan bahwa negeri kita itu kaya tetapi masyarakatnya miskin dan kedua jumlah penduduknya sangat basar tetapi kualits SDM rendahSejalan dengan pendapat Prof Ali Yafie yang cukup poluler bahwa kondisi masyarakat Muslim Indonesia “ katsir fil ‘adat wa qolil fil ‘udah” (banyak secara kualntitas, tetapi sedikir secara kualitas). Dan ketiga bahwa masyarakat dan yang terkenal sangat religieus dan mengagungkan nilia-nilai spiritual tetapi pada kenyataannya pelanggaran moral KKN terjadi dimana-mana. Kondisi ini terus terjadi bahkan semakin merajalela terutama dilembaga birokrasi baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif dan lemba BUMN. Dan kini  ditambah lagi terjadinya krisis finansial global yang juga berdampak terhadap lebih susahnya perekeonomian negeri kita tentunya kemiskinan semakin parah dan ini lebih dari 95 prosennya adalah umat Islam. Pada hal Islam tidak memuji kemiskinan sebagai kondisi terbaik. Ketaqwaan seseorang tidakl mensyaratkan kemiskinan sebagai jalan hidup bertapaan (taqasyuf) seperti yang dikenal agama lain. Tetapi justru Islam menghendaki agar ummatnya berkecukupan secara ekonomi sehingga mampu melaksanakan rukun islam secara sempurna. Allah Swt telah menganugerahkan kepada Nabi Muhammad Saw bahwa beliau dahulunya adalah orang miskin, lalu dia dijadikan Allah Swt. kaya dan berkecukupan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ad-dluha ayat 8  “ Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kehidupan yang berkecukupan”. Dalam alqur’an bahwa harta (al Mal) dipandang sebagai lambang kehidupan (al-Kahfi, 46) bahkan sebagai sesuatu yang baik atau al Khair ( al-‘Adiyat, 8) dan keutamaan atau fadhl ( al-Jum’ah, 10) dll.  Hal itu dapat menjadi dasar bahwa harta dan  kekayaan itu tak boleh dibenci dan hasrat untuk memiliknya tak boleh dimatikan,  hanya saja perlu dijinakkan melalui ajaran qona’ah dan sodaqoh yang akan menudukung kepekaan dan kepedulian sesial demi kesejahteraan umat dan bangsa.  Memang harta dan kekayaan itu tidak menjadi ukuran dan penentu kemuliaan, tetapi penentunya adalah iman dan taqwa ( al-Hujurat, 13) “inna akromakum ‘inda Allahi atqokum” (sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah hanyalah mereka yang beriman dan bertaqwa).  Namun seperti yang disebut oleh Nabi bahwa “Sebaik-baik harta adalah harta yang dipelihara oleh orang yang taqwa”. Dalam persepektif ini orang kaya yang penuh syukur (al-ghaniyyu was syukru) itu akan lebih baik dan lebih produktif ketimbang orang fakir yang penyabar (al- fakir was shobri). 
Langkah strategis (siasat) pengentasan kemiskinan
 
1. Pengembangan Sumber Daya Umat
 
Pengembangan Sumber Daya Umat adalah sebuah pilihan strategis, dimana proses pembangunan  harus seimbang, dinamis dan berkesinambungan, tentunya harus dilakukan oleh SDM yang berkualitas. Setiap kita dituntut harus  berupaya mengembangkan diri agar dapat eksis dan survive. Dalam hal ini Mechael J Mazzar menyebut abad globalisasi ini sebagai “the age of empowerment” yang menuntut kita untuk terus membangun tidak saja untuk keberdayaan tetapi sekaligus keberjayaan dalam percaturan era yang semakin kompetitif. Setiap individu maupun organisasi dituntut menciptakan keunggulan-keunggulan, tidak saja keunggulan komparatif ( comparative advantage), tetapi juga lebih penting lagi adalah keunggulan kompetitif atau daya saing ( competitive advantage) tentunya pada saat ini siapa yang mampu menciptakan keunggulan dan daya saing tinggi, maka ia akan keluar sebagai pemenang dalam percaturan global. 
Dalam Islam kita diperintahkan untuk mampu barsaing dan mambangun kehidupan ini dengan baik bahkan terbaik. Karena kita adalah mahluk Allah terbaik (ahsani taqwim) bahkan diperintahkan  bekerja dengan kualitas terbaik (ahsanu ‘amala) hal ini dikemukakan oleh Allah dalamat kalimat superlatif  yang mengandung semangat kompetisi. Pembangunan SDM wajib diupayakan untuk mencapai khaeru ummat (umah terbaik), disebut dalam Surat Ali Imron ayat 110 “ Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, manyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah SWT.”
Menurut Sayyid Qutub bahwa yang dimaksud umat terbaik adalah umat yang benar dari segi aqidah dan ibadah serta kuat dari segi ekonomi dan politik, sehingga mereka mampu memegang kendali kepemimpinan dunia ( al-qiyadah al-basyariyah) seperti dibuktikan oleh Rasulullah Saw dan kaum muslimin pada awal periode Islam.  Dan bahwa kunci  kekuatan khaeru ummah itu terletak pada kemampuan melakukan tiga hal yakni amar ma’ruf, nahi munkar dan iman.  Ketiganya difahami Sayyid Qutub sebagai ciri atau karakteristik dasar komunitas Islam.
Amar ma’ruf dapat difahami sebagai humanisasi yaitu program pemberdayaan ( empowerment) dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.  Nahi munkar difahami sebagai liberasi yaitu ihtiar untuk membebaskan umat dari kedzaliman dan berbagai pelanggran moral.  Sedangkan Iman bermakna transendensi yaitu seruan agar manusia tidak melupakan komitmen dan perjanjian primordialnya dengan Allah swt. Pada humanisasi terkandung penguatan intelektual sedangkan pada liberasi terkandung penguatan moral sementara pada trnsendensial terkadung penguatan spiritual.  Inilah ketiga hal yang akan membangun kekuatan umat yakni kekutan intelektual, moral dan spiritual. Dan dengan ini pula manusia, baik sebagai individu maupun sebagai umat akan bertahan hidup (survive) dalam maju, sejahtera dan berperadaban
2. Mempekuat Iman dan Taqwa
Pembangunan sosial ekonomi itu terkait dengan pengembangan nilai-nilai iman dan taqwa dalam perspektif ini difahami bahwa tanpa kekuatan iman dan taqwa maka persoalan sosial, termasuk persoalan kemiskinan akan tidak mungkin bisa terpecahkan secara utuh.  Iman adalah pangkal dari segala kebaikan agama. Terminologi iman memiliki akar kata sama dengan al Amn (rasa aman) dan al Amanah (dapat dipercaya). Jadi iman mengandung makna sikap mempercayai Allah atau menaruh kepercayaan kepada Allah dengan sikap batin yang kuat tanpa keraguan sedikitpun sehingga timbul rasa aman, tentram dan berserah diri (tawakkal) serta kembali ke jalanNya (raja’a atau anaba).  Karena menaruh keparcayaan kepada Allah maka tentu harus berprasangka baik, khusnudzan (positive thingking) kepada Allah dengan sikap optimistik (penuh harap) terhadap rahmat, ampunan dan ridloNya.
Rasyid Ridlo memahami iman sebagai sikap mempercayai Allah yang sangat kuat disertai ketundukan jiwa atau kepatuhan secara total kepadaNya. Kepatuhan kepada Allah dengan menerima dan menjalankan semua ajaran yang dibawa Rasulullah saw  merupakan syarat mutlak iman.  Karena itu tidak dinamakan iman apabila tidak disertai tindakan atau perbuatan yang menjadi kelanjutan logisnya. Menurutnya bahwa orang yang tidak melakukan amal lantaran bodoh atau tidak mengerti (jahil) maka ia fasik. Sementara orang yang tidak melakukan kawajiban agama karena menentang kepada Allah maka ia kafir.
Keimanan itu menuntut untuk islam yaitu sikap tunduk dan patuh kepada Allah SWT. dalam hal ini menurut Mahmud Syaltut harus diupayakan melalui lima hal :  pertama ketundukan secara mutlak kepada Allah swt. (Adzdzariyah  56.). Kedua sosial dengan membangun hubungan dan kerjasama yang baik dalam kebajikan dan taqwa (al Maidah 2).  Ketiga akhlakul karimah  dengan menjaga kesucian diri dan keluhuran budi pekerti (as-syams 7-10). Keempat dakwah dengan mengajak mnusia ke jalan Allah melalui tausyiyah dan amar ma’ruf nahi munkar (ali Imron 104). Kelima ikhlas dengan mengorientasikan semua aktifitas demi dan untuk Allah swt. semata.
Iman dalam wujud seperti ini akan membebaskan manusia dari kehampaan spiritual seperti banyak dialami oleh masyarakat, maka dengan iman dan amal sholeh akan merasakan hidupnya penuh makna dan penuh berkah bahkan penuh kebahagiaan dan kedamaian lantaran ia merasa dekat dengan Allah Swt. atau merasa berada di orbitnya.  Perasaan dekat ini akan mempertinggi keyakinan untuk mendapatkan berkah, rizki dan rahmat dari Allah swr.  Seperti digambarkan dalam surat al ‘Arof 96 :  “Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka karena perbuatannya”.
Merujuk kepada ayat ini dimana keberkahan itu timbul dan melimpah manakala pengelolaan terhadap sumber-sumber kekayaan alam itu dilakukan dengan prinsip iman dan taqwa.  Iman dalam arti tauhid berarti membebaskan manusia dari keterkungkungan hawan nafsu dan ketundukan kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah dan orang seperti ini layak menjadi khalifah dimuka bumi.  Sedangkan taqwa berarti sikap hati-hati waspada dan penuh perhitungan.  Dengan prinsip taqwa berarti seorang akan bertindak jujur, disiplin dan teliti serta terhindar dari tindakan yang bersifat ceroboh dan sewenang-wenang. Taqwa juga memgandung makna adil, tanggung jawab. Dan sikap ini jelas akan membuat seorang lebih produktif baik bagi kesejahteraan dirinya maupun kesejahteraan orang lain atau umat.
3. Membangun moral dan akhlak
Krisis ekonomi dan kemiskinan yang melanda bangsa ini juga disebabkan karena kebangkrutan moral dan sosial masyarakat. Dalam perspektif ini salah satu solusinya yakni melalui perbaikan moral dan akhlak bangsa.  Ini menjadi urgen karena adanya perkembangan modernisasi dalam era globalisasi yang meinmbulkan banyak ekses dan terjadi perubahan nilai ditengah masyarakat dan juga banyaknya prilaku menyimpang dan pelanggaran moral yang menyebabkan bangsa ini kian terpuruk.
Seperti kita maklum bahwa misi Rosulullah saw adalah membangun kualitas moral (ahlakul karimah). Ini mengandung makna bahwa akhlak merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam islam. Akhlak dapat dikatakan sebagai inti dari agama.  Seseorang tidak dapat dikatakan beragama bila tidak berahlak dan agama harus melahirkan keluhuran budi dan akhlakul karimah sehingga mendatangkan kebaikan dan berpengaruh secara moral dan sosial dalam kehidupan.  Dalam pengembangan akklak diperlukan idealisme tinggi. Idealisme adalah komitmen kita untuk selalu berpihak kepada yang baik.  Kita sadar bahwa dalam filsafat kehidupan dimana kita selalu diliputi oleh konplik antara kebaikan dan keburukan,  ini adalah inti dari kehidupan sehingga dalam konflik ini kita harus berpihak kepada kebaikan dan  inilah idealisme.  Dalam pengembangan akhak ini diperlukan langkah-langkah yaitu : pertama memahami nilai baik dan buruk, kedua menciptakan lingkungan kondusif  dirumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, di kalangan pemerintah dsb.nya., ketiga keteladanan para tokoh sebagai desain yang sempurna atau master plan. Keteladanan pemimpin sangat penting ditengah masyarakat kita yang masih paternalistik yaitu bangsa yang mudah mengikuti tindak tanduk para pemimpinnya, karenanya pengembangan akhlak menemui kesulitan apabila para pemimpin dan tokoh masyarakat yang seharusnya menjadi teladan justru nyaris edan, mereka  tanpa rasa malu melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji yang  merugikan umat dan bangsa.
4. Membangun budaya etos kerja yang kuat
Para ilmuan seperti Max Weber dan Robert N Billah mengatakan bahwa terdapat  hubungan korelasi yang positif antara agama dengan kemajuan ekonomi dan produktifitas kerja. Dalam sejarah kita bisa melihat misalnya pada masa kejayaan Islam di Jawa,  pada saat itu para pengusaha dan pedagang yang maju dan sukses adalah kaum muslimin yang berlatar belakang santri yang berarti ada korelasi positif antara kesantrian dan kemajuan ekonomi.  Meskipun kemudian tradisi dan kultur yang baik ini diporak porandakan oleh kolonial yang mengajarkan fatalisme dan penolakan terhadap kemajuan dunia.  Karenanya kita harus mengembangkan kultur dan etos kerja yang relevant dengan tuntutan zaman.  Doktrin Islam tentang kerja (‘amal) sungguh sangat kondusif bagi kemajuan masyarakat dimana setiap orang yang beriman lalu dituntut untuk bekerja keras (beramal sholeh), bahkan dalam sabda Rasulullah Saw. “Iman bukanlah angan-angan tetapi sebuah komitmen dalam hati yang menuntut pembuktian kerja atau amal”.  Jadi bekerja dalam Islam adalah ibadah dan panggilan Allah Swt. (calling from within), tugas suci dan mulia yang wajib ditunaikan. Sebagai panggilan Tuhan, kerja dan amal harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan dengan disiplin tinggi dan dengan niat atau motivasi yang tinggi.
Bahkan di era global dimana merupakan cirinya yang dominan adalah persaingan (kompetitif), maka jika kita tidak mampu bersaing akan tertinggal dan ini merupakan sunnatullah yang tidak bisa ditawar.  Islam mengajarkan kita untuk “berlomba dalam kebaikan” (fastabiqul khaerat).  Maka untuk menjadi pemenang dalam perlombaan itu diperlukan mentalitas dan kesiapan yang matang untuk berlomba dan berkompetisi, bekerja keras yang berorientasi pada kualitas kerja dan kualitas karya. Dan kompetisi itu harus dalam hal kebaikan dan kemasalahatan umat (fidunya hasanah wafil akhiroti hasanah) dan juga harus ihsan (bekerja optimal dan sebaik mungkin) baik in put, proses dan out putnya. 
Usaha pengentasan kemiskinan yang melanda dahsyat negeri kita ini adalah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai Umat Islam sebagai perwujudan dari ibadah dan pengabdian kepada Akllah Swt. setidaknya setiap kita ambil bagian melalui tiga M yakni merasakan penderitaan orang miskin, memikirkannya dan mengambil solusi pemecahannya juga mendorong orang lain untuk ikut serta membantu fakir dan miskin. Dan secara ektrim dapat  dikatakan bahwa apabila kita tidak mau terlibat dalam usaha mengatasi kemiskinan, maka  kita tidak layak lagi  disebut  sebagai kaum beriman tetapi  disebutnya sebagai pendusta agama ( al Ma’un).  
Wallahu ‘alam bishshowab.
x

Kamis, 20 Desember 2012

JANGAN MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU

  Oleh :  Kapten Arh. Edy  Purwiyono 
Koordinator Keamanan Masjid At-Taqwa Kota Cirebon 

Muqodimah;
Persembahan puji dan syukur  hanya milik Allah SWT,  atas segala nikmat yang tiada henti-henti-Nya diberikan kepada kita sili berganti, yang tanpa disadari sampai detik ini Allah masih memberikan kepada kita kekuatan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai kholifah di muka bumi ini, dan yang paling penting adalah kita semua senantiasa dalam keadaan sehat wal’ afiat tentunya sehat iman dan islam. Amin.               
Allah swt menciptakan manusia sebagai mahluk yang sempurna. Bukan sekedar bentuknya yang indah (ahsanuttaqwiim) tetapi juga dipercaya untuk memimpin jagad raya (kholifahfilardhi) yang telah diciptakan. namun problematika dalam kehidupan adalah  kita seringkali memperturuti hawa nafsu yang mengakibatan kecenderungan terhadap pemuasan hawa nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. sehingga Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan dapat merusak potensi diri seseorang. 
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul kepermukaan. potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman,keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul kepermukan (dalam realita kehidupan). 
Imam Al-Ghozali dalam kitab:“Minhajul Abidin“ Menjelaskan bahwa untuk hidup istiqomah berada dalam jalan yang benar  Ridha Allah swt merupakan jalan yang amat sulit, penuh liku-liku, banyak halangan dan rintangan yang harus dilalui, banyak musuh, serta ditambah lagi dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk lemah, sementara zaman sulit, urusan agama mundur, kesempatan ruang manusia hanya disibukkan dengan urusan dunia, dan umur relative pendek. Sedangkan malaikat roqib dan atid, munkar dan nakir sangat teliti, kematian semakin dekat, perjalanan yang harus ditempuh menuju syurga sangat panjang, maka satu-satunya bekal adalah Taat kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah memperturutkan hawa nafsu.
Fakta menunjukan bahwa semakin banyak manusia meninggalakan sholat dan memperturutkan hawa nafsu sesuai fiirman Allah : “maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, (Q.S Maryam 59 )
Dengan diperturutkannya hawa nafsu maka terjadilah kerusakan dan kehancuran dimana-mana, alam menjadi rusak karena keserakahan manusia. Sesungguhnya Allah swt menciptakan dunia beserta isinya pasti cukup untuk semua penghuninya. tidak ada orang yang sengsara, namun karena keserakahan manusialah banyak yang hidup dibawah kemiskinan, bahkan kelaparan dan kesengsaraan.
Manusia yang memperturutkan hawa nafsunya lebih ganas dibanding binatang buas dan binatang ternak. Binatang buas dihutan hanya memakan kelinci dan menjangan, sedangkan manusia menghabiskan hutannya. Memakan pohon-pohonnya dengan illegal loging sehingga terjadi longsor dan banjir bandang. Binatang ternak hanya memakan rumput dan dedak, sedangkan manusia memakan semen dan besi beton, sehingga banyak jembatan yang runtuh dan sekolah yang roboh. hal ini Firman Allah; “ dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S Al-A’raf 179).
Oleh karena itu waspadalah, Rasulullah saw sudah memperingatkan dalam sabdanya : “neraka dipagari hal-hal yang disukai hawa nafsu, sedangkan surga dipagari hal-hal yang tidak disukainya. berkaitan dengan sabda nabi diatas, maka seorang alim merumuskannya  dalam sebuah kata mutiara “ Satu hari saja engkau mengumbar nafsu, niscaya hancurlah dirimu” Untuk memahami jiwa dan tabiatnya lebih jauh, sebaiknya kita mengetahui kategorisasi jiwa menurut Sigmund Freud seorang tokoh psikonalisis membagi jiwa manusia menjadi: ( Id, Ego dan super Ego. ) dengan penjelasan sebagai berikut:
    1.  Id adalah merupakan naluri bawaan yang menurut kesenangan dan pemuasan kebutuhan dasar tanpa mengabaikan norma dan aturan.
    2.  Ego adalah  perasaan yang mengarahan untuk pemenuhun kesenangan dan kebutuhan yang disesuaikan dengan norma dan aturan masyarakat.
    3.  Super ego adalah perasaan ambisi untuk pemenuhan kesenangan dan kebutuhan dengan memperhatikan peraihan prestasi dan kehormatan.                                                                                         Kemudian Al-Qur’an menjelaskan tentang jenis-jenis  jiwa dalam tiga bagian antara lain:
  •    An-Nafsul Ammaroh                                                                                                                 dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q.S Yusuf: 53)
  • An-Nafsul Lawwamah                                                                                                                dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S Al-Qiyamah:2)
  •  An-Nafsul Muthmainah                                                                                                                Hai jiwa yang tenang..Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,  masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S al-Fajr 27-30)                                                                                                                                 Sasaran Nafsu disinyalir dalam Al-Qur’an. “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S ali imron 14).
Ayat diatas  menjelaskan bahwa sesungguhnya ajaran Islam tidak pernah melarang manusia untuk   hal-hal tersebut, namun dalam rangka mencapaian-nya kita harus sesuaikan dengan aturan-aturan yang digariskan oleh Allah swt  yaitu  berusaha sekuat tenaga untuk penghambaan diri kepada Nya dan berjihad dijalan-Nya seperti  untuk memperbanyak hamba-hamba yang beriman, harta yang dimiliki untuk berjihad, jabatan yang dimiliki untuk melakukan amar  ma’ruf dan nahyi munkar.

PENGENDALIAN NAFSU
          Nafsu akan terkendali, manakala kita mendapat rahmat allah dengan cara merasa takut kepada Allah, mentaati-Nya dan bertakwa kepada-Nya. Allah swt berfirman: “ Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal-(nya). (Q.S An-Naziat 40-41)
        Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada allah dan rasulnya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka itulah orang-orang beruntung.”; Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan (Q.S an-nur 51-52).
sebagaiman para ahli sufi merumuskannya dalam tiga tahapan Tazkiyatunnafsi:
  • Takholly (mengosongkan diri dari segala macam dosa), takholly dilakukan dengan taubatan nasuha:


a.       Berhenti berbuat dosa
b.      Menyesali perbuatan dosa tersebut
c.       Bertekad tidak mengulanginya lagi
d.      Mengembalikan semua hak-hak Negara, hak-hak rakyat, dan hak-hak manusia lainnya
  •  Tahally (berhias diri dengan berbagai macam perbuatan fardhu dan sunnah), tahally dilakukan dengan mengerjakan semua yang fardhu ditambah dengan perbuatan sunnah:

a.       Shalat sunah, qiyamullail
b.      Puasa sunnah
c.       Mendawamkan punya wudhu
d.      Infak dan shodaqoh
e.       Membaca al-qur’an
f.       Bersilaturahim
g.      Berakhlak mulia
  •       Tajally (serasa bedekatan dengan Allah) merupakan anugerah Allah bagi hamba-hamba-Nya yang telah melalui dua tahapan. sehingga meraih kebahagiaan yang tiada taranya pada status kekasih Allah yang popular disebut wahyullah.                                                                                                              Semoga kita semuanya senantiasa terhindar dari godaan nafsu dan menjadi kekasih-kekasih Allah, Amin Ya Robbal aalamin,. Wawlahu allam bishowab.