Selasa, 05 Juni 2012

SENJATA PEMUSNAH MASAL YANG TELAH MELEDAK


Oleh: Ibnu Malik, S.Pd.I.
Redaktur Pelaksana Gema At-Taqwa

Selama ini yang ada dalam  pikiran kita jika mendengar kata senjata pemusnah masal, pasti yang terlintas bahwa itu adalah senjata nuklir. Senjata tersebut jika meledak, maka akan musnah segala kehidupan yang terkena radiasi senjata tersebut. Bisa kita lihat betapa porak porandanya Jepang pada saat terjadi bencana tsunami beberapa waktu yang lalu karena ada salah satu reaktor nuklirnya yang meledak dan meradiasi beberapa benda di sekitarnya termasuk manusia. Lebih jauh lagi, Rusia yang kerepotan ketika reaktor nuklirnya bocor dan meradiasi warga negaranya, dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa atau bencana besar yang diakibatkan oleh nuklir.
Namun nuklir hanyalah sebagian kecil dari senjata pemusnah masal yang ada di dunia ini. Karena belum sebanding dengan senjata pemusnah masal yang sebenarnya. Banyak orang tidak sadar bahwa ada banyak bahaya yang mengancam bahkan dapat menyerang kita kapan saja. Udara yang kita hirup setiap detiknya tidak lagi membantu oksidasi sari makanan dalam tubuh, namun malah membuat paru-paru kita semakin lemah karena tingginya kadar CO2 dan CO yang terhirup oleh kita. Air yang kita minum seharusnya dapat menyalurkan sari makanan ke seluruh tubuh, malah menjadi penyebab penyakit yang berdampak jangka panjang. Nasi yang kita makan seharusnya menjadi sumber energi, malah menjadi penyalur bahan organik dari pupuk yang digunakan ketika menanam padi.
Banyak bahan makanan dan obat-obatan yang telah beredar di dunia dan tanpa kita sadari makanan dan obat-obatan tersebut sebenarnya adalah racun untuk kita. Memang dalam jangka pendek tidak akan terasa, namun dalam jangka panjang efek dari makanan dan obat-obatan sangat mengerikan.
Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI ), produk makanan transgenik dapat mengakibatkan kelambanan pertumbuhan & kegagalan reproduksi bagi manusia. Menurut Badan pemeriksa Obat dan Makanan, semua produk kedelai impor asal Amerika Serikat merupakan kedelai transgenik. Dengan demikian semua produk turunan kedelai impor seperti tahu, tempe, kecap, dan tauco juga merupakan bahan makanan transgenik berbahaya. Ini berarti, tempe, tahu, dan tauco yang kita makan sudah tidak aman lagi.  Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena hampir di seluruh penjuru Indonesia terdapat makanan yang berbahan dasar kedelai. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya nasib kesehatan bangsa ini.
Indonesia mengimpor produk transgenik seperti kedelai, jagung, dan kentang dari Amerika Serikat, Kanada, Argentina dan Australia. Produk itu kebanyakan melenggang masuk ke indonesia secara bebas tanpa proses penelitian dan uji keamanan. Inilah salah satu “PR” kita agar dapat lebih cerdas dalam memilih makanan yang halal dan menyehatkan.
Yang lebih ironinya lagi, ketika masyarakat Uni Eropa melarang (membatasi) penanaman dan mengimpor makanan “terkontaminasi” tanaman GM, Indonesia masih terus mengimpor bahan makanan terebut bahkan untuk kedelai saja sampai 99 % dari kedelai yang ada di dalam negeri. Sikap dari Uni Eropa ini didasari oleh tiga hal, yakni manipulasi gen bertentangan dengan kodrat alami dan tidak etis. Hasilnya berbahaya bagi manusia dan berdampak buruk bagi lingkungan.
Bahaya selanjutnya adalah penggunaan anti biotik pada dunia kedokteran. Antibiotik adalah senyawa yang dibuat dari mikroba alami atau sintesis untuk menghambat perkembangan organism bakteri. Awalnya, antibiotik digunakan dalam berbagai penyembuhan kasus penyakit. Pilek dan flu misalnya. Dokter ketika memeriksa dan memberikan obat untuk pasien pasti akan menyertakan antibiotik sebagai pelengkap utama dalam pengobatan. Begitu juga pada penyakit lain.
Ada fakta yang mengerikan tentang antibiotik. Dalam penelitian, tim ilmuwan Yale mempelajari 1.400 anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah anak-anak yang menggunakan antiobiotik sejak dini dapat meningkatkan kasus asma pada kanak-kanak. Anak yang diteliti adalah mereka yang mendapat obat antibiotik sebelum genap usia enam bulan. Anak-anak yang dilibatkan juga termasuk mereka yang dilahirkan dari orang tua yang tidak mempunyai riwayat penyakit asma. Hasilnya adalah, semua peneliti termasuk Dr Kari Risnes sebagai pimpinan peneliti menyerukan agar menghindari penggunaan antibiotik dalam dunia kesehatan. Ini dikarenakan penggunaan antibiotik, khususnya antibiotik spektrum luas, dapat mengubah flora mikroba dalam usus, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem kekebalan tubuh dan rentan alami alergi sehingga menyebabkan asma.
Selain bahan makanan (Beras, kedelai, jagung, dll) dan obat-obatan yang telah disebutkan tadi, masih banyak lagi senjata pemusnah masal yang mengancam kita. Dikatakan senjata pemusnah masal karena barang-barang ini dapat membunuh manusia secara masal atau besar-besaran walau dalam jangka waktu yang panjang.
Semua bahaya yang telah dipaparkan di atas, baru sebagian kecil dari seluruh bahaya yang mengancam kita. Ini semua dimotori oleh PBB melalui WHO (badan kesehatan dunia) dan FAO (badan pangan dunia) yang merancang sebuah program yang dinamai Agenda 21.
Agenda 21 terimplementasi pada Codex Alimentarius dan secara global terlaksana pada 31 Desember 2009. Salah satu programnya adalah semua sapi perah di muka bumi ini wajib diinjeksi dengan hormon pertumbuhan yang diproduksi oleh satu-satunya perusahaan yakni Monsanto. Lebih jauh lagi, semua hewan ternak yang digunakan sebagai bahan makanan di planet ini harus disusupkan bahan anti biotik khusus dan hormon pertumbuhan buatan. Ini berarti susu yang kita dan anak kita minum telah terkontaminasi mikroba berbahaya. Begitu juga ayam dan daging yang kita makan menjadi tidak sehat lagi.
Salah satu forum internasional yang membahas masalah ini adalah National Association of Nutrition Professional (NANP- 2005 Conference) dan salah satu pesertanya Dr. Rima Laibow dari Natural Solutions Foundation. Beliau mengatakan bahwa menurut perhitungan WHO dan FAO, jika proyek mereka ini terus berjalan tanpa hambatan dan terimplementasi pada 31 Desember 2009, maka akan berdampak pada minimum kematian sekitar 3 miliar jiwa. Satu miliar lewat kematian secara langsung (mereka ini adalah orang-orang yang gagal di mata para korporasi dunia atau katakanlah miskin). Sisanya, 2 miliar jiwa akan menemui kematian akibat penyakit yang sesungguhnya bisa dicegah, yakni kurang gizi.
Lantas, siapa yang akan tetap hidup? Dr. Laibow berkata, “Hanya mereka yang kaya, yang mampu menyuplai gizi dan vitamin dalam makanan mereka yang akan tetap bisa hidup.” Lebih parahnya lagi, jika ada negara yg menolak untuk menerapkan codex di negaranya, maka akan dikenakan sanksi ekonomi dari WTO. Inilah senjata pemusnah masal yang sebenarnya dan telah meledak pada tanggal 31 Desember 2009.
Solusinya adalah kita sebagai Umat Muslim harus pintar dalam memilih makanan dan obat-obatan. Sebagaimana Allah SWT., telah berfirman:
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An-Nahl: 114)
” Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS. Al Baqarah: 57)
Dari dua ayat ini dapat kita ketahui bahwa Allah SWT., juga telah mengingatkan kita bahwa dalam memilih makanan harus yang baik. Baik artinya mencukupi dari segi kehalalan , gizi, dan kesehatan. Semoga Allah memberikan rahmat dan berkahnya kepada kita semua, sehingga dapat terhindar dari makanan-makanan yang tidak baik.
Wallaahu Alam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar